Membangun Keluarga Harmonis Melalui Pola Asuh Orang Tua
Keharmonisan keluarga sesungguhnya terletak pada erat-tidaknya hubungan antar anggota keluarga. Misalnya hubungan antara ayah dengan ibu, hubungan antara orangtua dengan anak, dan hubungan antar anak.
Masing-masing anggota keluarga memiliki peran dalam menjaga keharmonisan hubungan satu sama lain. Kehidupan berkeluarga yang sehat serta bahagia, pastilah menjadi impian setiap pasangan suami-istri.
Merasakan kenyamanan baik itu dalam hal di terima maupun di percaya dalam keluarga sangatlah penting, keluarga seharusnya menjadi wadah bagi anggotanya untuk bisa mencurahkan segala perilaku ataupun emosi yang positif.
Setiap pasangan pastinya mengharapkan mahligai rumah tangganya senantiasa harmonis bersama untuk waktu yang lama.
Namun cepat ataupun lambat bermacam permasalahan hidup pasti berdatangan, inilah sebabnya keluarga khsususnya orang tua harus mampu mengenali jurus membangun keluarga harmonis, terutama yang telah memiliki buah hati.
Kehidupan keluarga lalu tumbuh dalam kehangatan kasih sayang orang tua serta keluarga yang harmonis hendak menciptakan orang- orang berusia yang sehat serta senang.
Dengan begitu kemampuan, bakat, serta keahlian mereka hendak tumbuh lebih maksimal serta mencapai kesuksesan di masa depan.
Pada hakekatnya orang tua ialah pembimbing serta pendidik dalam keluarga yang awal serta utama untuk anak-anaknya.
Oleh karena itu merekalah yang mula-mula menerima kewajiban serta tanggung jawab atas pemeliharaan serta pembelajaran putra-putrinya.
Sukses tidaknya, baik buruknya anak sangat bergantung pada orang tua sebagai figur utama proses pembelajaran serta pembuatan moral ataupun akhlak anak.
Kartono mengemukakan, bahwa keluarga tidak bahagia dan berantakan akan mengembangkan emosi kepedihan dan sikap negatif pada lingkungannya.
Anak akan menjadi tidak bahagia, emosinya mudah meledak dan akan mengganggu dalam penyesuaian sosialnya.
Akibatnya, anak akan mencari kompensasi di luar lingkungan keluarga untuk memecahkan semua kesulitan batinnya, sehingga timbul perilaku agresif. Oleh sebab itu, pola asuh dalam keluarga mempunyai peranan berarti dalam pertumbuhan anak.
Tidak hanya itu masa anak muda merupakan masa anak mulai meninggalkan masa kanak- kanak yang tergantung pada orang tua, setelah itu mencari bukti diri diri untuk menanggapi siapa diri mereka serta menciptakan tempatnya di dunia ini.
Dalam mencari bukti diri atau jati diri, anak muda hendak memperhitungkan serta meniru sikap orang berusia sambil menyadari apa yang diharapkan oleh orang berusia.
Model awal yang mereka tiru merupakan dari keluarga mereka sendiri ialah dari orang tuanya. Keluarga merupakan area awal yang memastikan sikap anak muda.
Sikap orang tua mereka, yang teramati semenjak mereka dilahirkan, sudah tertanam dalam diri mereka. Mulai dari belajar buat bicara sampai memahami bermacam norma yang wajib mereka patuhi.
Keluarga membentuk suatu masyarakat. Masyarakat yang sehat sangat diperlukan dalam pembangunan bangsa. Sehat dalam arti bukan saja secara fisik tetapi juga secara mental dan sosial.
Masyarakat yang sehat dapat dicapai jika terdapat keluarga-keluarga yang utuh dalam masyarakat tersebut.
Dengan demikian, sangat di harapkan semua keluarga mempertahankan keutuhan dalam keluarga, karena dalam keluarga yang utuh atau harmonis melahirkan individu yang sehat jasmani, rohani, dan sosial.
Dengan kata lain keutuhan atau keharmonisan keluarga berdamoak pada keutuhan atau keharmonisan masyarakat, yang pada akhirnya berpengaruh pada pembangunan bangsa.
Dikala ini, fenomena keluarga tidak harmonis banyak kita saksikan dalam lingkup kehidupan masyarakat Indonesia.
Perihal ini diindikasikan oleh angka perceraian yang bertambah dari tahun ke tahun. Terutama pada masa pandemi ini. Bersumber pada informasi Direktorat Jenderal Kependudukan serta Pencatatan Sipil (Dukcapil)
Departemen Dalam Negara (Kemendagri), ada 3, 97 juta penduduk yang berstatus pernikahan cerai hidup sampai akhir Juni 2021.
Jumlah itu setara dengan 1, 46% dari total populasi Indonesia yang
menggapai 272, 29 juta jiwa.
Melihat fenomena yang ada peneliti merasa terdorong untuk melakukan penelitian khususnya yang berkenaan dengan penerapan pola asuh orang tua dalam lingkungan keluarga serta dampaknya untuk meciptakan keluarga yang harmonis.
Dari data-data di atas dapat dikatakan banwa banyak keluarga yang belum dapat mengupayakan untuk menjadi keluarga yang harmonis.
Hal ini membuat prihatin dan bertanya-tanya tentang alasan keharmonisan keluarga sulit dicapai sehingga banyak pasangan suami-isteri yang mengakhiri hubungan mereka dengan perceraian.
Bertanya-tanya tentang cara mengatasi hal ini, atau paling tidak menurunkan angka perceraian. Sehingga keluarga dapat menjadi lebih harmonis. Lebih lanjut, hal yang harus dilakukan oleh keluarga atau mereka yang akan memulai hidup berkeluarga.
Pola asuh orang tua memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keharmonisan keluarga.
Keluarga yang sehat sebagai faktor yang berpengaruh terhadap keharmonisan keluarga secara langsung tetapi juga merupakan faktor yang mampu memengaruhi kekuatan hubungan antara cinta dan spiritualitas.
Bahwa memupuk perasaan cinta pada pasangan suamiistri dapat mewujudkan keharmonisan dan untuk memperkuat hubungan tersebut maka pasangan perlu mengembangkan spiritualitas dalam kehidupan sehari-hari.
Meningat pasangan suami istri adalah orang yang di satukan dengan pola asuh yang berbeda dari keluarga yang berbeda, ini lah yang menyebabkan strategi copying di terapkan pada pasangan keluarga yang sudah memiliki anak.
Mengenai pola asuh dikemukakan oleh James bahwa pola asuh diartikan sebagai parenting cara orangtua berinteraksi dengan anak, cara orangtua berperilaku sebagai model di hadapan anakanaknya cara orangtua memberikan kasih sayang, menanggapi dan membantu anak mengatasi masalahnya, hangat, terbuka, mau mendengarkan secara aktif, dan realistic.
Arahan dari orang tua tentang pentingnya komunikasi untuk keluarga yang sehat dan Bahagia dan disertai bimbingan dari orang tua terhadap anak akan dapat menimbulkan rasa sayang yang tinggi pada anak sehingga keluarga mudah dalam mencapai kehidupan yang di inginkan.
Pola asuh orangtua dapat diartikan sebagai perlakuan orangtua terhadap anak dalam bentuk merawat, memelihara, mengajar, mendidik, membimbing, melatih, yang terwujud dalam bentuk pendisiplinan, pemberian tauladan, kasih sayang, hukuman, ganjaran, dan kepemimpinan dalam keluarga melalui.
Keharmonisan keluarga merupakan hidup senang dalam jalinan cinta kasih suami istri, didasari oleh kerelaan serta keselarasan hidup bersama.
Pengertian Keharmonisan Keluarga
Kamus Besar Bahasa Indonesia menyatakan, keharmonisan berasal dari kata harmonis yang berarti bersangkut paut dengan (mengenai) harmoni, seiya, sekata.
Lalu, keharmonisan adalah perihal atau keadaan harmonis, selaras dan keserasian. Sedangkan keluarga berarti ibu bapak beserta anaknya.
Pengertian keluarga menurut Ahmadi menyatakan “keluarga yaitu satu kesatuan sosial yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak yang belum dewasa dan satuan ini mempunyai sifat-sifat tertentu yang sama, dimana saja dalam satuan masyarakat manusia.”
Sedangkan pengertian keluarga harmonis menurut Basri adalah keselarasan atau keserasian hubungan dalam keluarga yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan dan dapat dilakukan sengan efektif, sehingga menunjang tercapainya kehidupan keluarga yang harmonis.
Pengertian keluarga harmonis menurut Peraturan RI No. 21 Tahun 1994 Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera, Bab I Pasal 1 Ayat 2 disebutkan bahwa:
Keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materiil yang layak, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras, dan seimbang antara anggota dan antara keluarga dengan masyarakat dan lingkungan.
Jadi, keharmonisan keluarga adalah suatu keadaan atau kondisi antara suami istri, ayah anak, ibu anak, anak dengan anak yang serasi, seimbang dan bahagia sehingga fungsi-fungsi keluarga dapat dicapai secara optimal.
Keluarga yang harmonis dapat tercapai bila aspek-aspek keharmonisan itu dapat tercapai, mengingat dalam kehidupan keluarga berbagai macam aspek dapat mempengaruhinya.
Aspek-aspek Keharmonisan Keluarga
Nick dan Frain mengemukakan lima hal pegangan atau kriteria menuju hubungan keluarga yang sehat dan bahagia, yaitu:
1. Terciptanya kehidupan beragama dalam keluarga
Sebuah keluarga yang harmonis ditandai dengan terciptanya kehidupan beragama dalam keluarga tersebut.
Hal ini penting karena di dalam agama terdapat nilai-nilai moral dan etika kehidupan. Sebuah keluarga dengan komitmen agama yang kuat akan terhindar dari adanya konflik dalam kehidupan rumah tangga.
Sebaliknya, keluarga dengan nilai agama yang kurang akan menyebabkan keluarga tersebut mudah dilanda konflik karena mereka tidak mempunyai pedoman untuk menjalankan kehidupan itu.
Oleh karena itu, kehidupan beragama dalam sebuah kehidupan keluarga sangat penting untuk dapat terciptanya kehidupan keluarga yang harmonis.
2. Tersedianya waktu untuk bersama keluarga
Keluarga yang harmonis akan selalu menyediakan waktu bersama keluarga, walaupun itu hanya sekedar berkumpul dan makan bersama.
Akan lebih baik lagi kalau sebuah keluarga dapat selalu mengadakan rekreasi setiap akhir pekan walaupun hanya ke taman kota.
Hubungan yang terjalin dengan adanya waktu bersama, akan menimbulkan hubungan erat dalam keluarga.
3. Interaksi Segitiga (ayah, ibu dan anak)
Interaksi dalam keluarga terjadi melalui sebuah komunikasi. Komunikasi yang baik antar anggota keluarga mampu menciptakan suasana kerukunan dan dapat membantu memecahkan masalah yang dihadapi anggota keluarga.
Orang tua mempunyai peran penting dalam menciptakan komunikasi yang baik. Apabila komunikasi antara ayah dan ibu sudah kurang baik, maka akan berdampak pada keharmonisan yang terjadi dalam keluarga.
Jadi, keluarga harmonis dapat terbentuk dengan adanya komunikasi yang baik antara ayah dengan ibu, ayah dengan anak, ibu dengan anak maupun anak dengan anak.
4. Saling menghargai antar anggota keluarga
Keluarga yang harmonis dapat tercipta dengan adanya sikap saling menghargai antar anggota keluarga. Sikap menghargai itu dapat berupa menghargai perbedaan pendapat, menghargai kesibukan masing-masing, menghargai pertolongan yang diberikan anggota keluarga dan sebagainya.
5 Prioritas utama adalah keluarga
Keluarga yang harmonis yaitu keluarga yang selalu memprioritaskan kepentingan keluarga dibandingkan kepentingan yang lain.
Hal ini menandakan bahwa ikatan antar anggota keluarga sangat erat. Kriteria-kriteria tersebut dapat menjadi pegangan sebuah keluarga agar dapat tercipta kondisi yang harmonis.
Sebuah keluarga yang mampu menciptakan situasi yang harmonis maka akan menjadikan semua anggota keluarga bahagia.
6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keluarga Harmonis
Gunarsa berpendapat bahwa terdapat tujuh faktor yang perlu diperhatikan dalam membentuk keluarga yang harmonis, yaitu:
1. Perhatian, diartikan sebagai menaruh hati. Maksudnya menaruh hati pada seluruh anggota keluarga adalah peletak dasar utama hubungan baik di antara para anggota keluarga.
Menaruh hati terhadap kejadian dan dan peristiwa di dalam keluarganya, berarti mengikuti dan memperhatikan seluruh perkembangan keluarganya.
2. Pengetahuan, dalam keluarga, baik orang tua maupun anak harus selalu menambah pengetahuan. Di luar rumah, mereka harus dapat menarik pelajaran dan inti dari segala peristiwa yang dilihat dan dialaminya.
Mengetahui setiap perubahan di dalam keluarga dan perubahan anggota keluarga, berarti mengikuti perkembangan setiap anggota.
3. Pengenalan terhadap semua anggota keluarga, hal ini berarti juga pengenalan terhadap diri sendiri. Anak-anak biasanya belum dapat mengenal diri sendiri dan baru akan mencapainya melalui bimbingan dari keluarganya
4. Apabila pengetahuan dan pengenalan diri telah tercapai, maka lebih mudah menyoroti semua kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam keluarga.
Masalah-masalah lebih mudah diatasi, karena banyak latar belakang kejadian lebih cepat terungkapkan dan teratasi. Dengan demikian, dapat mengurangi masalah-masalah yang terjadi dalam keluarga.
5. Sikap menerima semua anggota keluarga, sebagai langkah kelanjutan pengertian berarti dengan segala kelemahan, kekurangan dan kelebihannya, ia seharusnya mendapat tempat dalam keluarga.
Setiap anak berhak mendapatkan kasih sayang orang tuanya. Sebaliknya anak harus pula menunaikan tugas dan kewajiban sebagai anak terhadap anggota keluarganya.
6. Peningkatan usaha, dilakukan dengan mengembangkan setiap aspek dari anggotanya secara optimal supaya tidak terjadi keadaan yang statis dan dan membosankan.
7. Penyesuaian, harus selalu mengikuti setiap perubahan baik dari pihak orang tua maupun anak. Penyesuaian meliputi penyesuaian terhadap perubahan-perubahan diri sendiri, perubahan diri anggota keluarga lainnya dan perubahan-perubahan di luar keluarga.
Berdasarkan pendapat Gunarsa tersebut, dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi keharmonisan keluarga adalah perhatian pengetahuan, pengenalan terhadap semua anggota keluarga, pengenalan diri sehingga mudah mengatasi masalah, sikap menerima, peningkatan usaha dan penyesuaian.
Apabila ketujuh faktor terpenuhi, maka impian untuk menjadi keluarga yang harmonis dapat tercapai.
0 Response to "Membangun Keluarga Harmonis Melalui Pola Asuh Orang Tua"
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar Dengan Bijak