Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji hanya milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wassallam, keluarga, dan para sahabatnya, serta pengikutnya yang selalu setia dan Istiqomah.
Tasawuf mengajarkan umat manusia agar menjadi pribadi yang berakhlak mulia dan menghilangkan segala akhlak dari perbuatan tercela.
Umat Manusia yang dapat mengamalkan ilmu tasawuf dengan baik, akan selalu memiliki hati bersih, suci, dan disinari oleh ajaran-ajaran Allah Subhanahu Wa Ta'la dan Rasul-Nya.
Apa yang dimaksud tasawuf itu?
Tasawuf itu merupakan suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari cara dan jalan bagaimana seseorang dapat berada sedekat mungkin dengan Tuhan.
Secara etimologi kata tasawuf berasal dari:
1. Ahlussuffah, yakni orang-orang yang ikut pindah bersama Nabi dari Mekah ke Madinah,
2. Shafi dan shafiyyun yang artinya suci. Maksudnya, seorang sufi adalah orang yang disucikan,
3. Shuf (kain wol kasar yang dibuat dari bulu), maksudnya bahwa kaum sufi sering memakai kain wol kasar sebegai simbol kesederhanaan (Nasution, 1995: 56).
Menurut Al-Kurdi dalam (Majhuddin, 2009: 66), tasawuf adalah suatu ilmu yang mempelajari hal ihwal kebaikan dan keburukan jiwa,
- Cara membersihkannya dari sifat-sifat yang buruk dan mengisinya dengan sifat-sifat yang terpuji,
- Cara melakukan suluk, melangkah menuju keridhaan Allah dan meninggalkan larangan-Nya menuju kepada perintah-Nya.
Menurut Al-Nuri dalam (Isma’il, 2008: 89), tasawuf adalah penyangkalan semua kesenangan diri sendiri. Penyangkalan ada dua macam, yaitu formal dan hakiki.
Jika seseorang menyangkal suatu kesenangan dan mendapatkan kesenangan dalam penyangkalan, inilah yang disebut penyangkalan formal;
Tetapi jika kesenangan menyangkal dia, kemudian kesenangan lenyap, dan masalah ini ada dalam kontemplasi yang sesungguhnya ketika sufi menyaksikan Tuhan dengan bashirahnya (musyahadah), maka dari itu, penyangkalan kesenangan adalah tindakan manusia, tetapi pelenyapan kesenangan adalah tindakan Tuhan.
Tindakan manusia adalah resmi (formal) dan bersifat majazi atau metamorphosis, sedangkan tindakan Tuhan adalah hakiki
Lebih lanjut al-Nuri menjelaskan, bahwa tasawuf adalah akhlak mulia dan ia tidak dapat diperoleh sampai orang tersebut menuntut dari diri sendiri prinsip-prinsip moral, dan membuat tindakan-tindakanmu sesuai dengan prinsip-prinsip moral itu dan memenuhi tuntutan-tuntutannya.
Perbedaan antara praktik-praktik dan moral (akhlak) adalah bahwa praktik merupakan tindakan-tindakan yang tidak memiliki realitas, sehingga bentuknya berlainan dengan ruhnya, sementara akhlak adalah tindakan-tindakan terpuji tanpa upacara atau motif, sehingga bentuknya selaras dengan ruhnya.
Selain itu, ada juga yang mengatakan bahwa tasawuf adalah kemerdekaan, sehingga manusia terbebaskan dari ikatan-ikatan hawa nafsu dan kemurahan hati.
Yakni dia dibersihkan dari kebanggaan akan kemurahan hati dan penghapusan jerih payah yang sia-sia, yakni dia berusaha meraih pahala yang berlipat ganda dan kedermawanan, yakni dia menyerahkan dunia kepada orang-orang di dunia ini.
Ada tiga macam akhlak yang harus dilakukan oleh seorang yang mengikuti jalan tasawuf, yaitu:
1. Akhlak kepada Tuhan, dengan memenuhi perintah-perintah-Nya tanpa kemunafikan;
2. Akhlak kepada manusia, dengan menghormati yang lebihn tua dan berlaku kasih sayang kepada yang lebih muda dan berbuat adil terhadap sesama, dan dengan tidak mencari balasan dan keadilan dari segenap orang pada umumnya; dan
3. Akhlak kepada diri sendiri, dengan tidak menuruti hawa nafsu
dan setan.
Ketiga akhlak inilah yang menjadikan seorang sufi menjadi orang yang paling mulia di hadapan Tuhan (Isma’il, 2008: 90).
Sufi adalah orang mulia, karena ruh-ruh mereka terbebaskan dari pencemaran manusiawi, tersucikan dari noda jasmani, dan terlepas dari hawa nafsu, sehingga mereka menemukan ketenangan bersama Tuhan dalam barisan awal dan derajat yang paling tinggi, dan terbebas dari semuanya kecuali Tuhan.
Sufi adalah orang yang tidak memiliki apa pun dan juga tidak dimiliki sapa pun. Ia menunjukkan hakikat pelenyapan (fana), karena seseorang yang kualitas-kualitasnya terlenyapkan, maka dia tidak memiliki dan juga tidak dimiliki, karena istilah milik hanya bisa dengan tepat dikenakan kepada benda-benda yang maujud.
Maknanya ialah bahwa sufi tidaklah membuat miliknya menjadi kebaikan di dunia ini atau kejayaan di akhirat, karena ia sama sekali tidak berada dalam pemilikan dan kendali dirinya sendiri.
Dia mencegah dirinya dari menginginkan kekuasaan atas orang-orang atau benda-benda yang lain agar yang lainnya tidak menginginkan kepasrahan darinya.
Perkataan ini menunjuk kepada suatu rahasia dari sufi-sufi yang mereka sebut "pelenyapan sempurna".
Menurut Al-Syadzili dalam (Isma’il, 2008: 85), tasawuf adalah latihan-latihan jiwa dalam rangka ibadah (ubudiyah), menempatkan dan mengembalikan jiwa sesuai dengan ketentuan dan hukum ketuhanan (rububiyah).
Seorang tasawuf harus membekali dirinya dengan empat sifat, yaitu berakhlak dengan akhlak Allah
subhanahu wa ta’ala, senantiasa melaksanakan perintah-perintah-Nya, meninggalkan kemenangan hawa nafsu di dalam dirinya karena malu kepada Allah serta berusaha selalu bersama dan berkekalan dengan-Nya secara sungguh-sungguh.
Dari beberapa pendapat para ahli tentang makna tasawuf sebagaimana diuraikan di atas, menunjukkan bahwa tasawuf pada dasarnya merupakan suatu suatu ilmu yang mempelajari tentang cara-cara membersihkan hati dari berbagai macam penyakit hati.
Kemudian mengisinya dengan sifat-sifat terpuji melalui mujahadah dan riyadhah, sehingga merasakan kedekatan dengan Allah dalam hatinya dan merasakan kehadiran Allah dalam dirinya.
Dan dapat melihat Allah dengan mata hatinya, sehingga dapat tampil sebagai sosok pribadi yang berbudi luhur dan berakhlak mulia dalam kehidupan sehari.
Umat Manusia yang dapat mengamalkan ilmu tasawuf dengan baik, akan selalu memiliki hati bersih, suci, dan disinari oleh ajaran-ajaran Allah Subhanahu Wa Ta'la dan Rasul-Nya.
0 Response to "MAKNA TASAWUF"
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar Dengan Bijak