Keutamaan Malam Seribu Bulan
Bismillahirrahmanirrahim. Tiada untaian kata yang pantas diucapkan seorang hamba dan syukur kehadirat Allah subhanahu wa ta'ala, semoga rahmat dan karunia-Nya selalu menyertai setiaplangkah-langkah kita dalam penghambaan kepada-Nya.
Tak lupa pula, shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada manusia paling mulia, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya yang selalu istiqamah dalam menjalankan risalahnya hingga akhir zaman.
Malam Lailatul Qadar adalah malam yang dimuliakan Allah subhanahu wa ta’ala.
Allah menamainya dengan Lailatul Qadar, menurut sebagian pendapat, karena pada malam itu Allah subhanahu wa ta’ala menakdirkan ajal, rezeki, dan aturan-aturan Allah subhanahu wa ta’ala yang akan terjadi selama satu tahun. Hal ini sebagaimana Allah subhanahu wa ta’ala firmankan,
فِيهَا يُفۡرَقُ كُلُّ أَمۡرٍ حَكِيمٍ
“Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.” (ad-Dukhan: 4)
Di dalam ayat di atas Allah subhanahu wa ta’ala menamai Lailatul Qadar karena sebab tersebut.
Menurut pendapat lain, disebut malam Lailatul Qadar karena malam tersebut memiliki kedudukan yang tinggi di sisi Allah subhanahu wa ta’ala. Allah subhanahu wa ta’ala menyebutnya sebagai malam yang berkah,
إِنَّآ أَنزَلۡنَٰهُ فِي لَيۡلَةٍ مُّبَٰرَكَةٍۚ إِنَّا كُنَّا مُنذِرِينَ
“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.” (ad-Dukhan: 3)
Keutamaan Lailatul Qadar
Allah subhanahu wa ta’ala memuliakan malam ini dalam firman-Nya,
وَمَآ أَدۡرَىٰكَ مَا لَيۡلَةُ ٱلۡقَدۡرِ ٢ لَيۡلَةُ ٱلۡقَدۡرِ خَيۡرٌ مِّنۡ أَلۡفِ شَهۡرٍ ٣
“Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (al-Qadr: 2-3)
Maksudnya, amalan di malam yang berkah ini menyamai pahala amal seribu bulan yang padanya tidak terdapat Lailatul Qadar. Seribu bulan sama dengan 83 tahun lebih. Ini menunjukkan keutamaan malam yang besar ini.
Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berusaha mencari malam Lailatul Qadar. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ القَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barang siapa shalat pada malam Lailatul Qadar karena keimanan dan mengharapkan pahala, akan diampuni dosanya yang telah lampau dan yang akan datang.” (HR. al-Bukhari no. 1901)
Allah subhanahu wa ta’ala juga mengabarkan bahwa pada malam itu malaikat dan Jibril turun.
Ini menunjukkan betapa besar dan pentingnya malam ini karena turunnya malaikat tidak terjadi kecuali untuk perkara yang besar.
Allah subhanahu wa ta’ala menyifati malam itu dengan firman-Nya,
“Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (al-Qadr: 5)
Allah subhanahu wa ta’ala menyifati malam tersebut dengan malam keselamatan. Ini menunjukkan kemuliaan, kebaikan, dan keberkahannya. Orang yang terhalangi dari kebaikan malam itu berarti terhalangi dari kebaikan yang sangat banyak. Inilah keutamaan-keutamaan yang besar pada malam berkah ini.
Namun, Allah subhanahu wa ta’ala menyembunyikannya pada bulan Ramadhan agar seorang muslim bersungguh-sungguh mencarinya. Dengan demikian, amalnya semakin banyak dan menggabungkan banyaknya amal pada seluruh malam Ramadhan bertepatan dengan malam Lailatul Qadar dengan segala keutamaan, kemuliaan, dan pahalanya. Dengan itu, ia mengumpulkan dua kebaikan. Ini merupakan karunia Allah subhanahu wa ta’ala atas hamba-hamba-Nya.
Ringkasnya, Lailatul Qadar adalah malam yang besar (agung) dan berkah. Ia juga merupakan nikmat dari Allah subhanahu wa ta’ala yang mendatangi seorang muslim pada bulan Ramadhan. Jika dia diberi taufik untuk memanfaatkannya dalam kebaikan, ia akan mendapatkan pahala yang besar dan kebaikan yang banyak yang sangat dia butuhkan. (Syaikh Shalih Fauzan dalam Fatawa Ramadhan, 2/847—849)
Kapan Lailatul Qadar Terjadi?
Terdapat riwayat dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa malam Lailatul Qadar bisa terjadi pada malam ke-21, ke-23, ke-25, ke-27, atau malam ke-29, dan akhir malam bulan Ramadhan.
Imam asy-Syafi’i rahimahullah berkata, “Ini menurut saya, wallahu a’lam, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab sesuai dengan pertanyaannya. Pendapat yang paling kuat bahwa itu terjadi pada malam-malam yang ganjil dari sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Ini berdasarkan hadits ‘Aisyah radhiallahu ‘anha bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beriktikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, dan beliau mengatakan, “Carilah Lailatul Qadar pada malam ganjil dari sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan’.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Dari Ubai radhiallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
صَبِيحَةَ لَيْلَةِ الْقَدْرِ تَطْلُعُ الشَّمْسُ لَا شُعَاعَ لَهَا، كَأَنَّهَا طَسْتٌ حَتَّى تَرْتَفِعَ
“Pagi hari setelah malam Lailatul Qadar, matahari terbit tanpa sinar seperti bejana dari tembaga hingga tinggi.” (HR. Muslim)
Dari Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma, ia mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيْلَةٌ سَمْحَةٌ طَلْقَةٌ، لَا حَارَّةٌ، وَلَا بَارِدَةٌ، تُصْبِحُ شَمْسُهَا صَبِيحَتَهَا ضَعِيفَةً حَمْرَاءَ
“Lailatul Qadar adalah malam yang tenang, cerah, tidak panas dan tidak dingin, matahari terbit pada pagi harinya lemah dan berwarna merah.” (HR. ath-Thayalisi, Ibnu Khuzaimah, dan al-Bazzar, sanadnya hasan)
Wallahu a’lam.
Diterjemahkan dan dirangkum oleh Ustadz Qomar ZA, Lc.
0 Response to "Keutamaan Malam Seribu Bulan"
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar Dengan Bijak