Mengapa Manusia Butuh Uang ?
Jika kita memperhatikan permasalahan hidup manusia tak lepas dari urusan yang berkaitan dengan keuangan.
Bahkan, mayoritas motif tindakan kriminal yang terjadi pun mengkambinghitamkan uang sebagai penyebab utamanya.
Perampokan, korupsi, perceraian, putus sekolah, dan permasalahan lainnya yang dihubungkan dengan kekurangan uang.
Benarkah seperti itu? Apakah Anda pernah merenung mengenai apa yang terjadi bila di dunia ini tidak ada uang?
Mengapa manusia butuh uang ?.
1. Manusia Memiliki kebutuhan dasar
Dunia bisa saja tidak membutuhkan uang. Namun, manusia tetap memiliki kebutuhan minimal berupa kebutuhan dasar yang perlu dipenuhi.
Manusia perlu penutup tubuh untuk melindungi badannya dari terik, cuaca dingin maupun dari mata manusia lawan jenis.
Manusia memerlukan makanan untuk menunjang aktivitasnya sehari-hari, serta suatu tempat untuk ia berteduh dan berlindung.
Lebih lanjut lagi, selepas makan pun manusia membutuhkan sistem sanitasi yang baik untuknya melakukan proses alamiah berupa sekresi.
Apa jadinya bila tidak ada sistem sanitasi yang baik, yang tentu saja berbeda dari hewan.
Kebutuhan manusia lainnya yaitu bereproduksi yang mana hal tersebut juga berperan dalam keberlangsungan hidup manusia dan bumi di masa depan.
Jelas, ketika manusia bereproduksi memerlukan suatu tempat dan aturan tersendiri dalam rangka menjaga keteraturan dan keseimbangan hidup.
Paparan di atas baru kebutuhan primer saja, belum melaju ke kebutuhan sekunder juga tersier. Untuk memenuhi kebutuhan di atas apakah bisa tanpa uang?
Jawabannya ialah bisa, namun perlu kita tinjau lebih lanjut. Manusia diciptakan memiliki akal yang sempurna dan bisa memproduksi makanannya sendiri.
Manusia bisa memanfaatkan lingkungan sekitar untuk bercocok tanam, berternak, dimana dari hasil pertanian dan pertenakan tersebut bisa untuk dimakan, serta kulit hewan maupun tanaman dapat diolah sebagai pakaian pelindung tubuh.
Rumah pun bisa dibangun sendiri menggunakan bahan yang ada di lingkungan dengan kayu, batu, bamboo, pasir, lumpur bahkan hingga salju contohnya Igloo.
Namun, dunia ini diciptakan dengan struktur geografis yang berbeda, dimana tidak semua wilayah merupakan wilayah subur yang bisa mengeluarkan bahan makanan dan pakaian dari tanahnya.
Adapula wilayah yang gersang, minim air, dan air yang keluar berwarna hitam dan tidak bisa diminum, karena ternyata air tersebut ialah minyak bumi.
Atau batu yang terdapat di daerah tersebut tak bisa digunakan untuk membangun rumah, karena langka dan struktur yang kurang tepat seperti batu bara misalnya, atau batu dan logam mulia.
Yang tentunya hal tersebut tak bisa memenuhi kebutuhannya akan makanan, pakaian serta rumah.
Sebelum adanya uang, manusia mengenal sistem barter, yang rupanya menimbulkan permasalahan lebih lanjut. Akan kita bahas pada poin berikutnya.
2. Perlunya Alat Tukar Demi Keteraturan
Melanjutkan pembahasan pada poin 1 di atas, pertukaran diperlukan demi keteraturan dan di masa lalu aktivitas ini dikenal sebagai barter.
Manusia yang hidupnya memproduksi makanan, menukarkan makanan yang diproduksinya untuk memperoleh pakaian.
Manusia yang sehari-harinya memproduksi pakaian, menukar pakaian yang diproduksinya untuk mendapatkan bahan bangunan, dan begitu seterusnya.
Faktanya, pada masyakarat yang kompleks, barter bukanlah solusi yang tepat. Berikut ini permasalahan yang muncul dengan sistem barter:
Barang yang diharapkan tidak terpenuhi
Contohnya, Tuan A memiliki 1 liter susu dan membutuhkan 5 kg beras. Tuan B memiliki 5 kg beras dan membutuhkan 3 helai pakaian.
Dari ilustrasi di atas, tampak Tuan A bisa mendapatkan apa yang ia inginkan, yaitu 5 Kg beras. Namun, Tuan B tidak bisa mendapatkan barang yang ia harapkan, yaitu 3 helai pakaian. Tentunya hal ini menimbulkan permasalahan tersendiri.
Tidak adanya standarisasi dalam menilai suatu barang
Contohnya, 2kg daging, apakah bisa disamakan dan ditukar dengan 2 liter susu. Atau 3 helai pakaian apakah bisa disamakan dengan nilai jasa seseorang dalam membantu pembangunan suatu rumahnya.
Melalui barter tidak terdapat standar untuk menilai suatu barang dan hal ini cukup membuat bingung serta menimbulkan ketidakadilan.
Timbul permasalahan dalam menyimpan barang untuk proses barter
Dalam proses barter atau tukar menukar barang, tentunya diperlukan suatu barang untuk alat tukar, dan kemudian mendapatkan pula barang lainnya. Disini diperlukan ruangan tersendiri untuk menyimpan barang-barang tersebut.
Permasalahan ialah bagaimana jika barang tersebut merupakan barang yang mudah busuk, seperti susu, sayuran, dan lauk pauk. Tentunya sangat tidak praktis.
Bahkan jika barang tersebut bukan barang yang mudah busuk seperti bahan bangunan atau pakaian, juga memerlukan ruangan tersendiri untuk menyimpannya.
3. Uang Sebagai Alat Tukar Paling Efektif
Pada akhirnya, uang tetap menjadi alat tukar paling efektif. Termasuk uang masa kini seperti e-money pun merupakan suatu sistem keuangan.
Uang memiliki nilai yang disepakati bersama. Uang mudah dibawa dan tidak cepat busuk, bahkan dapat berupa uang dalam bentuk digital.
4. Distribusi Sebagai Solusi
Uang lantas menjadi solusi yang tepat sebagai alat tukar, masih memiliki risiko sebagaimana disebutkan di awal yaitu salah satunya sebagai alasan terpicunya tindakan kriminalitas. Dalam mencegah hal tersebut terjadi, distribusi sebagai solusi.
Distribusi disini maksudnya ialah berbagi baik berupa uang maupun barang dari manusia yang memiliki sumber daya lebih dan distribusikan kepada manusia lainnya yang sumber dayanya kurang.
Tentu saja perlu diiringi dengan pendidikan mental yang baik, karena uang dapat dikelola menjadi sesuatu yang luar biasa dan bermanfaat bila berada di tangan orang yang tepat.
Kesimpulan yang bisa diambil dari pembahasan di atas yaitu yang terjadi bila di dunia ini tidak ada uang, maka akan terjadi chaos, serta tidak adanya keteraturan.
Manusia juga memiliki kebutuhan akan penghargaan dan apreasiasi, dimana salah satu menghargai jerih payah manusia yaitu berupa uang yang nilainya berbeda antar satu manusia dengan manusia lainnya.
0 Response to "Mengapa Manusia Butuh Uang ?"
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar Dengan Bijak