Mengharap Kematian
Bismillahirrahmanirrahim. Tiada untaian kata yang pantas diucapkan seorang hamba dan syukur kehadirat Allah subhanahu wa ta'ala, semoga rahmat dan karunia-Nya selalu menyertai setiaplangkah-langkah kita dalam penghambaan kepada-Nya.
Tak lupa pula, shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada manusia paling mulia, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya yang selalu istiqamah dalam menjalankan risalahnya hingga akhir zaman.
ูุงَ َูุชَู ََََّّููู ุฃَุญَุฏٌ ู ُِْููู ُ ุงูู َْูุชَ ِูุถُุฑٍّ َูุฒََู ุจِِู، َูุฅِْู َูุงَู ูุงَ ุจُุฏَّ ู ُุชَู ًَِّููุง ِْููู َْูุชِ ََُْْููููู: ุงَُّูููู َّ ุฃَุญِِْููู ู َุง َูุงَูุชِ ุงูุญََูุงุฉُ ุฎَْูุฑًุง ِูู، َูุชَََِّูููู ุฅِุฐَุง َูุงَูุชِ ุงََูููุงุฉُ ุฎَْูุฑًุง ِูู
“Janganlah kalian berangan-angan mengharapkan datangnya kematian. Karena, kalaulah dia orang baik, siapa tahu ia bisa menambah kebaikannya. Dan kalaulah dia adalah orang jahat, siapa tahu ia bisa meminta penangguhan (untuk bertobat).” (HR. Bukhari)
ุนู ุฃุจู ูุฑูุฑุฉ -ุฑุถู ุงููู ุนูู-: ุฃู ุฑุณَูู ุงِููู -ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู - ูุงَู: "ูุง َูุชَู ََّู ุฃุญَุฏَُูู ุงูู ูุชَ، ุฅู ุง ู ُุญุณِูุงً ููุนَّูู َูุฒْุฏَุงุฏُ، ูุฅู ุง ู ُุณِูุฆุงً ููุนَّูู َูุณْุชَุนْุชِุจُ". ููู ุฑูุงูุฉ ูุงู ุฑุณูู ุงููู -ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู -: "ูุง َูุชَู ََّู ุฃุญَุฏُُูู ุงูู ูุชَ، ููุง َูุฏْุนُ ุจู ู ู ูุจِู ุฃَู َูุฃุชَูู؛ ุฅูู ุฅุฐุง ู ุงุชَ ุงููุทุนَ ุนู ُُูู، ูุฅูู ูุง َูุฒูุฏُ ุงูู ุคู َู ุนُู ُุฑُُู ุฅูุง ุฎูุฑุงً".
Dari Abu Hurairah - semoga Allah meridhoinya - bahwa Rasulullah - sallallahu alaihi wa sallam - berkata: “Janganlah salah seorang dari kalian mengharapkan kematian. Dan dalam sebuah riwayat, Rasulullah -shallallahu 'alaihi wa sallam- bersabda: "Janganlah salah seorang di antara kalian mengharapkan kematian, dan jangan pula ia mendo'akannya sebelum kematian itu datang kepadanya; karena jika ia mati, pekerjaannya adalah terputus, dan seorang mukmin tidak menambah umurnya kecuali dengan kebaikan.”
Hadits di atas diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu. Adapun hikmah yang dapat diambil dari hadits ini adalah:
Bahwa dalam menjalani roda kehidupan di dunia ini, tak jarang ada jurang terjal menghadang, ada aral besar yang melintang, atau bahkan samudra luas yang membentang; menghadang setiap langkah dalam menempuh perjalanan.
Dan tak jarang, tajamnya aral yang melintang, ditambah dengan gelapnya sisi lain kehidupan dunia yang diwarnai dengan saling fitnah dan saling hantam, dihiasi juga dengan keburukan dan kemunafikan, membuat sebagian orang berputus asa dalam menjalani bentangan samudra kehidupan.
Karena ia beranggapan, lebih baik “pulang” sekarang menuju kematian, dari pada harus menunggu hari esok yang entah fitnah apalagi yang akan menghadang, ataupun karena beratnya beban kehidupan, di tengah hedonisme nya zaman, atau juga karena beratnya permasalahan, yang terasa demikian mencengkram.
Namun ternyata hadits di atas melarang siapapun untuk berharap dan meng-angankan kematian, terhenti dari segala aktivitas duniawi dan aktivitas pekerjaan. Karena betapapun, setiap detik kehidupan adalah anugrah ilahi, yang tentunya akan sangat berarti.
Bisa jadi, dengan masih langgengnya nafas dalam badan, akan menambah kebaikan bagi setiap orang yang mendambakan keridhaan Ar-Rahman. Atau dengan masih langgengnya kehidupan, akan semakin memberi kesempatan bagi orang yang berbuat maksiat, untuk melakukan tauabatan nashuhan.
Maka Islam mengajarkan optimisme dalam menapaki jalan menuju hari depan, dan melarang pesimisme dalam mengarungi setiap cobaan dan ujian.
Karena sekali lagi, setiap detik nafas yang dihembuskan, adalah samudra potensi kebaikan. Allah berfirman,
ََููุง ุชَุงَْููุ۟ٔณُْูุง ู ِْู ุฑَّْูุญِ ุงِّٰููู ุۗงَِّููٗ َูุง َูุงَْููุ۟ٔณُ ู ِْู ุฑَّْูุญِ ุงِّٰููู ุงَِّูุง ุงَْْูููู ُ ุงِْٰูููุฑَُْูู
“…dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir”. (Yusuf : 87)
0 Response to "Mengharap Kematian"
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar Dengan Bijak