Manusia adalah satu-satunya makhluk yang mengembangkan pengetahuan secara sungguh-sungguh.
Secara khusus, manusia mampu mengembangkan pengetahuan ini karena ia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut, serta memiliki kemampuan berpikir dengan mengikuti suatu alur kerangka berpikir tertentu.
Dua kelebihan inilah yang memungkinkan manusia untuk mengembangkan pengetahuannya, yaitu bahasa yang bersifat komunikatif dan pikiran yang mampu menalar, yang berpijak pada dasar dan jenis ilmu pengetahuan.
Definisi Pengetahuan
Secara etimologi, pengetahuan berasal dari bahasa Inggris knowledge. Sedangkan secara terminologi, Sidi Gazalba menjelaskan bahwa pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu.
Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti, dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran.
Pengetahuan adalah suatu istilah yang digunakan untuk mengatakan apabila seseorang mengenal tentang sesuatu.
Dalam hal ini, suatu hal yang menjadi pengetahuannya selalu terdiri dari:
- Unsur yang mengetahui,
- Hal yang ingin diketahui, dan
- Kesadaran mengenai hal yang ingin diketahui tersebut.
Artinya, pengetahuan selalu menuntut adanya subjek yang mempunyai kesadaran untuk mengetahui tentang sesuatu dan objek sebagai hal yang ingin diketahuinya.
Sumber Pengetahuan
Masalah terjadinya pengetahuan adalah masalah yang amat penting dalam epistemologi, sebab jawaban terhadap terjadinya pengetahuan maka seseorang akan berwarna pandangan atau paham filsafatnya.
Jawaban yang paling sederhana tentang terjadinya pengetahuan ini apakah berfilsafat a priori atau a posteriori.
Pengetahuan a priori adalah pengetahuan yang terjadi apa adanya atau melalui pengalaman, baik pengalaman indera maupun pengalaman batin.
Adapun pengetahuan a posteriori adalah pengetahuan yang terjadi karena adanya pengalaman, pengetahuan ini bertumpu pada kenyataan objektif.
Sebagai alat untuk mengetahui terjadinya pengetahuan menurut John Hospers dalam Abbas Hamami M, mengemukakan ada enam hal, yaitu sebagai berikut:
1. Pengalaman indera (sense experience)
Penginderaan merupakan alat yang paling penting dalam memperoleh pengetahuan, merupakan alat untuk menyerap segala sesuatu objek yang ada di luar diri manusia.
Jadi, pengetahuan berawal dari kenyataan yang dapat diindera. Pengetahuan yang benar berdasarkan pengalaman yang kongkret dikembangkan melalui paham empirisme, yang mempergunakan metode induktif dalam menyusun pengetahuannya.
2. Nalar (reason)
Nalar adalah salah satu corak berpikir dengan menggabungkan dua pemikiran atau lebih dengan maksud untuk mendapatkan pengetahuan baru.
Pengetahuan yang benar berdasarkan rasional yang abstrak dikembangkan melalui paham rasionalisme, yang mempergunakan metode deduktif dalam menyusun pengetahuannya.
3. Otoritas (authority)
Otoritas adalah kekuasaan yang sah yang dimiliki oleh seseorang dan diakui oleh kelompoknya. Otoritas menjadi salah satu sumber pengetahuan karena kelompoknya memiliki pengetahuan melalui seseorang yang mempunyai kewibawaan dalam pengetahuannya.
4. Intuisi (intuition)
Intuisi adalah kemampuan yang ada pada diri manusia yang berupa proses kejiwaan dengan tanpa suatu rangsangan atau stimulus mampu untuk membuat pernyataan yang berupa pengetahuan.
Intuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses penalaran tertentu. Intuisi bersifat personal dan tidak bisa diramalkan; sebagai dasar untuk menyusun pengetahuan secara teratur, maka intuisi tidak bisa diandalkan.
5. Wahyu (revelation)
Wahyu adalah berita yang disampaikan oleh Tuhan kepada nabi dan rasul-Nya untuk kepentingan umatnya. Kita mempunyai pengetahuan melalui wahyu karena ada kepercayaan tentang sesuatu yang disampaikan itu.
Wahyu dapat dikatakan sebagai salah satu sumber pengetahuan karena kita mengenal sesuatu yang bersumber pada kepercayaan kita.
6. Keyakinan (faith)
Keyakinan adalah suatu kemampuan yang ada pada diri manusia yang diperoleh melalui kepercayaan. Keyakinan yang dimaksud adalah kemampuan kejiwaan manusia yang merupakan pematangan dari kepercayaan.
Kepercayaan bersifat dinamis; mampu menyesuaikan dengan keadaan yang sedang terjadi, sedangkan keyakinan sangat statis; kecuali ada bukti-bukti baru yang akurat dan sesuai.
Jenis Pengetahuan
Di dalam kehidupan manusia dapat memiliki berbagai pengetahuan dan kebenaran. Burhanuddin Salam mengemukakan bahwa pengetahuan yang dimiliki manusia ada empat, yaitu:
- pengetahuan biasa,
- pengetahuan ilmu,
- pengetahuan filsafat, dan
- pengetahuan agama.
1. Pengetahuan Biasa
Pengetahuan biasa yaitu pengetahuan yang dalam filsafat dikatakan dengan istilah common sense dan sering diartikan dengan good sense, karena seseorang memiliki sesuatu di mana ia menerima secara baik.
Common sense diperoleh dari pengalaman sehari-hari, seperti air dapat dipakai untuk menyiram
bunga, makanan dapat memuaskan rasa lapar, dan sebagainya.
2. Pengetahuan Ilmu
Pengetahuan ilmu yaitu ilmu sebagai terjemahan dari science. Ilmu pada prinsipnya merupakan usaha untuk mengorganisasikan dan mensistematisasikan common sense, suatu pengetahuan yang berasal dari pengalaman dan pengamatan dalam kehidupan sehari-hari, kemudian dilanjutkan dengan suatu pemikiran secara cermat dan teliti dengan menggunakan berbagai metode.
3. Pengetahuan filsafat
Pengetahuan filsafat yaitu pengetahuan yang diperoleh dari pemikiran yang bersifat kontemplatif dan spekulatif.
Pengetahuan filsafat lebih menekankan pada universalitas dan kedalaman kajian tentang sesuatu, dan biasanya memberikan pengetahuan yang lebih menekankan pada universalitas dan kedalaman kajian tentang sesuatu, dan biasanya memberikan pengetahuan yang reflektif dan kritis.
4. Pengetahuan agama
Pengetahuan agama yaitu pengetahuan yang hanya diperoleh dari Tuhan melalui para utusan-Nya, yang bersifat mutlak dan wajib diyakini oleh para pemeluk agama.
Pengetahuan agama yaitu pengetahuan yang hanya diperoleh dari Tuhan melalui para utusan-Nya, yang bersifat mutlak dan wajib diyakini oleh para pemeluk agama.
Penalaran dan Logika
Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu kesimpulan yang berupa pengetahuan.
Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk yang berpikir, merasa, bersikap, dan bertindak. Sikap dan tindakannya bersumber pada pengetahuan yang diperoleh melalui kegiatan merasa atau berpikir.
Penalaran merupakan kegiatan berpikir yang mempunyai karakteristik (ciri-ciri) tertentu dalam menemukan kebenaran, yaitu:
1. Adanya suatu pola berpikir (logika); kegiatan penalaran merupakan suatu proses berpikir logis (kegiatan berpikir menurut suatu pola (logika) tertentu.
2. Adanya sifat analitik dari proses berpikirnya; penalaran merupakan suatu kegiatan analisis yang mempergunakan logika ilmiah (kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu).
Dalam hal ini, tidak semua kegiatan berpikir berdasarkan penalaran (bersifat logis dan analitis). Perasaan merupakan suatu penarikan kesimpulan yang tidak berdasarkan penalaran. Intuisi juga merupakan suatu kegiatan berpikir yang non-analitik yang tidak berdasarkan pola berpikir tertentu.
Artinya, penalaran merupakan suatu proses berpikir yang menghasilkan pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan penalaran ini mempunyai dasar kebenaran, maka proses berpikir
harus dilakukan menurut suatu cara tertentu.
Suatu penarikan kesimpulan baru dianggap valid bila proses penarikan kesimpulan tersebut dilakukan menurut cara tertentu, yang disebut logika, yang diartikan sebagai ”pengkajian untuk berpikir secara sahih”.
Ada dua jenis cara penarikan kesimpulan, yaitu logika induktif dan logika deduktif.
Logika Induktif merupakan cara berpikir untuk menarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat khusus.
Penalaran Induktif menyatakan bahwa sumber kebenaran berasal dari fakta yang tertangkap lewat pengalaman manusia (empirisme).
Contoh: Kambing mempunyai mata Gajah mempunyai mata Singa, kucing, dan binatang lainnya juga mempunyai mata
Kesimpulan: Semua binatang mempunyai mata Logika Deduktif merupakan cara berpikir untuk menarik suatu kesimpulan yang bersifat khusus dari pernyataan yang bersifat umum.
Penalaran Deduktif menyatakan bahwa sumber kebenaran berasal dari rasio (rasionalisme). Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogismus, yang disusun dari dua buah pernyataan (premis mayor dan premis minor) dan sebuah kesimpulan.
Contoh: Semua makhluk mempunyai mata (premis mayor) Abdullah adalah seorang makhluk (premis minor) Jadi, Abdullah mempunyai mata (kesimpulan)
Kriteria Kebenaran
Kriteria Kebenaran yang dimaksud berkaitan dengan Teori Kebenaran, yang terdiri dari teori koherensi, teori korespondensi, dan teori pragmatis.
Teori Koherensi menganggap suatu pernyataan benar apabila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataanpernyataan sebelumnya yang dianggap benar.
Plato (427 – 347 S.M.) dan Aristoteles (384 – 322 S.M.) adalah tokoh yang mengembangkan
teori koherensi ini.
Misalnya, bila kita menganggap bahwa ”semua manusia pasti akan mati” adalah suatu pernyataan yang benar, maka pernyataan bahwa ”Abdullah adalah seorang manusia dan Adullah pasti akan mati” adalah benar karena pernyataan kedua konsisten dengan pernyataan pertama.
Teori Korespondensi menganggap suatu pernyataan benar apabila materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berhubungan dengan objek yang dituju oleh pernyataan tersebut. Tokohnya adalah Bertrand Russell (1872 – 1970).
Misalnya, pernyataan ”Ibu Kota Republik Indonesia adalah Jakarta” adalah benar karena sesuai dengan faktanya.
Teori Pragmatis menganggap suatu pernyataan benar apabila pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis.
Teori ini dicetuskan oleh Charles S. Peirce (1839 – 1914) dan kemudian dikembangkan oleh beberapa ahli filsafat berkebangsaan Amerika; William James (1842 – 1910) dan John Dewey (1859 – 1952).
Misalnya, teori-teori tentang pendidikan dianggap benar karena bersifat fungsional dan mempunyai kegunaan.
0 Response to "Dasar-dasar Pengetahuan"
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar Dengan Bijak