Tafsir Mimpi Menurut Islam
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji hanya milik Allah Subhanahu wa ta'ala, shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita nabi Muhammad shalallahu alaihi wassallam, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang setia dan istiqamah hingga akhir hayat.
Setiap manusia tentu pernah mengalami mimpi. Bisa saja mimpi yang menyenangkan, yang indah atau sebaliknya mimpi yang menakutkan, membuat frustrasi, menenangkan, membosankan, atau benar-benar aneh.
Bermimpi adalah proses yang sangat emosional dari amigdala (pusat emosional di otak), yang aktif selama tidur.
Mimpi adalah gambaran, pikiran, dan emosi yang dialami seseorang selama tidur. Biasanya terjadi pada tahap tidur REM (rapid eye movement), yakni tahapan tidur yang membuat napas jadi lebih cepat atau tidak teratur, dan mata bergerak ke segala arah dengan cepat.
Jika Anda pernah terbangun dari mimpi yang sangat meresahkan atau aneh, mungkin Anda bertanya-tanya, mengapa bisa memimpikan hal-hal itu. Banyak tafsir mimpi yang berusaha menjelaskan makna yang terkandung dalam mimpi.
Meski begitu, tafsir mimpi dalam Islam sudah menjadi penguak rahasia sejak zaman nabi. Tak jarang para nabi menerima petunjuk dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala melalui mimpi.
Namun begitu jangan sampai mimpi membuat kita menjadi percaya tahayul. Sebab ada juga mimpi yang berasal dari setan dan jin.
Tafsir Mimpi Menurut Islam
Tafsir mimpi termasuk disiplin ilmu pengetahuan yang paling sulit dipelajari jika dibandingkan dengan ilmu-ilmu lain.
Sebab tidak semua mimpi bisa ditafsirkan dan tidak semua orang berkompeten untuk bisa menafsirkan arti sebuah mimpi sebenarnya.
Nabi Muhammad mengelompokkan jenis mimpi menjadi tiga bagian. Hal ini berdasarkan dalam salah satu hadits, beliau bersabda:
َูุงูุฑُّุคَْูุง ุซََูุงุซٌ، ุงูุญَุณََูุฉُ ุจُุดْุฑَู ู
َِู ุงَِّููู، َูุงูุฑُّุคَْูุง ُูุญَุฏِّุซُ ุงูุฑَّุฌُُู ุจَِูุง َْููุณَُู، َูุงูุฑُّุคَْูุง ุชَุญْุฒٌِูู ู
َِู ุงูุดَّْูุทَุงِู، َูุฅِุฐَุง ุฑَุฃَู ุฃَุญَุฏُُูู
ْ ุฑُุคَْูุง َْููุฑََُููุง ََููุง ُูุญَุฏِّุซْ ุจَِูุง ุฃَุญَุฏًุง ََُْููููู
ْ َُْูููุตَِّู
Artinya: "Mimpi itu ada tiga. Mimpi baik yang merupakan kabar gembira dari Allah, mimpi karena bawaan pikiran seseorang (ketika terjaga), dan mimpi menyedihkan yang datang dari setan. Jika kalian mimpi sesuatu yang tak kalian senangi, maka jangan kalian ceritakan pada siapa pun, berdirilah dan shalatlah!." (HR Muslim).
Berdasarkan hadits di atas, dapat dipahami bahwa tidak semua mimpi yang dialami dapat dijadikan sebagai petunjuk. Lantaran ada kemungkinan mimpi yang dialami, bukan berasal dari Allah.
Tapi karena bisikan setan atau tersibukkannya kita dalam memikirkan suatu objek tertentu, hingga objek itu terbawa dalam mimpi.
Tafsir Mimpi yang Menjadi Petunjuk Menurut Islam
Tafsir mimpi yang dapat dijadikan pijakan atau petunjuk ialah yang betul-betul berasal dari petunjuk Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Dalam kitab suci Al-Quran disampaikan dalam ayat berikut:
َُููู
ُ ุงْูุจُุดْุฑَู ِูู ุงْูุญََูุงุฉِ ุงูุฏَُّْููุง َِููู ุงْูุขุฎِุฑَุฉِ
"Bagi mereka berita gembira dalam kehidupan dunia dan di akhirat." (QS. Yunus: 64).
Makna 'berita gembira' dalam ayat di atas, ialah mimpi baik yang dialami oleh seorang muslim. Yang kemudian dijelaskan pula dalam hadits Nabi Shalallahu 'Alaihi Wa sallam:
َِูู ุงูุฑُّุคَْูุง ุงูุตَّุงِูุญَุฉُ، َูุฑَุงَูุง ุงْูู
ُุณِْูู
ُ، ุฃَْู ุชُุฑَู َُูู
"Yang dimaksud kegembiraan dalam ayat di atas adalah mimpi yang baik yang terlihat oleh orang Muslim atau yang diperlihatkan padanya." (HR Ibnu Majah).
Mimpi yang Datang dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala Salah seorang sahabat Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wa sallam, Abdullah bin Zaid dan Umar bin Khattab pernah bermimpi.
Mimpi mereka pernah dijadikan sebagai dasar penentu pensyari'atan adzan. Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa sallam menjadikan dasar penetapannya dari sebuah mimpi.
Ini menjadi salah satu contoh tafsir mimpi petunjuk dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Mimpi yang dinilai bukan berasal dari bisikan setan, salah satunya dengan menandai waktu terjadinya mimpi tersebut.
Bila mimpi terjadi pada dini hari atau saat waktu sahur. Maka kemungkinan besar mimpi itu adalah mimpi yang benar dan dapat ditafsirkan.
Sedangkan mimpi yang dianggap berasal dari bisikan setan, adalah mimpi yang terjadi pada awal-awal malam atau saat petang. Ketentuan ini seperti yang dijabarkan oleh Ibnu al-Jauzi:
َูุฃَุตْุฏَُู ุงูุฑُّุคَْูุง: ุฑُุคَْูุง ุงْูุฃَุณْุญَุงุฑِ، َูุฅَُِّูู َْููุชُ ุงُّููุฒُِูู ุงْูุฅَِِِّููู، َูุงْูุชِุฑَุงุจِ ุงูุฑَّุญْู
َุฉِ َูุงْูู
َุบِْูุฑَุฉِ، َูุณُُِููู ุงูุดََّูุงุทِِูู، َูุนَْูุณُُู ุฑُุคَْูุง ุงْูุนَุชْู
َุฉِ، ุนِْูุฏَ ุงْูุชِุดَุงุฑِ ุงูุดََّูุงุทِِูู َูุงْูุฃَุฑَْูุงุญِ ุงูุดَّْูุทَุงَِّููุฉِ
"Mimpi yang paling benar adalah di waktu sahur, sebab waktu tersebut adalah waktu turunnya (isyarat) ketuhanan, dekat dengan rahmat dan ampunan, serta waktu diamnya setan. Kebalikannya adalah mimpi di waktu petang (awal waktu malam)." (Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Madarij as-Salikin, juz 1, hal. 76).
Menafsirkan Mimpi Menurut Islam Tidak Terlarang
Menjadi sebuah keistimewaan jika memiliki kemampuan menafsirkan mimpi.
Hal ini dibuktikan dengan kelebihan yang diperoleh Nabi Yusuf Alaihi Sallam. Tertuang dalam AlQuran surat Yusuf ayat 21
ََููุงَู ุงَّูุฐِู ุงุดْุชَุฑُٰูู ู
ِْู ู
ِّุตْุฑَ ِูุงู
ْุฑَุงَุชِูٖٓ ุงَْูุฑِู
ِْู ู
َุซُْٰููู ุนَุณٰูٓ ุงَْู ََّْูููุนََูุงٓ ุงَْู َูุชَّุฎِุฐَูٗ ََููุฏًุง ََููุۗฐَِٰูู ู
َََّّููุง ُِْูููุณَُู ِูู ุงْูุงَุฑْุถِۖ َُِูููุนَِّูู
َูٗ ู
ِْู ุชَุฃِِْْููู ุงْูุงَุญَุงุฏِْูุซِۗ َูุงُّٰููู ุบَุงِูุจٌ ุนَٰููٓ ุงَู
ْุฑِูٖ ََِّٰูููู ุงَْูุซَุฑَ ุงَّููุงุณِ َูุง َูุนَْูู
َُْูู
Artinya: "Dan orang dari Mesir yang membelinya berkata kepada istrinya," Berikanlah kepadanya tempat (dan layanan) yang baik, mudah-mudahan dia bermanfaat bagi kita atau kita pungut dia sebagai anak." Dan demikianlah Kami memberikan kedudukan yang baik kepada Yusuf di negeri (Mesir), dan agar Kami ajarkan kepadanya takwil mimpi. Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengerti"
Dengan demikian, mempelajari ilmu tentang tafsir mimpi, tidak dilarang dalam Islam. Bahkan oleh sebagian ulama, ilmu tafsir mimpi ini dimasukkan dalam kategori ilmu syariat.
Salah satu yang berpandangan demikian ialah antropolog terkemuka Muslim, Ibnu Khaldun. Berikut pandangannya tentang ilmu tafsir mimpi:
"Ilmu Tafsir Mimpi. Ilmu ini merupakan bagian dari ilmu syariat dan merupakan ilmu yang baru dalam agama tatkala ilmu-ilmu dijadikan sebuah pekerjaan dan manusia menuliskan tentang ilmu.
Sedangkan mimpi dan tafsir mimpi sebenarnya telah wujud di zaman salaf (terdahulu) seperti halnya juga wujud di zaman khalaf (masa kini)." (Ibnu Khaldun, Muqaddimah Ibnu Khaldun, hal. 288).
Hendaknya dalam mempelajari ilmu tafsir mimpi terlebih dahulu menguasai ilmu-ilmu syariat yang bersifat fardlu 'ain, seperti ilmu tauhid, ilmu fiqih, dan ilmu-ilmu syariat lainnya.
Hal ini supaya kita memiliki fondasi ilmu agama yang mumpuni serta tidak mudah tertipu dengan hal-hal gaib yang ternyata bisikan setan atau khayalan pribadi semata.
Demikian Pengertian Tafsir mimpi menurut Islam yang perlu kita ketahu semoga bermanfaat terima kasih atas kunjungannya.
0 Response to "Tafsir Mimpi Menurut Islam"
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar Dengan Bijak