Bersabarlah, Menyikapi Musibah dengan Baik

Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji hanya milik Allah Subhanahu wa ta’ala, kita memuji-Nya, memohon pertolongan dari-Nya, dan meminta ampunan-Nya. Kita berlindung kepada-Nya dari keburukan-keburukan jiwa kita, dan kejelekan-kejelekan perbuatan kita.
 
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah atas diri Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, keluarganya, para sahabatnya, dan orang orang yang setia meniti jalan petunjuknya hingga hari kiamat.

Setiap Muslim wajib beriman bahwa musibah apa pun seperti gempa bumi, banjir, wabah penyakit telah ditetapkan Allah Subhanahu Wa Ta'ala dalam Lauhul Mahfuzh. Sesuai kewajiban menerima ketentuan Allah ini dengan lapang dada (ridha). 

Tidaklah kedua telinga mendengar kalimat musibah melainkan pada telinga satunya harus ada kalimat sabar, kalau seandainya hal itu tidak dilakukan maka masalah atau problem tersebut akan menjadi semakin membesar. 

Pada akhirnya membuat patah semangat dan berujung enggan untuk menyelesaikanya. Namun, Allah Maha Penyayang dalam hal ini kepada para hamba-Nya, Allah memberi petunjuk bagi mereka tentang cara untuk mengatasi masalah, yaitu dengan kesabaran.

Dalam agama Islam, sabar mempunyai kedudukan yang sangat penting, bahkan ia merupakan bagian dari agama itu sendiri, di mana sabar adalah tempat berteduhnya bagi para penyabar, dan merupakan harta simpanan dari simpanan-simpanan di surga. 

Ibnu Qayyim menjelaskan, “Kedudukan sabar di dalam iman adalah laksana kedudukan kepala bagi seluruh tubuh. Apabila kepala sudah terputus, maka tidak ada lagi kehidupan bagi seluruh tubuh.” 

Allah Subanahu Wa Ta'ala telah menjanjikan bagi orang-orang yang sabar dengan pahala yang sangat besar, hal itu dijelaskan dalam firman-Nya:

اِنَّمَا يُوَفَّى الصّٰبِرُوْنَ اَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ

“Hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas.”(Q.S. az-Zumar: 10)

Nabi  Shallallahu 'Alaihi Wa sallam juga pernah bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم :( عَجَباً لأمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَلِكَ لأِحَدٍ إِلاَّ للْمُؤْمِن: إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْراً لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خيْراً لَهُ). رواه مسلم

“Sungguh sangat menakjubkan perkaranya seorang mukmin itu, semua perkaranya baik, dan tidak ada pada seorang pun melainkan hanya seorang mukmin, jika dirinya mendapat reziki dia bersyukur, maka itu baik baginya, jika dirinya di timpa musibah lalu bersabar itu juga baik baginya”. (HR Muslim).

Sikap sabar sendiri mempunyai makna yang dalam yaitu berhenti bersama musibah dengan cara menyikapi yang baik. 

Dan jangan dikira kalau musibah itu hanya pada perkara-perkara yang besar saja seperti kematian atau perceraian, misalkan, akan tetapi setiap perkara yang kamu merasakan sedih ketika kehilangan darinya maka itulah yang dinamakan musibah.

Pernah suatu hari tali sendalnya Umar bin Khatab, semoga Allah meridhoinya, putus maka beliau pun mengucapkan kalimat istirjaa’ lalu mengatakan: “Setiap kejadian buruk yang menimpamu maka itu adalah musibah”.

Istirja' merupakan penyerahan diri dan kepasrahan. Allah Taala menjadikan kalimat ini sebagai doa untuk berlindung bagi orang-orang yang dirundung musibah. 

Juga menjadi pegangan bagi mereka yang sedang diuji. Karena kalimat ini mengandung arti yang penuh berkah.

Innaa lillaahi (sesungguhnya kami milik Allah) adalah pengesaan Allah dan pengakuan bahwa diri kita adalah hamba-Nya dan milik-Nya. 

Sedangkan, wa innaa ilaih raajiuun adalah pengakuan bahwa kita akan mati dan akan dibangkitkan lagi dari kuburan kita. Dan kita meyakini bahwa segala sesuatu akan kembali kepada-Nya. 

Dan jika seorang muslim tidak sabar ketika tertimpa sebuah musibah, tidak pula mengharap pahala dari sebab musibah tersebut, maka hilang sudah pahala dan ganjaran dari Allah ta’ala pada hari-hari musibah tersebut.

Ibnul Jauzi mengatakan: “Kalau sekiranya dunia itu bukan tempatnya ujian maka tidak ada yang namanya penyakit, cemas, bimbang dan perasaan suram, kehidupan tidak terasa sempit bagi para nabi dan orang-orang pilihan. 

Nabi Adam tidak akan diuji sampai keluar dari dunia, Nabi Nuh menangis dalam waktu yang sangat panjang tiga ratus tahun (lamanya), Nabi Ibrahim di lempar ke dalam api dan diuji untuk menyembelih anaknya yang ia cintai 

Nabi Ya’qub menangis karena kehilangan anaknya Yusuf sampai hilang penglihatannya, Nabi Musa dikejar Fira’un, bukan itu saja, namun kaumnya pun mendapat ujian dari kezaliman Fir’aun, Nabi Isa bin Maryam tidak ada tempat untuk berlindung baginya melainkan hidup dalam kesengsaraan.

Dan Nabi kita Muhammad Shallallahu 'Alihu Wa sallam sabar dalam kehidupan yang serba kekurangan, terbunuhnya Hamzah bin Abdul Mutholib pamannya yang merupakan orang paling beliau cintai dari kalangan keluarganya, begitu juga ditinggal lari oleh kaumnya, (pada pertama kalinya muncul dakwah beliau), mereka enggan untuk menerima dakwahnya. 

Dan masih banyak lagi selain mereka dari kalangan para Nabi dan para wali yang sangat luar biasa diuji kesabarannya.

Dan sabar yang dimaksud di sini, bukan hanya sekedar mampu menahan musibah yang menimpanya dan meneguk rasa sakit yang dialaminya serta kesedihan yang terasa menyekat di kerongkonganya, namun sabar di sini adalah sabar yang mampu mencari solusi permasalahannya dan sanggup menata kembali perkaranya.

Adakalanya sabar di dalam mencari solusinya dengan dakwah kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala, adakalanya sabar di dalam mencari solusinya dengan mendidik dan bergaul dengan cara yang indah, adakalanya sabar di dalam mencari solusinya dengan kembali menikah dan istiqomah bersamanya, demikian seterusnya setiap masalah dibutuhkan cara penyelesaian dan kesabaran dalam mencari solusinya.

Allah Subhanahu wa ta'ala menjelaskan bahwa sarana yang paling baik untuk menanggung segala macam cobaan ialah dengan sikap sabar dan banyak salat, seperti yang dijelaskan di dalam firman-Nya: 

وَاسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِ ۗ وَاِنَّهَا لَكَبِيْرَةٌ اِلَّا عَلَى الْخٰشِعِيْنَۙ

"Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Dan (salat) itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk. (Al-Baqarah: 45) 

Di dalam sebuah hadis disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam apabila mendapat suatu cobaan, maka beliau mengerjakan salat. 

Sabar itu ada dua macam, yaitu sabar dalam meninggalkan hal-hal yang diharamkan dan dosa-dosa, serta sabar dalam mengerjakan ketaatan dan amal-amal taqarrub. Jenis yang kedua inilah yang lebih utama, mengingat ia adalah tujuan utama. 

Adapun jenis sabar lainnya yaitu sabar dalam menanggung berbagai macam musibah dan cobaan, jenis ini pun hukumnya wajib; perihalnya sama dengan istigfar (memohon ampun) dari segala macam cela.

0 Response to "Bersabarlah, Menyikapi Musibah dengan Baik"

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar Dengan Bijak