Ibu Sentral Kehidupan
Bismillahirrahmanirrahim. Tiada untaian kata yang pantas diucapkan seorang hamba dan syukur kehadirat Allah subhanahu wa ta'ala, semoga rahmat dan karunia-Nya selalu menyertai setiaplangkah-langkah kita dalam penghambaan kepada-Nya.
Tak lupa pula, shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada manusia paling mulia, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya yang selalu istiqamah dalam menjalankan risalahnya hingga akhir zaman.
Cinta terhadap anak adalah santapan jiwa yang dapat memberi, pengaruh bagi pertumbuhan dan perkembangan kepribadiannya.
Jasmani membutuhkan santapan makan, sedangkan rohani memerlukan santapan cinta kasih.
Anak-anak sangat membutuhkan belaian kasih dan kehalusan jiwa sejak awal mula kehidupannya, sehingga tumbuh dewasa dan berhubungan dengan masyarakat secara baik.
Menciptakan hubungan harmonis, penuh kasih sayang dan hormat menghormati. Mereka berani mengarungi realita hidup dengan penuh keyakinan dan keberanian.
Harapan, semoga kita dapat menciptakan kasih sayang yang sempurna dalam hubungan keluarga, sebagaimana Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam telah membimbing kita.
Abu Hurairah menerangkan, bahwa Aqra’ bin Habis melihat Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wassallam mencium cucunya Hasan bin Ali atau Husain bin Ali. Ia berkata:
“Aku mempunyai sepuluh orang anak. Belum satu pun yang pernah aku cium pipinya.” Maka Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda: “Baragsiapa tidak memiliki rasa kasih sayang, maka tidak akan dikasih sayangi Allah.”
Diantara kewajiban seorang ibu yang harus dilaksanakan terhadap anak – anaknya ialah menanamkan perasaan cinta kasih dalam lubuk hati mereka yang paling dalam.
Mengusir jauh-jauh sifat dan sikap benci dari jiwa mereka. Anak memiliki kepribadian sempurna ialah yang mencintai keluarga dan saudaranya.
Kasih sayang terhadap orang-orang lemah. Menjauhi orang-orang yang berakhlak rendah bagaikan binatang.
Perasaan cinta kasih dapat ditananamkan kepada anak dengan jalan melatih menjauhi permusuhan dan kegemaran menyakiti atau merugikan orang lain, senang perdamaian dan menghormati sesama.
Apabila sejak kecil seorang anak telah dibiasakan melakukan hal-hal yang baik, maka ia akan menjalin hubungan yang baik dengan teman-teman.
Memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi, sehingga ia dicintai dan dikagumi masyarakat. Ia lebih cenderung mengikuti kebaikan-kebaikan yang dilakukan masyarakat, dan kehendak pun akan diikuti pula oleh masyarakat.
Cinta kasih dan kasih sayang tidak akan tertanam dan menjadi kenyataan dalam kehidupan anak kalau hanya mengandalkan petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh seorang ibu.
Ia hanya dibekali dengan keterangan-keterangan dan nasehat. Namun apabila seorang ibu menanamkan sikap keibuan yang lembut dan kebiasaan-kebiasaan yang baik sejak kecil, maka akan menjadi kenyataan dalam kehidupan anak.
Dan apabila kebiasaan melakukan hal-hal yang baik ditanamkan dengan melatih secara penuh kasih sayang dalam praktek hidup keseharian, maka akan memberikan dampak positive dalam perkembangan jiwa. Mudah dilakukan oleh seorang anak, yang akhirnya akan ringan pula dilakukan pada masa – masa selanjutnya.
Apabila kita berbicara masalah “ rumah tangga ” maka lebih dahulu kita satukan pandang dalam percakapan, yakni rumah tangga adalh satu ikatan yang kuat.
Tidak ada perbedaan antara yang kecil dengan yang besar, yang kuat dengan yang lemah, laki-laki dengan perempuan. Setiap individu dalam tubuh keluarga mempunyai tabiat dan kepribadian sendiri-sendiri.
Sebagai sosok manusia yang berdiri sendiri tanpa ketergantungan yang lain. Mempunyai kecenderungan dan kemampuan khusus, yang tidak dimiliki anggota keluarga yang lain. Karena itu kewajiban seorang ibu ialah memperlakukan mereka secara adil.
Jangan pilih kasih, memprioritaskan salah satu anak. Misalnya, lebih mengasihi anak yang kecil daripada kakaknya, lebih mencintai anak laki-laki daripada perempuan.
Hal ini akan memberi pengaruh negative dan jelek terhadap salah satu anggota keluarga, sehingga keharmonisan hubungan diantara mereka akan hancur dan punah.
Misalnya, seorang anak yang lebih dewasa mengetahui ibunya lebih memperhatikan adiknya, baik dalam memenuhi kebutuhan maupun kasaih sayang, maka jiwanya akan terpengaruh.
Sikap pilih kasih ini akan melahirkan tekanan batin yang mendatangkan dampak negatif bagi kehidupan anak yang merasa kurang diperhatikan.
Minimal timbul perasaan benci terhadap adiknya yang dianakemaskan oleh orang tua. Akibatnya, hubungan kasih sayang menjadi putus diantara mereka.
Bahkan lebih cenderung memusuhi kepada inu yang memanjakan adiknya. Dan rasa kecemburuan terhadap keluarga yang lain tentu lebih besar. Kasih sayang seorang ibu harus dibagi rata terhadap anak- anaknya, agar tidak timbul tekanan batin dan retaknya hubungan kasih sayang diantara mereka.
Laki-laki maupun perempuan diperlakukan sama,dengan penuh keadilan dan perbandingan yang wajar. Jangan sekali-sekali mengistimewakan slah satu anak dalam kasih sayang, sedangkan terhadap anak yang lain biasa-biasa aja.
Jangan memperlihatkan kemesraan hubungan dengan salah satu anggota keluarga tanpa menyertakan yang lain. Jangan mencurahkan kasih sayang terhadap anak tanpa adanya kebijaksanaan.
Cinta kasih seorang ibu yang dicurahkan kepada anak-anak dengan penuh kebijaksanaan merupakan pintu menuju keharmonisan hubungan antara anggota keluarga.
Mencapai kebahagiaan hidup dan ketentraman lahir batin. Sejuk dan nyaman berada dalam lingkungan keluarga. Kesejukan itu tidak terkena polusi keirian dan kebencian. Dari sumber inilah akan lahir anak-anak yang sholih, berguna bagi agama nusa dan bangsa.
Anak shalih hanya lahir dari keluarga yang maslahah dan sakinah. Keluarga yang penuh kedamaian, ketenteraman, teguh dalam keimanan dan pendirian.
Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wassallam adalah teladan yang baik bagi umat manusia. Beliau telah bersabda : “Berbuat adillah kamu terhadap anak-anakmu. Demikian dalam mencium pipinya.”
Adil, tidaklah selamnya harus sama, tetapi bijaksana dalam memberikan kasih sayang dan memenuhi kebutuhan, sesuai tingkat keperluan mereka.
Diambil dari buku “Wahai Ibu Selamatkan Anakmu” (karangan Hamid Abdul Khalid Hamid)
0 Response to "Ibu Sentral Kehidupan"
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar Dengan Bijak