Perilaku Anjing dan Manusia
Salah satu ciri khas bagi orang berakal yang merupakan sifat khusus manusia dan kelengkapan ini dinilai sebagai makhluk yang memiliki keunggulan dibanding makhluk lain.
Yaitu apabila ia memperhatikan sesuatu, selalu memperoleh manfaat dan faedah, ia selalu menggambarkan kebesaran Allah, mengingat dan mengenang kebijaksanaan, keutamaan dan banyaknya nikmat Allah kepadanya.
Ia selalu mengingat Allah di setiap waktu dan keadaan, baik pada waktu ia berdiri, duduk atau berbaring.
Tidak ada satu waktu dan keadaan dibiarkan berlalu begitu saja, kecuali diisi dan digunakannya untuk memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi.
Memikirkan keajaiban-keajaiban yang terdapat di dalamnya, yang menggambarkan kesempurnaan alam dan kekuasaan Allah.
Secara kasat mata, manusia lebih mulia dari binatang “anjing” faktanya perilaku manusia lebih rendah dari binatang tidak sedikit manusia melakukan perbuatan yang dilarang Allah seperti pemerkosa, pembunuh, koruptor, predator, pedofil, bully, narkoba, miras, anarki berbau premanisme yang tidak pernah dilakukan seekor anjing
Anjing juga termasuk binatang cerdas, memiliki empati tinggi kepada pemiliknya. Sering kita mendengar dan melihat manusia dalam pergulanya di masyarakat yang juga menggunakan kata “anjing” sebagai alat dalam memaki atau melecehkan orang lain.
Anjing termasuk hewan yang harus dijauhi oleh umat muslim karena terdapat najis; namun di mata orang non muslim, anjing dijadikan bitang peliharaan bahkan menjadi teman di berbagai situasi.
Anjing memiliki sifat-sifat khas, sehingga ia dipandang berharga di mata manusia. Andaikan hewan ini tak memiliki kelebihan, manusia pasti enggan memanfaatkannya.
Namun Al Qur’an memposisikan anjing sebagai hewan tercela. Anjing menjadi gambaran perilaku buruk orang-orang yang enggan beriman kepada ayat-ayat Allah Subhanahu wata'ala.
Firman Allah QS.Al A’raaf: 175-176 :
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَاَ الَّذِيْٓ اٰتَيْنٰهُ اٰيٰتِنَا فَانْسَلَخَ مِنْهَا فَاَتْبَعَهُ الشَّيْطٰنُ فَكَانَ مِنَ الْغٰوِيْنَ(١٧٥)وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنٰهُ بِهَا وَلٰكِنَّهٗٓ اَخْلَدَ اِلَى الْاَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوٰىهُۚ فَمَثَلُهٗ كَمَثَلِ الْكَلْبِۚ اِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ اَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْۗ ذٰلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَاۚ فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُوْنَ (١٧٦)
Dan bacakanlah (Muhammad) kepada mereka, berita orang yang telah Kami berikan ayat-ayat Kami kepadanya, kemudian dia melepaskan diri dari ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh setan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang yang sesat.(QS. Al-A'raf: 175
Dan sekiranya Kami menghendaki niscaya Kami tinggikan (derajat)nya dengan (ayat-ayat) itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan mengikuti keinginannya (yang rendah), maka perumpamaannya seperti anjing, jika kamu menghalaunya dijulurkan lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia menjulurkan lidahnya (juga). Demikianlah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah kisah-kisah itu agar mereka berpikir.(QS. Al-A'raf: 176)
Kalbu orang kafir dan orang munafik serta orang yang sesat kosong dari hidayah, hatinya penuh dengan penyakit yang tak terobatkan’. Kemudian pengertian ini diungkapkan ke dalam ungkapan itu.
perihalnya sama dengan orang yang tidak memilikinya. Sama halnya dengan pengertian Yang terkandung di dalam Firman-Nya :
{سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنْذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ}
Sama saja bagi mereka apakah kamu memberi peringatan kepada mereka ataukah kamu tidak memberi peringatan kepada mereka, mereka tidak akan beriman. (Al Baqarah: 6, Yasin: 10)
{اسْتَغْفِرْ لَهُمْ أَوْ لَا تَسْتَغْفِرْ لَهُمْ إِنْ تَسْتَغْفِرْ لَهُمْ سَبْعِينَ مَرَّةً فَلَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَهُمْ}
Kamu memohonkan ampun bagi mereka atau tidak kamu mohonkan ampun bagi mereka (adalah sama saja). Kendatipun kamu memohonkan ampun bagi mereka tujuh puluh kali, namun Allah sekali-kali tidak akan memberi ampun kepada mereka. (At-Taubah: 80)
Firman Allah :
اِنَّ اللّٰهَ لَا يَسْتَحْيٖٓ اَنْ يَّضْرِبَ مَثَلًا مَّا بَعُوْضَةً فَمَا فَوْقَهَا ۗ فَاَمَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا فَيَعْلَمُوْنَ اَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَّبِّهِمْ ۚ وَاَمَّا الَّذِيْنَ كَفَرُوْا فَيَقُوْلُوْنَ مَاذَآ اَرَادَ اللّٰهُ بِهٰذَا مَثَلًا ۘ يُضِلُّ بِهٖ كَثِيْرًا وَّيَهْدِيْ بِهٖ كَثِيْرًا ۗ وَمَا يُضِلُّ بِهٖٓ اِلَّا الْفٰسِقِيْنَ ۙ (البقرة : ۲۶)
“Sesungguhnya Allah tidak segan membuat perumpamaan seekor nyamuk atau yang lebih kecil dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, mereka tahu bahwa itu kebenaran dari Tuhan. Tetapi mereka yang kafir berkata, “Apa maksud Allah dengan perumpamaan ini?” Dengan (perumpamaan) itu banyak orang yang dibiarkan-Nya sesat, dan dengan itu banyak (pula) orang yang diberi-Nya petunjuk. Tetapi tidak ada yang Dia sesatkan dengan (perumpamaan) itu selain orang-orang fasik, (QS. Al-Baqarah: 26)
Allah menerangkan bahwa berhala-berhala yang mereka sembah itu tidak dapat membuat lalat, Sekalipun mereka kerjakan bersama-sama, dan turunnya yang di dalamnya Allah menggambarkan kelemahan berhala-berhala yang dijadikan oleh orang-orang musyrik itu sebagai pelindung sama dengan lemahnya sarang laba-laba.
Bahwa orang itu sesat berhubung keingkarannya dan tidak mau memahami petunjuk-petunjuk Allah. dalam ayat ini, karena mereka itu ingkar dan tidak mau memahami apa sebabnya Allah menjadikan nyamuk sebagai perumpamaan, Maka mereka itu menjadi sesat.
Firman Allah dalam Surat Al Maidah ayat 4 :
يَسْأَلُونَكَ مَاذَا أُحِلَّ لَهُمْ قُلْ أُحِلَّ لَكُمُ الطَّيِّبَاتُ وَمَا عَلَّمْتُمْ مِنَ الْجَوَارِحِ مُكَلِّبِينَ تُعَلِّمُونَهُنَّ مِمَّا عَلَّمَكُمُ اللَّهُ فَكُلُوا مِمَّا أَمْسَكْنَ عَلَيْكُمْ وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَيْهِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ (٤)
“ Mereka menanyakan kepadamu: "Apakah yang Dihalalkan bagi mereka?". Katakanlah: "Dihalalkan bagimu yang baik-baik dan (buruan yang ditangkap) oleh binatang buas yang telah kamu ajar dengan melatih nya untuk berburu; kamu mengajarnya menurut apa yang telah diajarkan Allah kepadamu. Maka makanlah dari apa yang ditangkapnya untukmu, dan sebutlah nama Allah atas binatang buas itu (waktu melepaskannya). dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat cepat hisab-Nya”
Binatang buas itu dilatih menurut kepandaian yang diperolehnya dari pengalaman; pikiran manusia dan ilham dari Allah tentang melatih binatang buas dan cara berburu.
Buruan yang ditangkap binatang buas semata-mata untukmu dan tidak dimakan sedikitpun oleh binatang itu.
Di waktu melepaskan binatang buas itu disebut nama Allah sebagai ganti binatang buruan itu sendiri menyebutkan waktu menerkam buruan.
Firman allah mengenai ciptaanya:
الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ (١٩١)
” (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka”(Qs. Al Imron :191).
Kenapa Allah menciptakan anjing?" Apakah ada sebuah hikmah yang dapat diambil dari perbuatan Allah menciptakan anjing ?"
1. Allah menciptakan anjing untuk menghinakan orang yang bertanya mengapa DIA menciptakan anjing.
Seolah-olah allah dalam menciptaan anjing itu tidak memberikan manfaat sedikitpun. Padahal sungguh, dia sendiri tidak akan sanggup menciptakan anjing hidup dengan tangannya sendirian.
1. Karena itu, Allah Subhanahu wata'ala memperlihatkan keagungannya kepadamu dengan menciptakan anjing.
Sesungguhnya anjing itu memiliki beberapa sifat yang baik, yang kalau ada pada diri manusia, tentu orang itu akan memperoleh derajat yang tinggi. Bahwa anjing memiliki sifat keteladanan yang bisa dicontoh manusia yang beriman. Berikut nilai-nilai kesalehan anjing :
- Gemar mengosongkan perut. Termasuk sifat orang yang shaleh.
- Apabila diberi makanan apapun itu, ia rela menerimanya. Termasuk sifat qona'ah.
- Memandangi setiap orang yang memandanginya sampai dilemparkan kepadanya sesuap makanan. Termasuk sifat orang yang sabar.
- Tidak mempunyai tempat tertentu, seperti orang-orang tawakkal.
- Sedikit tidur di waktu malam, seperti orang- orang muhibbin.
- Tidak mempunyai harta seperti orang-orang yang zuhud.
- Tidak meninggalkan tuannya sekalipun kasar terhadapnya, seperti muridin
- Rela di mana saja berada, seperti orang-orang yang rendah hati dan ikhlas.
- Pergi dari tempat ia diusir ke tempat lainnya, seperti orang-orang yang ridha.
- Jika dipukul dan kemudian diberi sesuatu, maka ia akan kembali tanpa ada rasa dendam, seperti orang-orang yang khusyu'.
Yaitu apabila ia memperhatikan sesuatu, selalu memperoleh manfaat dan faedah, ia selalu menggambarkan kebesaran Allah, mengingat dan mengenang kebijaksanaan, keutamaan dan banyaknya nikmat Allah kepadanya.
0 Response to "Perilaku Anjing dan Manusia"
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar Dengan Bijak