ุจِุณْู
ِ ุงِّููู ุงูุฑَّุญْู
َِู ุงูุฑَّุญِْูู
ِ Segala puji hanya milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wassallam, keluarga, dan para sahabatnya, serta pengikutnya yang selalu setia dan Istiqomah hingga hari akhir.
Status manusia berbeda dengan malaikat yang penuh dengan kesucian dan kemuliaan dengan tabiatnya yang selalu patuh dan taat kepada Rabb. Tetapi hakikat manusia juga berlainan dengan iblis yang statusnya durhaka selama-lamanya.
Manusia berada di antara keduanya, yang sewaktu-waktu dapat naik ke jenjang kemuliaan dan kesucian tetapi juga sewaktu-waktu terjerumus ke dalam lembah kehinaan dan kedurhakaan bila berkawan dengan iblis.
Setiap orang muslim sangat memerlukan dua perkara ini, yaitu pengampunan dosa dan penghapusan kesalahan.
Manusia dianugerahi sejumlah keistimewaan tertentu dibandingkan dengan makhluk-makhluk lainnya, namun juga kelemahan-kelemahan.
Salah satu kelemahannya ialah apabila dirayu oleh iblis dengan bujuk yang manis kadang-kadang dapat tergoda dan terperosok mengikutinya.
Pengertian yang akan dijelaskan kali ini, dan diuraikan secara harfiah, mengandung dua kata yang melengkapi satu sama lain yaitu dosa dan jariyah
Dosa merupakan segala bentuk perbuatan yang melanggar hukum, aturan dan syari’at yang telah Allah Subhanahu Wa Ta'la dan RasulNya tetapkan untuk seluruh manusia dengan kecenderungan untuk tidak melakukannya.
Jariyah merupakan serapan dari bahasa Arab yang bisa mencakup beberapa arti yang sifatnya umum dan tidak mengikat, artinya terjemahan bebas.
Seperti memiliki arti mengalir, yaitu bagaikan mengalir seperti air yang tiada bertepi. Dan juga memiliki arti tiada henti, seperti seorang yang berlomba lari terus menerus tiada henti sampai puncak garis finish menghampiri.
Dosa jariyah bisa dikatakan dosa yang berkelanjutan dan tiada berkesudahan, dosa yang tidak akan pernah terputus, dosa yang akan menuntut, dan terus menerus mengikis kebaikan.
Jadi ketika dua kata tersebut digabungkan, maka pengertian dari Dosa jariyah itu sendiri kurang lebih seperti berikut ini:
“Segala bentuk perbuatan yang melanggar aturan dan menentang syari’at yang Allah Subhanahu Wa Ta 'ala dan RasulNya tetapkan.
Dengan sadar melakukannya secara terang-terangan sehingga diikuti oleh orang-orang setelahnya, dan dosanya akan terus menerus mengalir meskipun pelaku dosa tersebut telah meninggal dunia, dan akan terus menuntut dan diminta pertanggungjawabannya kelak di akhirat nanti.
Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta 'ala :
َِููุญْู
ُِْููุٓง ุงَْูุฒَุงุฑَُูู
ْ َูุงู
َِูุฉً َّْููู
َ ุงِْٰูููู
َุฉِ َููۙ
ِْู ุงَْูุฒَุงุฑِ ุงَّูุฐَِْูู ُูุถَُُِّْููููู
ْ ุจِุบَْูุฑِ ุนِْูู
ٍ ۗ ุงََูุง ุณَุงุۤกَ ู
َุง َูุฒِุฑَُْููࣖ
“Ucapan mereka menyebabkan mereka memikul dosa-dosanya dengan sepenuh-penuhnya pada hari kiamat, dan sebagian dosa-dosa orang yang mereka sesatkan yang tidak mengetahui sedikitpun bahwa mereka disesatkan. Ingatlah, amat buruklah dosa yang mereka pikul itu.” (QS. An-Nahl: 25).
Pelaku dosa jariyah akan memikul dosa-dosa orang setelahnya, yaitu mereka yang selalu mengikuti apa- apa yang pelaku dosa itu kerjakan.
Hal itu menunjukkan bahwa dosa jariyah diperoleh dan disebabkan seseorang menjadi pelaku utama, juga inisiator serta pencetus suatu perbuatan atau kebiasaan buruk, yang disengaja ataupun tidak, dan dalam keadaan sadar.
Akibatnya, ia mendapatkan dosa yang berkelanjutan pula karena telah membiasakan sesuatu perbuatan buruk yang tentunya melanggar hukum dan syariat yang Allah Subhanahu Wa Ta 'ala dan RasulNya tetapkan. Sebagaimana kutipan hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam yang berbunyi:
ุนู ุฃุจู ูุฑูุฑุฉ ุฑุถู ุงููู ุนูู ูุงู، ุฃู ุฑุณูู ุงููู ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู
ูุงู: ู
َْู ุฏَุนَุง ุฅَِูู ُูุฏًู َูุงَู َُูู ู
َِู ุงْูุฃَุฌْุฑِ ู
ِุซُْู ุฃُุฌُْูุฑِ ู
َْู ุชَุจِุนَُู َูุง َُْูููุตُ ุฐََِูู ู
ِْู ุฃُุฌُْูุฑِِูู
ْ ุดَْูุฆًุง، َูู
َْู ุฏَุนَุง ุฅَِูู ุถََูุงَูุฉٍ ، َูุงَู ุนََِْููู ู
َِู ุงْูุฅِุซْู
ِ ู
ِุซُْู ุขุซَุงู
ِ ู
َْู ุชَุจِุนَُู َูุง َُْูููุตُ ุฐََِูู ู
ِْู ุขุซَุงู
ِِูู
ْ ุดَْูุฆًุง
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , bahwa Rasรปlullรขh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Barangsiapa mengajak (manusia) kepada petunjuk, maka baginya pahala seperti pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Dan barangsiapa mengajak (manusia) kepada kesesatan maka ia mendapatkan dosa seperti dosa-dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun.” (HR Muslim)
Maka kesimpulan dari hadits tersebut, yaitu kita dituntut untuk selalu berhati-hati dan waspada terhadap perkataan dan perbuatan yang melanggar, merusak dan buruk yang dapat diikuti oleh orang lain.
Sebab, meski pelakunya telah tiada sekalipun, ia akan menanggung dosa dari kebiasaan yang ia tinggalkan di dunia.
Jadi kita dituntut untuk selalu waspada dengan dosa yang kita anggap sedikit dan kecil, kemudian tanpa kita sadari mengalir menjadi besar, bahkan seperti bukit.
Setiap yang dilakukan manusia seimbang dengan dampak yang didapatkan. Ada kebaikan ada pahala, ada keburukan ada dosa.
Jika ada amal jariyah, lalu adakah dosa jariyah? amal jariyah tak usang ditelinga, lalu bagaimanakah dengan dosa jariyah? apakah dosa jariyah ada dalam Al-Quran bagaimana perspektif Al-Quran mengenai dosa jariyah?
Menurut para mufassir setiap perbuatan dosa akan terus mengalir selama masih ada orang yang mengerjakan dosa tersebut.
Baik karena mengajak, ataupun karena meninggalkan bekas (dosa) selama hidup di dunia, para mufasir memberikan contoh dalam perbuatan dosa jariyah seperti al-Maraghi, orang yang memulai kebencian, permusuhan sehingga banyak orang yang mengikutinya.
Dosa jariah dalam Al-Quran mempunyai kalimat yang berbeda, Al-Quran menyebutnya dengan kalimat liyahmilu, auzarahum, liyahmilunna, astqalahum dan wana’tubuma qaddamu, waatharahum.
Ibnu Qudamah al-Maqdisi dalam Mukhtashar Minhajul Qashidin menegaskan bahwa dosa kecil bisa menjadi besar karena disebabkan dengan hal-hal berikut ini:
1. Dosa tersebut dilakukan secara terus menerus. Dosa besar yang telah berhenti memiliki peluang yang lebih besar untuk diampuni daripada dosa kecil yang sering dilakukan.
Ibaratnya seperti tetesan air jika terjadi secara terus menerus, maka air tersebut bisa melubangi batu.
Namun, jika misalnya air dalam volume besar ditumpahkan dengan sekaligus ke atas batu tersebut. Oleh karena itu Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa sallam bersabda sebagai berikut:
ุฃَุญَุจَّ ุงْูุฃَุนْู
َุงِู ุฅَِูู ุงَِّููู ุฃَุฏَْูู
َُูุง َูุฅِْู ََّูู
“Dan ketahuilah sesungguhnya amal baik yang paling disukai oleh Allah adalah yang paling bertahan lama, meskipun amal tersebut hanya sedikit.”
2. Dosa yang dianggap kecil. Sebuah asumsi kecil terhadap dosa menandakan bahwa orang tersebut tidak menjaga etikanya kepada Allah.
Dalam petuah sufi disebutkan, “jangan kau berpikir seberapa kecil kesalahan yang kau lakukan, tapi pikirkanlah betapa Maha Besar Tuhan yang engkau durhakai”.
Anggapan kecil terhadap sebuah dosa menandakan pendosa tersebut sudah terbiasa dengan melakukan dosa tersebut.
3. Perasaan bangga terhadap dosa yang telah dia lakukan.
Kebanggaan terhadap sebuah dosa merupakan hal yang sangat lumrah terjadi, padahal tanpa disadari bahwa kebanggan akan sebuah dosa tersebut sangatlah berbahaya, karena dia telah :
1. Menghina ajaran Allah
2. Menganggap baik-baik saja perbuatan dosa tersebut
3. Mengajak orang lain untuk untuk meniru apa yang dilakukanya, dan hal inilah yang dimaksud dengan dosa jariyah.
Yakni dosanya satu orang yang kemudian dialirkan kepada orang lain sehingga dosa yang awalnya sedikit menjadi bukit karena diperluaskan.
4. Melakukan dosa di tempat atau waktu-waktu mulia. Dosa yang dilakukan di masjid atau dilakukan pada waktu bulan Ramadan yang menyebabkan dosa tersebut menjadi semakin besar karena ada unsur berbuat dosa kepada diri sendiri dan juga kepada waktu dan tempat yang suci dan mulia.
5. Sebuah dosa yang dilakukan oleh seorang yang menjadi publik figur atau panutan banyak orang.
Karena kesalahan atau dosa yang dilakukan oleh orang tersebut berpotensi besar untuk ditiru oleh masyarakat awam.
Maka ketika orang alim atau tokoh panutan melakukan dosa, sangat mungkin dosa tersebut menjadi dosa jariyah.
Naudzubillahimindzalik. Semoga kita dihindarkan dari dosa jariyah tadi, karena betapa berat dan keras peringatan Allah dan RasulNya terhadap orang yang melakukan dosa jariyah.
Sebaliknya kita berharap agar termasuk orang yang berusaha melakukan pahala jariyah, dan mudah mudahan kita diberikan kemudahan untuk melakukan pahala jariyah, dianugerahkan keistiqamahan untuk menjaga segala perkataan dan perbuatan kita dari dosa jariyah.
Selalu mawas diri, menghadirkan dihati kita untuk selalu bertaqarrub kepadaNya, dan bertaubat kepadaNya dengan sebenar- benar taubat. Karena kita tidak tahu, kelak akhir hidup kita seperti apa, dan menjadi apa nanti diakhir ajal kita nanti.
Menjadi pribadi yang suul khatimah, atau sebaliknya, husnul khatimah, sesuai harapan, doa dan tujuan kita selama ini hidup didunia yaitu meninggal dalam keadaan yg terbaik.
Perihal dosa, pahala, surga dan neraka hanyalah Allah Subhanahu Wa Ta 'ala yang maha mengetahui dan mengaturnya.
Akan tetapi kita sebagai makhluk bukankah alangkah baiknya untuk mencegah hal-hal kemungkaran dan lebih mendekatkan diri kepada Allah dengan memperbanyak dan menyerukan hal-hal kebaikan.
0 Response to "Ingat Dan Selalu Waspada Terhadap Dosa Jariyah! Dosa Sedikit Yang Mengalir Terus"
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar Dengan Bijak