Safih (Bodoh)
Bismillahirrahmanirrahim. Tiada untaian kata yang pantas diucapkan seorang hamba dan syukur kehadirat Allah subhanahu wa ta'ala, semoga rahmat dan karunia-Nya selalu menyertai setiap langkah-langkah kita dalam penghambaan kepada-Nya.
Tak lupa pula, shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada manusia paling mulia, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya yang selalu istiqamah dalam menjalankan risalahnya hingga akhir zaman.
Selain ‘jahil’, kata ‘safih‘ juga ditemui dalam al-Qur’an untuk menggambarkan sifat bodoh manusia.
Secara umum konotasi keduanya tak berbeda, mengandung pengertian pendeknya akal atau ketidakmengertian manusia pada satu persoalan.
Merujuk kepada bahasa asalnya, kata ‘safih‘ (orang yang bodoh) memiliki kata kerja ‘safiha-yasfahu’ yang berarti bodoh.
Sedang kata dasarnya (mashdar) ‘safhan’ atau ‘safaahatan’ bermakna kebodohan. Adapun bentuk jamaknya (plural) adalah ‘sufaha`u’ atau orang-orang yang bodoh.
Dalam kamus Mu’jam al-Wasith, safih adalah orang yang menyia-nyiakan hartanya, berlaku boros dan buruk kelakuannya. Sedang dalam kamus Mukhtar ash-Shihah, safih disebut lawan kata dari bijak (hilm).
Ibn Mazhur berkata, safih ialah orang yang sedikit rasa bijak (khiffah al-hilm) atau tidak punya kebijaksanaan. Safih juga nama lain dari jahil atau orang bodoh (Lisan al-Arab, 2003 versi online).
Al-Qur’an sendiri memuat beberapa derivasi (turunan kata) ‘safih‘ yang tersebar di berbagai ayat dan surat.
Bedanya, ada yang disebut bodoh dalam urusan dunia, ada juga yang bodoh karena pemahaman mereka yang dangkal tentang agama dan syariat Allah.
Untuk urusan dunia, bisa dilihat dalam firman Allah:
َููุง ุชُุคْุชُูุง ุงูุณََُّููุงุกَ ุฃَู َْูุงَُููู ُ …
“Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya harta…” (QS. An-Nisa [4]: 5).
Sedang bodoh dalam agama, disebutkan misalnya, dalam firman Allah:
َูุฅِุฐَุง َِููู َُููู ْ ุขู ُِููุงْ َูู َุง ุขู ََู ุงَّููุงุณُ َูุงُููุงْ ุฃَُูุคْู ُِู َูู َุง ุขู ََู ุงูุณََُّููุงุก ุฃَูุง ุฅَُِّููู ْ ُูู ُ ุงูุณََُّููุงุก ََِููููู ูุงَّ َูุนَْูู َُูู
“Apabila dikatakan kepada mereka: Berimanlah kalian sebagaimana manusia beriman. Mereka berkata: Adakah kami akan beriman layaknya orang-orang bodoh yang beriman? Sesungguhnya, merekalah orang-orang bodoh, tetapi mereka tidak tahu.” (QS. Al-Baqarah [2]: 13).
Melalui ayat di atas, Allah Subhanahu wa Ta’ala menanggapi ejekan itu dengan membungkam, bahwa yang mengolok itulah yang layak dikatakan bodoh.
Bukan sebagaimana sangkaan dan ejekan mereka kepada seorang Muslim yang dianggap safih hanya karena orang-orang tersebut percaya dan yakin kepada Allah dan Hari Akhir.
Lebih jauh para ulama lalu memberi pengertian tentang makna daripada kata ‘safih‘ tersebut.
Ahli tafsir Ibnu Katsir menyebut, safih adalah orang yang lemah pendapatnya, sedikit pengetahuannya tentang maslahat dan mudharat dalam kehidupannya dunia dan Akhirat.
Senada, Abdurrahman Nashir as-Sa’di, mufassir lainnya menjelaskan, kebodohan manusia tentang kebaikan bagi dirinya dan usahanya menjauhi keburukan dalam kehidupan.
Menguatkan di atas, al-Kafawi (wafat 1094 H), pengarang ensiklopedia al-Kulliyat, mengurai panjang lebar dengan menerangkan 13 karakter sekaligus yang menyertai orang safih tersebut.Yaitu,
- zhahir jahli (kebodohan yang jelas),
- adim al-aql (tiadanya akal pikiran),
- khafif al-lubb (rendahnya nalar),
- dha’if ar-ra’yi (lemahnya pendapat),
- radi`u al-fahm (buruknya pemahaman),
- mustakhiffu al-qadr (miskin kemampuan),
- sari’u adz-dzanb (cepatnya berdosa),
- haqir an-nafs (hinanya diri),
- makhdu’u asy-syaithan (terpedaya oleh setan),
- asir ath-thugyan (budak penguasa),
- da`im al-ishyan (seringnya bermaksiat),
- mulazim al-kufran (dekat dengan kekufuran),
- la yubali bima kana wa la bima huwa kain au saufa yakunu (tak peduli dengan masa lalu, masa sekarang, apalagi masa depannya).
Roda kehidupan manusia seolah jadi cermin utuh bagi orang beriman dalam memperjuangkan keimanannya.
Sebab tak sedikit di antara mereka menjadi korban bully oleh orang-orang kafir dan munafik hanya karena keimanan dan keislaman mereka.
Hingga akhir zaman ini, ejekan dan celaan itu kian membadai, tak henti menerpa dan menerjang orang beriman.
Khusus di negeri ini, apalagi dengan bergulirnya kasus penista agama oleh Basuki Tjahaja Purnama, Gubernur DKI Jakarta, belakangan.
Kini orang-orang yang menampakkan keislaman harus rela dibully dengan gelar-gelar buruk di media dan jejaring sosial.
Mereka dikatai dengan umpatan orang bodoh, kaum bumi datar, emosional, tidak berpikir, preman berjubah, pasukan nasi bungkus, dan puluhan celaan lainnya.
Padahal kata Allah, justru merekalah yang bodoh, merekalah yang tak mengerti akan hakikat kehidupan dunia ini.
Merekalah yang tak menyadari ajaran Islam dan hakikat mereka selaku hamba Allah.
0 Response to "Safih (Bodoh)"
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar Dengan Bijak