Apakah Sejarah itu?
Pertanyaan ini tampak sederhana, akan tetapi apabila kita teliti dan renungkan arti serta inti hakikatnya mengandung makna yang dalam dan luas.
Guna memberikan jawaban yang sewajarnya terhadap pertanyaan tersebut di atas maka kita harus mengadakan tinjauan mengenai konsep sejarah secara luas dari berbagai segi.
Sebelum sampai pada uraian definisi sejarah perlu kiranya sedikit uraian dari segi etimologi dan terminologi.
Asal Kata dan Arti Kata serta Istilah Sejarah
Dari manakah asal kata sejarah itu? Perkataan sejarah mula-mula berasal dari bahasa Arab “syajara”, artinya terjadi, “syajaratun” (baca: syajarah) artinya pohon kayu.
Pohon menggambarkan pertumbuhan terus-menerus dari bumi ke udara dengan mempunyai cabang, dahan dan daun, kembang atau bunga serta buahnya.
Memang di dalam kata sejarah itu tersimpan makna pertumbuhan atau kejadian. Begitulah sejarah yang berarti pohon, juga berarti keturunan, asal-usul atau silsilah.
Orang yang sudah lama berhubungan dengan ilmu sejarah, termasuk mereka yang mempelajarinya dengan mendalam, arti kata syajarah tidak sama dengan kata sejarah, akan tetapi kedua perkataan itu berhubungan satu dengan yang lain.
Sejarah bukan hanya berarti pohon, dalam arti “pohon keluarga" juga tidak hanya berarti keturunan, asal-usul dan silsilah.
Walaupun demikian, kalau kita mempelajari sejarah, sekurang-kurangnya kita tentu mempelajari keturunan, asal-usul dan silsilah (syajarah an-nasab).
Sepintas lalu telah kita ikuti arti kata sejarah ditinjau dari sudut etimologi, yang menggambarkan sifat seperti pohon kayu.
Namun demikian bukanlah dimaksudkan bahwa sejarah itu secara biologis; tumbuh, berkembang, berbuah atau tidak dan akhirnya mati, benar-benar bagaikan pohon kayu.
Sejarah memang tumbuh hidup, berkembang dan bergerak terus dan akan berjalan terus tiada hentinya sepanjang masa.
Di samping kata sejarah, kita ketahui sejumlah kata dalam bahasa Arab yang artinya hampir sama. Kata silsilah umpamanya menunjuk pada keluarga atau nenek moyang.
Kata “riwayat" atau “hikayat" dikaitkan dengan cerita yang diambil dari kehidupan, kadang-kadang lebih mengenai perseorangan daripada keluarga.
Untuk keperluan tertentu sekarang kita membutuhkan keterangan riwayat hidup. Kata riwayat kurang lebih berarti laporan atau cerita tentang kejadian.
Sedang kata hikayat yang dekat dengan kata sejarah artinya ialah cerita tentang kehidupan, yaitu yang menjadikan manusia sebagai objeknya disebut juga biografi (bios = hidup, gravein = menulis).
Jika objek cerita kehidupan manusia itu seseorang, diri sendiri disebut autobiografi.
Kata "kisah" dalam bahasa Arab yang sangat umum menunjuk ke masa lampau, justru yang lebih mengandung arti cerita tentang kejadian yang benar-benar terjadi pada masa yang lampau, yaitu sejarah.
Sedangkan kata “tarikh” yang menunjukkan tradisi dalam sejarah Islam, seperti tarikh Nabi dan sebagainya, sebenarnya berasal dari bahasa Turki.
Di dalam bahasa-bahasa Nusantara ada beberapa kata yang kurang lebih mengandung arti sejarah seperti "babad”, yang berasal dari bahasa Jawa, tambo yang berasal dari bahasa Minangkabau, "tutui teteek" bahasa Roti, “pustaka" dan "cerita".
Menurut Pigeaud, kata “babad" berarti “geschiekundig verhaal" atau cerita sejarah. Barangkali kata babad ada hubungannya dengan kata "babad" bahasa Jawa dalam arti "memangkas".
Hasil pembabadan ialah suasana terang, mungkin babad dalam arti sejarah ini bertugas untuk menerangkan suatu keadaan.
Memang dalam peristiwa tertentu sejarah rakyat kita, mungkin terjadinya pada setiap desa yang dihuni masyarakat di Pulau Jawa, kemudian ada yang berkembang menjadi kota atau keraton, mula-mula dimulai dengan jalan membabad hutan.
Agar kita mendapat pengertian yang lebih luas maka sebagai perbandingan baiklah kita ambil beberapa terjemahan yang berasal dari bahasa lainnya.
Perkataan sejarah dalam bahasa Belanda ialah "geshciedenis" (dari kata geschieden terjadi), dalam bahasa Jerman “geschichte" (dari kata geschehen terjadi).
Sedangkan dalam bahasa Inggris ialah "history" (berasal dari bahasa Yunani “historia” = apa yang diketahui karena penyelidikan) sehingga hampir berarti "ilmu pengetahuan".
Jadi, berhubungan dengan segala macam peristiwa yang terjadi dalam masyarakat manusia.
Pembatasan ini pun terasa masih luas sekali meliputi seluruh kehidupan manusia. Memang sesungguhnya sejarah mencakup setiap bidang yang tidak terbatas.
Namun demikian dapatlah kiranya pembatasan kata manusia itu cukup menjadi pusat penelitian atau studi.
Jadi bukannya kita membicarakan semua makhluk hidup, termasuk hewan dan tumbuhan, demikian pula bukan membicarakan tentang alam raya dengan segala isinya.
Demikian beberapa penjelasan mengenai perkataan sejarah ditinjau dari segi etimologi atau asal kata. Namun arti dari semua kata tersebut di atas jelas tak satupun yang mendekati apa yang kita maksudkan dengan kata “sejarah” dewasa ini.
Kebanyakan buku yang mengungkapkan arti istilah sejarah menyatakan bahwa arti istilah “sejarah” tergantung pada pemikiran barat.
Kata Inggris history (sejarah) berasal dari kata benda dalam bahasa Yunani Kuno historia (baca: istoria) yang kurang lebih berarti “belajar" dengan cara “bertanyatanya".
Dalam penggunaannya oleh filsuf Yunani Aristoteles, historia berarti pertelaan sistematis mengenai seperangkat gejala alam, tanpa mempersoalkan susunan kronologis.
Hal itu masih tetap hidup dalam bahasa Inggris dalam sebutan "natural history" atau dalam bahasa Belanda "natuurlijke historie”.
Akan tetapi dalam perkembangan zaman, kata Latin yang sama artinya, yakni “scienteia" lebih sering dipergunakan untuk menyebutkan pertelaan sistematis nonkronologis mengenai gejala alam.
Sedangkan kata “historia" biasanya diperuntukkan bagi pertelaan mengenai gejala-gejala (terutama hal ihwal manusia) dalam urutan kronologis, demikian menurut Henry Berr dan Lucien Febvre. Menurut arti yang paling umum, kata historia berarti sesuatu yang telah terjadi.
Bandingkan dengan kata Jerman untuk sejarah, yakni “Geschichte”, yang berasal dari kata “geschehen" yang berarti terjadi. Geschichte adalah sesuatu yang telah terjadi.
Dalam bahasa Belanda “geschiedenis" dari kata kerja “geschieden" yang berarti terjadi. Bahasa Inggris “history" kini berarti “masa lampau umat manusia".
Melalui bahasa Latin kata “historia" itu termasuk ke dalam bahasabahasa Eropa lainnya. Misalnya dalam bahasa Perancis menjadi “histoire" atau “l'histoire", dalam bahasa Inggris “history", dalam bahasa Belanda “historie” dan dalam bahasa Rusia "istorya".
Sejumlah kata lainnya dari bahasa-bahasa Eropa menunjukkan berbagai arti history bila kita menggunakannya dalam arti yang umum.
Kronika (cronicle), keturunan (genealogy), tarikh (annals), epik (syair kepahlawanan), dan sebagainya. Akan tetapi biasanya arti “sejarah-history” erat hubungannya dengan kata Yunani asli dan perkembangannya menjadi suatu pengertian di Eropa, khususnya dalam abad ke-18 dan ke-19. Dalam bahasa Indonesia juga dipakai kata "historia" sebagai padanan kata sejarah.
Dengan renungan sebentar kiranya telah dapat kita sadari, bahwa dengan artian ini sejarah tidak dapat direkonstruksi. Masa lampau manusia sebagian besar tidak dapat ditampilkan kembali.
Bahkan mereka yang dikaruniai ingatan tajam sekalipun tidak akan dapat menyusun kembali masa lampaunya karena dalam hidup semua orang pastilah ada peristiwa, orang, kata-kata, pikiran-pikiran, tempat-tempat, bayangan-bayangan yang ketika terjadi sama sekali tidak menimbulkan kesan atau yang telah dilupakan.
Lebih dari itu, pengalaman suatu generasi yang telah lama mati yang sebagian besar di antara anggota keluarganya!a tidak meninggalkan atau jika pun ada tidak pernah sampai ke tangan sejarawan, tidak mungkin diingat kembali secara lengkap.
Dengan demikian rekonstruksi masa lampau umat manusia secara keseluruhan, meskipun menjadi tujuan sejarawan, merupakan suatu tujuan yang sepenuhnya mereka sadari tidak akan mungkin mereka capai.
Dari penelusuran kata-kata dari arti kata sejarah tersebut dapatlah kita simpulkan bahwa kata sejarah dipergunakan sebagai perkataan dalam bahasa kita sehari-hari dan istilah ilmu pengetahuan.
Sejarah berarti cerita atau kejadian atau peristiwa yang benar-benar terjadi atau berlangsung pada waktu yang lalu.
Definisi dan Rumusan Sejarah
Definisi adalah pernyataan secara eksplisit tentang konotasi suatu istilah. Konotasi itu sendiri atas atribut-atribut pokok dari istilah itu. Jadi, definisi adalah pernyataan secara eksplisit tentang atribut itu.
Biasanya setiap pengantar dalam ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri dikemukakan terlebih dahulu batasan atau definisinya, sebelum membicarakan pokok-pokok persoalan yang tercakup dalam bidang ilmu tersebut.
Ringkasannya dapatlah kita ambil kesimpulan, bahwa batasan atau definisi ialah suatu pernyataan tentang sistem pemikiran yang teratur dalam taraf keilmuan.
Bagaimana definisi sejarah itu?
Kalau kita pelajari buku-buku tentang sejarah, ternyata kita dapat bermacam-macam definisi sejarah.
Baik persoalan mengenai kedudukannya, apakah termasuk ilmu, seni, maupun masalah isi dan luasnya, serta segala persoalan yang timbul tentang arti makna dan hakikat yang terkandung di dalam sejarah.
Meskipun pada garis besarnya definisi-definisi itu terdapat persamaan pengertian, yakni sejarah dalam membicarakan kejadian-kejadian pada manusia pada masa lalu, namun tidak sedikit pula terdapat perbedaanperbedaannya.
Hal ini disebabkan karena luasnya bidang ilmu sejarah, tekanan (stressing) yang diberikan dari bagian definisi itu, juga tergantung dari sudut masa sejarah itu ditinjau.
Akibatnya ialah timbulnya spesialisasi dari disiplin sejarah yang berupa cabang-cabang atau ranting-ranting yang lebih khusus.
Definisi sejarah menurut Edward Hallet Carr ialah sebagai berikut. "History is a continuous process of interaction between the historian and his facts, an unending dialogue between the present and the past."
(Carr, 1982:30) (Sejarah ialah suatu proses interaksi serba terus antara sejarawan dengan fakta-fakta yang ada padanya; suatu dialog tiada henti-hentinya antara masa sekarang dengan masa silam).
Sedangkan menurut Robert V. Daniels dengan singkat dikatakan, bahwa: “History is the memory of human group experience." (Sejarah ialah kenangan pengalaman umat manusia). Dalam pada itu James Banks menyatakan bahwa "All past event is history (History as actuality!).
History can help students to understand human behaviour in the past, present and future. (New goals for historical studies).” Artinya, bahwa semua peristiwa masa yang lampau adalah sejarah (sejarah sebagai kenyataan!).
Sejarah dapat membantu para siswa untuk memahami perilaku manusia pada masa yang lampau, masa sekarang dan masa yang akan datang (tujuan-tujuan baru pendidikan sejarah).
Selanjutnya dapatlah kita telaah rumusan sejarah menurut Muhammad Yamin yang berbunyi sebagai berikut.
"Sejarah ialah ilmu pengetahuan dengan umumnya yang berhubungan dengan cerita bertarikh sebagai hasil penafsiran kejadian-kejadian dalam masyarakat manusia pada waktu yang lampau, yaitu susunan hasil penyelidikan bahan-bahan tulisan atau tandatanda yang lain.
Selanjutnya dikemukakan, bahwa menurut rumusan tersebut di atas memiliki sembilan sendi sejarah sebagai ilmu, yaitu:
1. Ilmu pengetahuan: Sendi pertama menyatakan bahwa yang dimaksud dengan istilah sejarah ialah suatu ilmu pengetahuan sebagai pertumbuhan hikmah kebijaksanaan (rasionalisme) manusia.
Dengan perkataan lain sejarah itu adalah suatu sistem ilmu pengetahuan, yakni sebagai daya cipta manusia untuk mencapai hasrat ingin tahu serta perumusan sejumlah pendapat yang tersusun sekitar suatu keseluruhan masalah.
Dan sehubungan dengan ini tak dapat dilepaskan sifatnya sebagai ilmu mengenai berlakunya hukum sebab dan akibat atau kausalitas.
2. Hasil penyelidikan: Sejarah sebagai cabang ilmu pengetahuan disusun menurut hasil-hasil penyelidikan (investigation, research) yang dilakukan dalam masyarakat manusia.
Jadi, penyelidikan adalah penyaluran hasrat ingin tahu oleh manusia dalam taraf keilmuan.
Penyaluran sampai ada sebab bagi setiap akibat, bahwa setiap gejala yang tampak dapat dicari penjelasannya secara ilmiah.
3. Bahan penyelidikan: Ilmu sejarah ialah hasil penyelidikan dengan mempergunakan bahan penyelidikan sebagai benda kenyataan.
Semuanya disebut sejarah, baik berupa benda, dokumen tertulis maupun tradisi lisan.
4. Cerita: Sendi cerita yang berisi pelaporan tentang kejadian dalam zaman yang lampau. Untuk membedakan dengan cerita biasa atau dongeng, sejarah dalam pengertian ilmiah harus menunjukkan hubungan antara satu gejala dengan gejala yang lain secara kronologis.
Cerita adalah anasir subjektif, tetapi anasir ini menghubungkan dengan bahan sejarah yang objektif secara rapih.
5. Kejadian: Yang diselidiki atau diriwayatkan dalam pengertian sejarah ialah kejadian dalam masyarakat manusia di zaman yang lampau.
Kejadian itu meliputi sekumpulan masyarakat dan keadaan-keadaan yang berpengaruh. Semuanya itu ialah objek sejarah yang harus diseleksi.
Kejadian ialah hal yang terjadi. Muhammad Yamin menyatakan bahwa rangkaian kejadian itu adalah hubungan timbal balik satu sama lain, ada kausalitasnya.
6. Masyarakat manusia: Kejadian di zaman yang lampau itu berlaku dalam masyarakat manusia, yakni gejala, perbuatan dan keadaan masyarakat manusia dalam ruang dan waktu yang menjadi objek sejarah.
Muhammad Yamin dalam hal ini lebih menegaskan pembatasannya dengan mengutip ucapan Ernst Bernheim: “Nur der mensch ist object der Geschiktswissenscheft." (Hanya yang berkaitan dengan manusialah yang menjadi objek studi ilmu pengetahuan sejarah).
Dengan penjelasan singkat jelaslah kiranya bahwa manusialah yang menjadi titik pusat sejarah. Manusia sebagai makhluk sosio budaya di samping menjadi subjek sejarah, sebaliknya juga menjadi objek sejarah.
7. Waktu yang lampau: Sejarah menyelidiki kejadian-kejadian di zaman atau waktu yang lampau. Sedangkan gejala-gejala masyarakat pada waktu sekarang dan ditinjau kemungkinan pada waktu yang akan datang menjadi bidang objek ilmu politik.
Jikalau batas-batas waktu dalam tiga babakan dahulu, kini dan nanti kita kehilangan maka sang waktu menjadi tidak berpangkal dan tidak berujung.
8. Begitulah penentuan waktu itu penting sebagai batas tinjauan dan ruang gerak kita guna memudahkan pemahaman masalah bagaikan pancangpancang dalam perjalanan sejarah.
9. Tanggal atau tarikh: Waktu yang telah lampau adalah demikian jauh dan lamanya sehingga sukar mengirakannya, apabila sang waktu itu bermula atau berpangkal.
10. Masa lampau itu tidak pernah putus dari rangkaian masa kini dan masa nanti sehingga waktu dalam perjalanan sejarah adalah satu kontinuitas.
Oleh karena itulah maka untuk memudahkan ingatan manusia dalam mempelajari sejarah perlu ditentukan batas awal dan akhirnya setiap babakan dengan kesatuan waktu sebagai penunjuk kejadian: tahun, bulan, tanggal/hari, jam dan detik, windu, dasawarsa atau dekade, abad, milenium ataupun usia relatif.
11. Penafsiran atau syarat khusus: Penyelidikan sejarah secara ilmiah dibatasi oleh cara meninjau yang dinamakan juga menafsirkan keadaan-keadaan yang telah berlalu.
Cara menafsirkan itu kita namakan tafsiran atau interpretasi sejarah, yang menentukan warna atau corak sejarah manakah atau apakah yang terbentuk sebagai hasil penyelidikan yang telah dilakukan,
Misalnya Sejarah Dunia, Sejarah Nasional, Sejarah Politik, Sejarah Ekonomi, Sejarah Kebudayaan, Sejarah Kesenian, Sejarah Pendidikan, dan sebagainya.
Selain itu ideologi atau paham tertentu dapat menentukan corak sejarah misalnya: penafsiran sejarah
menurut paham liberalisme, paham marxisme dan menurut paham Pancasila.
Cara penafsiran sejarah dari sudut pandangan ilmu tertentu atau ideologi tertentu itu merupakan syarat khusus dalam rangkaian sendi sejarah.
Demikianlah syarat-syarat atau sembilan sendi yang merupakan kerangka dan isi pokok yang membentuk pengertian sejarah sebagai ilmu pengetahuan menurut rumusan dan penjelasan Muhammad Yamin.
Selanjutnya Muhammad Yamin dalam uraiannya membedakan rumusan sejarah dengan definisi sejarah. Rumusan (formula) berkalimat panjang, sedangkan dalil atau definisi jauh lebih ringkas.
Dengan tidak mengadakan perubahan tentang jumlah sembilan sendi ilmu sejarah seperti yang telah diuraikan di atas, Muhammad Yamin memberikan definisi atau dalil sejarah yang berbunyi demikian:
Sejarah ialah bentukan rohani, tempat sesuatu kebudayaan mempertenggangkan zaman yang lampau.
Dinyatakan oleh beliau selanjutnya, bahwa dalil dari J. Huizenga, yang berbunyi dalam bahasa Belanda: “Geschiedenis is de geestelijke vorm, waarin een cultuur zich rekenschep geeft van haar verleden."
Definisi atau dalil yang ringkas itu menurut Muhammad Yamin sama isi dan maksudnya dengan yang panjang sehingga sendi-sendi dalam rumusan yang sembilan jumlahnya itu dapat dibagi-bagi dan dimasukkan ke dalam empat bagian dalil atau definisi yang kira-kira dapat kami lukiskan sebagai
berikut.
Bagian-bagian dalil
- bentukan rohani
- mempertenggangkan
- sesuatu kebudayaan
- zaman yang lampau
Sendi-sendi rumusan
- ilmu pengetahuan
- penafsiran (syarat khusus)
- hasil penyelidikan
- bahan penyelidikan
- cerita
- masyarakat manusia
- kejadian
- tanggal atau tarikh
- waktu yang lampau
Jadi, sistematika dan isi dalil atau definisi dan rumusan adalah sama. Walaupun dalil atau definisi jauh lebih ringkas daripada kalimat rumusan, tetapi karena ringkasnya itu dalam beberapa hal lalu meliputi isi yang lebih umum dan lebih lanjut.
Dari uraian yang panjang tentang arti kata dan istilah sejarah dapatlah kita ambil intisari maknanya bahwa sejarah itu adalah suatu pengetahuan tentang peristiwa yang terjadi dalam masyarakat manusia pada waktu yang telah lampau sesuai dengan rangkaian kausalitasnya serta proses perkembangannya dalam segala aspeknya yang berguna sebagai pengalaman untuk dijadikan pedoman kehidupan manusia masa sekarang serta arah citacita pada masa yang akan datang.
0 Response to "Pengertian Sejarah"
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar Dengan Bijak