AWAL PENGGUNAAN SALAFI DAN SALAFIYYAH OLEH KAUM WAHABI
Istilah salafi dan salafiyyah ini telah digunakan sejak abad pertengahan oleh golongan Ahlissunnah Wal Jama’ah yaitu golongan Asy’ariyyah dan Maturidiyyah sebagaimana tadi telah diuraikan.
Akan tetapi oleh Syekh Nashiruddin Al-Albani (ahli hadits kaum Wahabi) dan diikuti oleh semua penganutnya, dua kalimat ini dianggap madzhab bagi pengikut aliran Islam Sunni yang terkait dengan Wahhabi.
Menurut Syekh Muhammad Said Ramdlan Al-Buthi, bahwa pertama kali muncul ikon Salafi sebagai madzhab yaitu pada zaman munculnya pembaharuan Islam yang dikomandoi oleh Jamaluddin Al-Afghani dan muridnya yang bernama Muhammad Abduh .
Tentu saja sikap itu meng-copy paste terhadap sikap Ibnu Taimiyyah yang menganggap dirinya sebagai salafi karena merasa memiliki konsistensi dalam mengikuti jejak Imam Ahmad bin Hanbal RA,
Sebagai tokoh salaf yang anti bid’ah yang diciptakan oleh Mu’tazilah seperti Ilmu Kalam dan juga anti Takwil terhadap ayat-ayat mutasyabihat di dalam Al-Qur’an, karena dianggap sebagai penyimpangan dari maksud Al-Qur’an.
Sedangkan Imam Al-Asy’ari, setelah menulis Al-Ibanah dan Maqalat Al-Islamiyyiin, yang di dalamnya mengaku sebagai penganut Imam Ahmad bin Hanbal, dia menulis kitab yang menerangkan tentang kalam seperti kitab Istihsanul Khaudli Fil Kalam, Al-Luma’ dan yang lain.
Di dalam kitab-kitab tersebut Imam Al-Asy’ari merumuskan aqidah Ahlissunnah Wal Jama’ah dengan menggunakan rumusan argumentatif sebagaimana pemikiran kalam kaum Mu’tazilah.
Langkah Imam Al-Asy’ari dalam menulis kitab tentang kalam ternyata diikuti oleh para pengikutnya seperti :
1. Imam Al-Baqillani yang menulis kitab Hidayatul Mustarsyidin.
2. Imam Al-Haramain menulis kitab Luma’ul Adillah
3. Imam Al-Ghazali menulis kitab Al-Iqtishad Fil-I’tiqad, Al-Qisthas Al-Mustaqim dan yang lain, bahkan menulis kitab tentang filsafat seperti Maqashidul Falasifah dan Tahafutul Falasifah.
4. Imam Ar-Razi menulis kitab Nihayatul Uqul, dan menulis kitab tentang filsafat seperti Lubabul Isyarat Syarah Tanbihi Isyarat.
Disamping itu, mereka juga menggunakan pentakwilan ketika menghadapi ayat-ayat Mutasyabihat, tidak seperti sikap Imam Ahmad bin Hanbal, yang menolak untuk melakukannya.
Kenyataan ini membuat Ibn Taimiyyah dan para pengikutnya yang merasa memiliki konsistensi dalam mengikuti Imam Ahmad bin Hanbal, menuduh Asy’ariyah (Imam Asy’ari dan para imam pengikutnya) sudah menyimpang dari ajaran ulama salaf.
Sebab, Imam Ahmad bin Hanbal sangat mengecam Ilmu Kalam dan pentakwilan terhadap al-Qur’an, sementara Asy’ariyyah malah melakukannya.
Peristiwa inilah yang membuat Ibn Taimiyah dan pengikutnya, termasuk Kaum Wahabi, menamakan dirinya sebagai pengikut “Madzhab Salafi”.
Dan mereka menganggap bahwa Asy’ariyah bukan pengikut salaf dan bukan Ahlissunnah Wal Jamaah.
0 Response to " AWAL PENGGUNAAN SALAFI DAN SALAFIYYAH OLEH KAUM WAHABI"
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar Dengan Bijak