Pengertian BahasaBahasa merupakan suatu ungkapan yang mengandung maksud untuk menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Sesuatu yang dimaksudkan oleh pembicara bisa dipahami dan dimengerti oleh pendengar atau lawan bicara melalui bahasa yang diungkapkan.
Chaer dan Agustina (1995:14) fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Hal ini sejalan dengan Soeparno (1993:5) yang menyatakan bahwa fungsi umum bahasa adalah sebagai alat komunikasi sosial.
Sosiolinguistik memandang bahasa sebagai tingkah laku sosial (sosial behavior) yang dipakai dalam komunikasi sosial. Suwarna (2002: 4) bahasa merupakan alat utama untuk berkomunikasi dalam kehidupan manusia, baik secara individu maupun kolektif sosial.
Kridalaksana (dalam Aminuddin, 1985: 28-29) mengartikan bahasa sebagai suatu sistem lambang arbitrer yang menggunakan suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri.
Effendi (1995:15) berpendapat bahwa pengalaman sehari-hari menunjukan bahwa ragam lisan lebih banyak daripada ragam tulis.
Lebih lanjut Effendi (1995:78) menyampaikan bahwa ragam lisan berbeda dengan ragam tulis karena peserta percakapan mengucapkan tuturan dengan tekanan, nada, irama, jeda, atau lagu tertentu untuk memperjelas makna dan maksud tuturan.
Selain itu kalimat yang digunakan oleh peserta percakapan tidak selalu merupakan kalimat lengkap.
Jeans Aitchison (2008 : 21) “Language is patterned system of arbitrary sound signals, characterized by structure dependence, creativity, displacement, duality, and cultural transmission”, bahasa adalah sistem yang terbentuk dari isyarat suara yang telah disepakati, yang ditandai dengan struktur yang saling tergantung, kreatifitas, penempatan, dualitas dan penyebaran budaya.
Pemerolehan Bahasa Anak
Pemerolehan bahasa adalah suatu proses yang berlangsung di dalam otak seseorang kanak-kanan ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya (Chaer, 2002: 167).
Pembelajaran bahasa berkaitan dengan proses-proses yang terjadi pada waktu seseorang kanak-kanak mempelajari bahasa kedua, setelah dia memperoleh bahasa pertamanya.
Ada dua proses yang terjadi ketika seorang kanak-kanak sedang memperoleh bahasa pertamanya, yaitu proses kompetensi dan proses performensi.
Kompetensi adalah proses penguasaan tata bahasa yang berlangsung secara tidak disadari. Proses kompetensi ini menjadi syarat untuk terjadinya proses performansi yang terdiri dari dua buah proses, yakni proses pemahaman dan proses penerbitan atau proses menghasilkan kalimat-kalimat.
Teori atau hipotesis yang berkaitan dengan masalah pemerolehan bahasa yaitu.
1. Hipotesis Nurani
Menurut Lenneberg (dalam Chaer, 2002: 168) hipotesis nurani lahir dari beberapa pengamatan yang di lakukan para pakar terhadap pemerolehan bahasa kanak-kanak.
Diantara hasil pengamatan itu adalah berikut ini.
a. Semua kanak-kanak akan memperoleh bahasa ibunya asal saja “diperkenalkan” pada bahasa ibunya itu. Maksudnya, dia tidak diasingkan dari kehidupan ibunya (keluarganya).
b. Pemerolehan bahasa tidak ada hubungannya dengan kecerdasan kanak-kanak. Artinya, baik anak yang cerdas maupun yang tidak cerdas akan memperoleh bahasa itu.
c. Kalimat-kalimat yang didengar kanak-kanak serngkali tidak gramatikal, tidak lengkap, dan jumlahnya sedikit.
d. Bahasa tidak dapat diajarkan kepada makhluk lain; hanya manusia yang dapat berbahasa.
e. Proses pemerolehan bahasa oleh kanak-kanak di mana pun sesuai dengan jadwal yang erat kaitannya dengan proses pematangan jiwa kanak-kanak.
f. Struktur bahasa sangat rumuit, komplrks, dan bersifat universal. Namun, dapat dikuasai kanak-kanak dalam waktu yang relatif singkat, yaitu dalam waktu anatara tiga atau emat tahun saja.
2. Hipotesis Tabularasi
Hipotesis tabularasi menyatakan bahwa otak bayi pada waktu dilahirkan sama seperti kertas kosong, yang nanti akan ditulis atau diisi dengan penglaman-pengalaman.
Semua pengetahuan dalam bahasa manusia yang tampak dalam perilaku berbahasa adalah merupakan hasil dari integrasi peristiwa-peristiwa linguistik yang dialami dan diamati oleh manusia itu.
3. Hipotesis Kesemestaan Kognitif
Menurut teori yang didasarkan pada kesemestaan kognitif, bahasa diperoleh berdasarkan struktur-struktur kognitif. Struktur-struktur ini diperoleh kanak-kanak melalui interaksi dengan benda-benda atau orang-orang di sekitarnya.
Urutan pemerolehan ini secara garis besar adalah sebagai berikut.
a. Antara usia 0 sampai 1,5 tahun kanak-kanak mengembangkan pola-pola aksi dengan cara bereaksi terhadap alam sekitarnya, pola akal (mental).
Kanak-kanak mulai membangun satu dunia benda-benda yang kekal yang lazim disebut kekekalan benda.
Maksudnya, kanak-kanak sadar benda-benda yang diamatainya atau disentuhnya hilang dari pandangannya namun tidak berarti benda-benda itu tidak ada lagi dan dapat ditemukan di tempat
lain.
b. Setelah struktur aksi dinuranikan, maka kanak-kanak memasuki tahap representasi kecerdasan, yang terjadi antara usia 2 tahun sampai 7 tahun.
Pada tahap ini kanak-kanak telah mampu membentuk representasi simbolik benda-benda seperti permainan simbolik, peniruan, bayangan mental, dan gambar- gambar.
c. Setelah tahap representasi kecerdasan, dengan representasi simboliknya, maka bahasa kanak-kanak semakin berkembang, dan dengan mendapat nilai-nilai sosialnya. Struktur-struktur
linguistik mulai dibentuk berdasarkan bentuk-bentuk kognitif umum yang telah dibentuk ketika berusia kurang lebih 2 tahun
0 Response to "Pengertian Bahasa dan Pemerolehan Bahasa Anak"
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar Dengan Bijak