Jati Diri Manusia

Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji hanya milik Allah Subhanahu wa ta'ala, shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam keluarga sahabat dan para pengikutnya yang setia dan istiqamah.

Satu hal yang masih belum diketahui dengan pasti, yang bisa membuat seseorang penasaran, selalu saja menjadi salah satu hal menarik untuk diperbincangkan. 

Salah satu contohnya adalah tentang  hati, alias kalbu. Setiap orang tidak akan bisa mengetahui apa isi hati orang lain. Itu adalah hal abstrak. 

Seseorang bisa berpura-pura suka di hadapan orang yang dibencinya tanpa disadari oleh orang yang berada di sekelilingnya. Bahkan tidak diketahui oleh orang yang dibenci tersebut. Begitu pun sebaliknya.

Hati adalah inti jati diri manusia. Jika seseorang berhati baik, maka keseluruhan jasad dari orang itu juga baik. 

Sebaliknya jika seorang memiliki hati yang buruk, maka jasadnya pun akan terikut buruk. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh shahabat Abi Abdillah Nu’man bin Basyir, yang terlansir dalam kitab Arba’in Nawawi maha karya Imam Nawawi:

“Dan bahwasannya dalam jasad itu terdapat segumpal daging, jika itu (segumpal darah) baik maka seluruh jasadnya akan ikut baik. 

Namun, jika segumpal darah itu buruk maka seluruh jasadnya pun akan ikut buruk. Segumpal daging itu adalah hati. (HR. Imam al-Bukhari dan Imam Muslim).

Pada hadis lain juga dipaparkan bahwasanya Allah Subhanahu wa ta'ala tidaklah memandang manusia dari segi perawakannya. 

Bahkan, Allah Subhanahu wa ta'ala juga tidak menilai seorang hamba dari fisiknya. Akan tetapi, Allah Subhanahu wa ta'ala menilai seorang hamba dari hatinya. 

Kira-kira seperti itu bunyi hadis riwayat Imam Muslim dalam kitab Riyâdus Shâlihîn hal. 13.

Hadis barusan berbicara akan keutamaan hati di hadapan Allah Subhanahu wa ta'ala melebihi dari organ tubuh yang lain. 

Allah Subhanahu wa ta'ala menjadikan hati sebagai tolok ukur dalam menilai kualitas hamba-hamba-Nya. 

Dengan artian seorang yang bermuka tampan atau pun berfisik gagah, belum pasti mempunyai nilai tinggi di hadapan Allah Subhanahu wa ta'ala, sebab wajah dan fisik bukanlah tolok ukur dalam penilaian kualitas seorang hamba. 

Oleh sebab itu, apalah gunanya memiliki wajah tampan nan mempesona, tapi berhati bejat nan durjana.

Barangkali, sudah seyogianya bagi kita untuk senantiasa menjaga hati dari hal-hal yang beraroma negatif dan senantiasa berusaha membiasakan diri melakukan perkara positif yang dapat menjadikan hati lebih bernilai di hadapan Allah Subhanahu wa ta'ala seperti selalu berperasangka baik kepada orang lain, lebih-lebih kepada Allah Subhanahu wa ta'ala dan contoh-contoh yang lain. 

Seseorang bisa menjadi baik bergantung pada hatinya. Orang jahat pun demikian, karena hati adalah segalanya, dan pada hakikatnya hati adalah intisari dari jati diri manusia.

Mengenal jati diri adalah perjalanan panjang yang harus ditempuh setiap orang. Sebuah pepatah mengatakan, “mengenal diri sendiri adalah awal dari kearifan”. Artinya, dengan mengenal jati diri, manusia bisa menentukan kebahagiaan apa yang ingin dicapai.

Sebenarnya, jati diri merupakan suatu kata yang memiliki makna baru. Kata jati berasal dari kata zat dalam bahasa Arab yang memiliki arti inti, zat, atau eksistensi. 

Sedangkan diri dalam bahasa Arab berasal dari kata al nafs yang memiliki arti diri atau keakuan.

Arti jati diri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu ciri-ciri, gambaran, atau keadaan khusus seseorang atau suatu benda. 

Namun, bisa pula diartikan sebagai identitas, inti, jiwa, dan semangat seseorang. Dengan kata lain, jati diri merupakan suatu hal yang ada di dalam diri manusia meliputi karakter, sifat, watak, dan kepribadian.

Sebagian orang berpendapat, arti jati diri merupakan manifestasi ideologi hidup seseorang. Sifat jati diri dapat muncul sejak kecil dan bisa dipengaruhi oleh faktor lingkungan tempat seseorang dibesarkan.

Mengutip buku Mencari Jati Diri Demi Menggapai Mimpi karya Nova Inriani Purba, jati diri dapat terbentuk dari perasaan, pikiran, dan tindakan yang biasa dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.  

Kemudian, hal tersebut bisa menjadi kebiasaan dan berubah menjadi karakter. Dari karakter tersebut terciptalah jati diri seseorang.

Mengenali diri dengan mengetahui bakat

Cara mencari jati diri yang pertama adalah mengetahui bakat yang ada dalam diri Anda. 

Untuk mengetahui bakat yang dimiliki, Anda bisa mengikuti berbagai tes bakat, seperti FACT atau Flanagan Aptitude Clasification Test.  

FACT adalah seperangkat tes yang terdiri atas 14 tes untuk mengetahui bakat dan kemampuan dasar seseora

Selain mengikuti tes bakat, ada beberapa cara lain untuk menemukan bakat tersembunyi Anda, yaitu dengan mendengarkan pendapat orang lain, mengenali aktivitas yang membuat diri Anda senang, mencari sesuatu yang baru, dan mencari pengalaman.

Mengenali kepribadian

Dalam menemukan jati diri, penting bagi seseorang untuk mengetahui kepribadian dirinya. Apakah Anda adalah seseorang yang introvert, atau sebaliknya.

Untuk mengetahui secara pasti kepribadian yang dimiliki, Anda bisa mengikuti tes MBTI. Tes ini akan mengidentfikasi apakah Anda seseorang yang introvert atau extrovert, intuition atau sensing, feeling atau thinking, dan perception atau judgmental.

Mengenali waktu produktif

Dengan mengenali waktu produktif, Anda bisa terbantu untuk tidak melakukan kegiatan di waktu yang kurang tepat. Secara tidak langsung, hal ini juga membantu mengenal jati diri Anda.

Menentukan tujuan hidup

Tujuan hidup berbeda dengan cita-cita yang hanya berorientasi pada karir dan finansial. Tujuan hidup lebih kepada pencapaian yang bermakna dan bagaimana mengubah cita-cita menjadi sarana yang bermanfaat bagi lingkungan sekitar.

0 Response to "Jati Diri Manusia"

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar Dengan Bijak