Mengenal Tentang Pembelajaran Tahfidzul Qur’an
1. Pengertian Tahfidzul Qur’an
Tahfidzul qur’an berasal dari dua suku kata tahfidz dan Al-Qur’an. Tahfidz berasal dari kata al-Hafizh yang berarti orang yang menghafal dengan cermat, orang yang selalu berjaga-jaga, orang yang selalu menekuni pekerjaannya.
Istilah al-Hafizh ini dipergunakan untuk orang yang hafal Al-Qur’an tiga puluh juz tanpa mengetahui isi dan kandungan Al-Qur’an.
Sebenarnya istilah al-Hafizh ini adalah predikat bagi sahabat Nabi yang hafal hadits-hadits shahih (bukan predikat bagi penghafal Al-Qur’an).
Dalam pengertian lain menghafal adalah berusaha meresapkan kedalam fikiran agar selalu ingat. Sedangkan Al-Qur’an secara bahasa merupakan bacaan atau yang dibaca.
Kata Al-Qur’an diambil dari isim masdar yang diartikan dengan arti isim maf’ul, yaitu: maqru’(yang dibaca).
Menurut istilah ahli agama Islam, Al-Qur’an ialah “nama bagi kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa sallam, yang ditulis dalam mushaf”.
Sebagian ahli ushul juga mendefinisikan: al-Kitab (Al-Qur’an) adalah
Para ulama’ menyebutkan definisi Al-Qur’an yang mendekati maknanya dan membedakannya dari yang lain dengan menyebutkan bahwa:
Dalam definisi “kalam” merupakan kelompok jenis yang meliputi segala kalam. Dan dengan menghubungkannya kepada Allah (kalamullah) berarti tidak termasuk semua kalam manusia, jin dan malaikat.
Maka para ulama berusaha betul untuk memberikan pengertian AlQur’an ini dengan cara yang menurut mereka sejelas dan seterang mungkin, hingga tidak terjadi kesalahan mengenai pengertian tersebut.
Sebab Al-Qur’an adalah benar-benar dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan bukan buatan manusia ataupun malaikat.
Yang paling prinsip dan mutlak tentang pengertian Al-Qur’an ini adalah bahwa Al-Qur’an itu wahyu atau firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala untuk menjadi petunjuk dan pedoman bagi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Diantara mereka itu adalah:
Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunklan kepada Nabi Muhammad yang dilewatkan dengan lisan bagi mutawatir penulisannya.
Al-Qur’an adalah sumber yang mampu menjawab semua persoalan c. Imam Fakhrur Razie dan Syekh Mahmud Syaltut, yang menyatakan:
Kiranya perlu diketahui bahwa Al-Qur’an serbagai kitab suci dan sebagai mukjizat Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa sallam yang terbesar.
Ternyata tak ada seorang manusiapun yang mampu membuat tau menulis yang semisal Al-Qur’an itu.
Pada mulanya seluruh manusia ditantang untuk mencoba membuat tandingan yang serupa dengan Al-Qur’an, tetapi ternyata tak seorangpun yang mampu melakukannya.
Andaikata diantara mereka ada yang mampu membuatnya, maka sinarlah kemukjizatan Al-Qur’an itu.
Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa tahfidzul qur’an adalah proses atau kegiatan menghafal Al-Qur’an sebagai kalam dan kitab suci dari Allah dengan tujuan untuk menjaga dan memelihara.
Orang yang menghafal Al-Qur’an disebut dengan haafidz (bagi laki-laki) dan haafidzah (bagi perempuan).
1. Ikhlas, bermakna bahwa seseorang akan meluruskan niat dan tujuan menghafal Al-Qur’an semata-mata untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Niat yang tidak lurus sejak awal seperti menginginkan popularitas dan mengharapkan pujian akan mempersulit penghafal dalam proses menghafal Al-Qur’an bahkan tindakannya sebagai perbuatan dosa.
3. Menentukan presentasi hafalan setiap hari. Kadar hafalan ini sangat penting untuk ditentukan agar penghafal menemukan ritme yang sesuai dengan kemampuannya dalam menghafal.
Setelah menentukan kadar hafalan dan memperbaiki bacaan maka wajib bagi penghafal untuk melakukan secara rutin.
Sehingga diharapkan hafalan yang benar-benar sempurna tidak akan terganggu dengan hafalan yang baru dan kesibukan yang dihadapai.
5. Konsisten dengan satu mushaf. Alasan kuat penggunaan satu mushaf ini adalah bahwa manusia mengingat dengan melihat dan mendengar
Sehingga gambaran ayat dan juga posisinya dalam mushaf dapat melekat kuat dalam pikiran. Alasan ini memudahkan penghafal Al-Qur’an untuk mengenali simbol khusus yang digunakan oleh penerbit mushaf untuk menandai permulaan satu lembar ayat yang akan dihafalkan.
Secara kognitif, simbol yang sama memudahkan penguatan enconding yang dilakukan oleh panca indera yaitu mata dan pendengaran, dengan demikian model mushaf yang digunakan tidak berubah-ubah strukturnya di dalam peta mental.
Dua hal ini menjadi inti dalam mencapai hafalan yang sempurna, pemahaman tanpa pengulangan tidak akan membuahkan kemajuan, dan pengulangan tanpa pemahaman juga membuat hafalan menjadi sekedar bacaan biasa.
7. Memperdengarkan bacaan secara rutin. Tujuannya drai kegiatan ini adalah untuk membenarkan hafaln dan juga berfungsi sebagai kontrol terus menerus terhadap pikiran dan hafalannya.
Pengulangan rutin dan pemeliharaan yang berkesinambungan akan melanggengkan hafalan, sebaliknya jika tidak dilakukan maka Al-Qur’an akan cepat hilang.
9. Menggunakan tahun-tahun yang tepat untuk menghafal. Maksudnya adalah semakin dini usia yang digunakan untuk menghafal, maka semakin mudah dan kuat ingatan yang terbentuk.
2. Macam-macam Metode Menghafal Al-Qur’an
1. Metode Fahmul Mahfudz, artinya dianjurkan sebelum menghafal memahami makna setiap ayat, sehingga ketika menghafal, penghafal merasa paham dan sadar terhadap ayat-ayat yang diucapkannya.
2. Metode Tikorul Mahfudz, artinya penghafal mengulang ayat-ayat yang sedang dihafal sebanyak-banyaknya sehingga dapat delakukan menghafal sekaligus atau sedikit demi sedikit sampai dapat membacanya tanpa melihat mushaf.
Cara ini biasanya cocok untuk orang yang mempunyai daya ingat lemah karena tidak memerlukan pemikiran yang berat, tetapi penghafal banyak terkuras suaranya.
3. Metode Kitabul Mahfudz, artinya penfhafal menulis ayat-ayat yang dihafal di atas sebuah kertas. Bagi yang cocok dengan metode ini biasanya ayat-ayat tergambar dalam ingatannya.
4. Metode Isati’amul Mahfudz, artinya penghafal diperdengarkan ayat-ayat yang akan dihafal secara berulang-ualang sampai dapat mengucapkannya sendiri tanpa melihat mushaf.
Nantinya hanya untuk mengisyaratkan terjadinya kelupaan. Metode ini cocok untuk tuna netra atau anak-anak. Medianya bisa menggunakan kaset atau orang lain.
3. Langkah-langkah Menghafal Al-Qur’an
Beberapa penelitian membuktikan bahwa kemampuan otak dan kognitif manusia mampu menghafalkan Al-Qur’an sebanyak 15 baris atau setengah lembar (Al-Qur’an arab atau yang lebih dikenal dengan Al-Qur’an pojok) hanya dalam waktu 30 menit dan hafal dengan lancar.
Maka dari itu dalam menghafal Al-Qur’an terdapat beberapa hal-hal yang perlu dipersiapkan antara lain:
1. Niat yang ikhlas
2. Meminta izin kepada orang tua atau suami
Terlebih khususnya bagi para penghafal AlQur’an, meminta isin kepada orang tua atau suami menjdai hal yang sangat mulia karena dengan mendapatkan ridhanya maka Allah juaga akan meridhai sehingga memudahkan dalam proses hafalan.
3. Mempunyai tekad yang besar dan kuat
Orang yang memiliki tekad yang kuat ialah orang yang senantiasa antusias dan teroobsesi merealisasikan apa saja yang sudah menjadi niatnya sekaligus melaksanakanmya dengan tanpa menunda-nunda.
4. Istiqamah
5. Harus berguru kepada yang ahli
6. Mempunyai akhlak terpuji
7. Berdo’a agar sukses menghafalkan Al-Qur’an
8. Memaksimalkan usia
9. Dianjurkan menggunakan satu jenis Al-Qur’an
mata akan menghafalkan seseuatu yang dilihatnya sebelum telinga.
Orang yang cudah lancar dalam membaca Al-Qur’an maka akan mudah mengenali kata-kata atau kalimat dalam Al-Qur’an sehingga memudahkan ia dalam menghafal. Lancar berarti oarng tesrsebut juga telah menguasai dan memahami tajwid.
4. Waktu Dan Tempat yang Tepat untuk Menghafalkan Al-Qur’an
Biasanya waktu yang paling tepat untuk menghafalkan Al-Qur’an adalah setelah subuh, sedangkan waktu untuk mengulangi hafalan adalah setelah dzuhur dan ashar.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah Radiallahu 'anhu. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Bersabda sebagai berikut:
Hadits tersebut menjelaskan bahwa kita bisa menggunakan waktu pagi, siang, dan malam untuk menghafalkan Al-Qur’an. Selain waktu yang tepat, tempat juga mempengaruhi kelancaran dalam proses menghafalkan Al-Qur’an.
Saat sedang menghafal, sebaiknya mencari tempat yang tenang, menjauhi tempat-tempat ramai, karena konsentrasi pikiran seseorang tidak bisa dibagi-bagi.
Terkait dengan konsentrasi, di dalam Al-Qur’an Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman sebagai berikut:
مَا جَعَلَ اللّٰهُ لِرَجُلٍ مِّنْ قَلْبَيْنِ فِيْ جَوْفِهٖ
5. Hal-hal yang Membuat Sulit Menghafal Ayat Al-Qur’an
Beberapa hal tersebut antara lain:
- Tidak menguasai makharijul huruf dan tajwid
- Tidak sabar
- Tidak sungguh-sungguh
- Tidak menjauhi dan menghindari maksiat
- Tidak banyak berdo’a
- Tidak beriman dan dan bertakwa
- Berganti-gani mushaf Al-Qur’an
6. Penyebab Lupa atau Hilangnya Hafalan Al-Qur’an
Menjaga hafalan Al-Qur’an memang tidak semudah menghafalkan. Bisa jadi dalam proses menghafal, seseorang merasa cepat menghafal namun juga mudah lupa. Hal demikian wajar dan pernah dirasakan olehorang-orang yang menghafalkan Al-Qur’an.
- Menjauhi perbuatan dosa
- Tidak bersikap sombong
- Senantiasa istiqamah
- Senantiasa melaksanakan shalat sunnah seperti tahajud, hajat, dan dhuha
- Senantiasa mengulang hafalan secara rutin
- Tidak berlebihan dalam memandang dunia
- Tidak malas melakukan sema’an
- Tidak terlalu berambisi menambah hafalan baru63
7. Keistimewaan dan Keutamaan Menghafal Al-Qur’an
Al-Qur’an memiliki banyak sekali keunggulan dan kelebihan yang tersembunyi yang terkadang tak mampu dijangkau oleh logika manusia.
Banyak ilmu-ilmu yang ditemukan oleh para ahli baik dari barat maupun dari timur yang sebenarnya di dalam Al-Qur’an telah diterangkan lebih dahulu.
Semua siklus kehidupan di bumi juga hampir sebagian diceritakan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala di dalam Al-Qur’an.
Namun tak sedikit manusia yang enggan untuk mau membaca atau mempelajari apa yang terkandung di
dalam Al-Qur’an.
Pada zaman Nabi Muhammad SAW, Al-Qur’an menjadi pedoman dan petunjuk hidup yang utama. Tetapi kalau kita menengok zaman saat ini sangat berbeda dengan zaman Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa sallam. Dahulu sangat sulit menemukan orang yang tidak hafal Al-Qur’an. Tetapi kalau zaman sekarang berbanding terbalik dengan fakta yang telah disebutkan bahwa sangat sulit menemukan orang yang hafal Al-Qur’an. Kita perlu memberikan apresiasi tersendiri bagi orang-orang yang mau menghafalkan Al-Qur’an dan benarbenar menjaganya Di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi berbunyi:
“Penghafal Al-Qur’an akan datang pada hari kiamat dan AlQur’an berkata: wahai Tuhanku bebaskanlah dia. Kemudian orang itu dipakaikan mahkota karamah (kehormatan). AlQur’an kembali meminta: wahai Tuhankku ridhailah dia, maka Allah meridhainya. Dan diperintahkan kepada orang itu, bacalah dan teruslah naiki (derajat-derajat surga). Dan Allah menambahkan dari setiap ayat yang dibacanya tambahan nikmat dan kebaikan.”
Hadits di atas menjelaskan bahwa menghafal Al-Qur’an merupakan suatu kegiatan yang sangat mulia dan diridhai Allah.
Sesunggunya orangorang yang menghafal Al-Qur’an ialah mereka yang dipilih oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala untuk menerima warisan yaitu kitab suci Al-Qur’an.
Hal ini ditegaskan di dalam Al-Qur’an sebagai berikut:
ثُمَّ اَوْرَثْنَا الْكِتٰبَ الَّذِيْنَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَاۚ فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِّنَفْسِهٖ ۚوَمِنْهُمْ مُّقْتَصِدٌ ۚوَمِنْهُمْ سَابِقٌۢ بِالْخَيْرٰتِ بِاِذْنِ اللّٰهِ ۗذٰلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيْرُۗ
Menurut pendapat lain beberapa keutamaan menghafal Al-Qur’an adalah sebagai berikut:
1. Mendapatkan ridho Allah di dunia maupun di akhirat.
2. Al-Qur’an akan menjadi penolong (syafaat) bagi penghafalnya.
3. Al-Qur’an sebagai benteng dan perisai hidup.
4. Penghafal Al-Qur’an telah dijanjikan derajat yang tinggi di sisi Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
5. Para penghafal Al-Qur’an kedudukanyya hampir sama dengan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa sallam, sebagaimana beluai bersabda:
“Barangsiapa yang membaca (menghafal) Al-Qur’an maka ia telah mendapat derajat kenabian (yang dicapkan) di antara kedua lambungnya, hanya saja ia tidak diberi wahyu. Dan barang siapa yang hafal Al-Qur’an, kemudian beranggapan bahwa orang lain (yang tidak hafal AlQur’an) telah diberi oleh Allah dengan pemberian yang lebih utama daripada yang telah diberikan kepadnya, maka sungguh ia telah mengagungkan sesuatu yang dikecilkan oleh Allah dan mengecilkan sesuatu yang dibesarkan olehNya” (HR. Thabrani)
6. Akan mendapatkan kebaikan dan keberkahan bagi orang yang mau menghafalkan Al-Qur’an.
7. Rasulullah sering mengutamakan orang yang hafalannya lebih banyak (mendapat tasyrif nabawi).
8. Para ahli Al-Qur’an adalah keluarga Allah yang berjalan di muka bumi.
9. Allah akan memakaikan mahkota dari cahaya bagi penghafal Al-Qur’an di hari kiamat yang cahayanya seprti cahaya matahari.
10. Kedua orang tuanya dipakaikan jubah kemuliaan yang tak dapat ditukarkan dengan dunia dan seisinya.
11. Tiap satu huruf adalah satu hasanah hingga 10 hasanah (kebaikan).
l2. Allah akan menjadikan orang yang menghafal Al-Qur’an sebaik-baik manusia.
13. Penghafal Al-Qur’an dapat memberikan syafaat bagi keluarganya.
14. Membantu daya ingat.
15. Meningkatkan kecerdasan.
16. Menjadi hujjah dalam ghazwul fikri saat ini.
17. Meningkatkan pemahaman dan pengembangan pemikiran secara lebih luas.
Dari temuan dan penjelasan para ahli serta keterangan dari Rasulullah bahwa seseorang yang menghafal Al-Qur’an memiliki perkembangan jiwa yang baik.
Pernyataan ini menjadi acuan bagi umat Islam yang senantiasa di tuntut untuk berakhlakul karimah.
Beberapa penelitian membuktikan bahwa orang-orang yang hafal Al-Qur’an adalah mereka yang juga meraih prestasi di bidang akademik
0 Response to "Mengenal Tentang Pembelajaran Tahfidzul Qur’an"
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar Dengan Bijak