Pengertian Syirik
Bismillahirrahmanirrahim. Tiada untaian kata yang pantas diucapkan seorang hamba dan syukur kehadirat Allah subhanahu wa ta'ala, semoga rahmat dan karunia-Nya selalu menyertai setiaplangkah-langkah kita dalam penghambaan kepada-Nya.
Tak lupa pula, shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada manusia paling mulia, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya yang selalu istiqamah dalam menjalankan risalahnya hingga akhir zaman.
Syirik menurut bahasa berasal dari kata شرك yang memiliki arti kongsi, saham, andil, kerjasama. Sedangkan syirik menurut istilah adalah mengitikadkan sesuatu selain Allah Subhanahu wa ta'ala sebagai perubah takdir dan pengatur alam.
Syirik adalah menyekutukan Allah Swt dalam rububiyah-Nya, uluhiyah-Nya, asma’ (nama-nama) maupun sifat-Nya.
Jika seorang hamba meyakini bahwa ada tuhan selain Allah Subhanahu wa ta'ala yang berhak untuk disembah, meyakini ada sang pencipta atau penolong selain Allah Subhanahu wa ta'ala, maka ia telah musyrik.
Muhsin Qiraati dalam buku mencari tuhan menjelaskan bahwa syirik adalah bersandar kepada selain Allah Subhanahu wa ta'ala, menggeser posisi ketuhanan-Nya kepada makhluk, serta meyakini adanya kekuatan diatas kekuatan-Nya.
Syirik juga bisa bermakna segala bentuk pemujaan dan pendirian suatu kelompok di luar jalan yang dibentangkan Allah Subhanahu wa ta'ala.
Hal ini Sebagaimana yang dijelaskan dalam kisah Nabi Nuh dengan anaknya, bahwa Nabi Nuh telah menasehati anaknya yang tidak beriman, dan memperingatkan seluruh orang kafir yang hidup pada masa itu tentang kemurkaan Ilahi akan mendatangkan bencana air bah yang akan menenggelamkan mereka.
Namun anaknya mengatakan, ”selama belum menyaksikan murka Tuhanmu, aku akan pergi berlindung ke puncak gunung.” Logika berpikir yang dibangun anak Nabi Nuh bahwa ia membandingkan eksistensi gunung dan kekuatannya dengan eksistensi dan kekuatan Allah Subhanahu wa ta'ala.
Inilah salah satu bentuk jiwa yang mengidap kesyirikan. Oleh karenanya, tatkala kita bersikap seperti itu (mengagungkan seseorang atau sesuatu secara sejajar atau bahkan melebihi Allah Swt), pada saat itulah kita terbenam dalam kesyirikan.
Syirik menurut Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan membagi syirik kedalam dua kategori, yaitu:
1. Syirik Besar
Syirik besar merupakan suatu dosa yang dapat mengeluarkan pelakunya dari agama Islam dan menjadikannya kekal di dalam neraka. Jika ia meninggal dunia dan belum bertaubat dari padanya.
Syirik besar adalah memalingkan suatu bentuk ibadah kepada selain Allah Subhanahu wa ta'ala, seperti berdoa kepada selain Allah Subhanahu wa ta'ala, menyembelih kurban dan bernadzar untuk selain Allah Subhanahu wa ta'ala, seperti untuk kuburan, jin dan setan.
Termasuk juga takut kepada orang-orang yang telah meninggal dunia, jin maupun setan. Berdoa memohon pemenuhan kebutuhan dan menghilangkan kesusahan, hal yang saat ini dilakukan disekeliling bangunan-bangunan yang didirikan di atas para wali orang-orang shalih.
1. Syirik Khauf (takut)
Yaitu perasaan takut kepada selain Allah Subhanahu wa ta'ala, baik kepada berhala, patung, Thagut, mayat, makhluk ghaib dari bangsa jin, manusia yang dapat membahayakan dirinya, tertimpa sesuatu yang tidak menyenangkan dirinya.
Ketakutan semacam ini merupakan bagian terpenting dan sangat esensi dalam agama, barang siapa yang memalingkannya kepada selain Allah Subhanahu wa ta'ala, berarti ia telah berbuat syirik besar kepada Allah Subhanahu wa ta'ala.
Sebagaimana Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:
اِنَّمَا ذٰلِكُمُ الشَّيْطٰنُ يُخَوِّفُ اَوْلِيَاۤءَهٗۖ فَلَا تَخَافُوْهُمْ وَخَافُوْنِ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ
Artinya: “ Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu, jika kamu benar-benar orang yang beriman. (QS. Al- Imrān (3):175)
2. Syirik dalam Bertawakal
Bertawakal kepada Allah Subhanahu wa ta'ala dalam setiap perkara dan keadaan merupakan bentuk ibadah yang paling tinggi, dan wajib untuk mengikhlaskannya hanya kepada Allah Subhanahu wa ta'ala semata.
Barang siapa yang bertawakal kepada selain Allah Subhanahu wa ta'ala pada hal-hal yang tidak mampu dilakukan kecuali oleh Allah Subhanahu wa ta'ala.
Seperti bertawakal kepada orang-orang yang sudah meninggal, makhluk ghaib, dan sebagainya untuk menolak bencana, mendapatkan manfaat atau mendapatkan rezeki, maka ia telah melakukan syirik kepada Allah Subhanahu wa ta'ala dengan syirik besar.
Sebagaimana Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:
قَالَ رَجُلَانِ مِنَ الَّذِيْنَ يَخَافُوْنَ اَنْعَمَ اللّٰهُ عَلَيْهِمَا ادْخُلُوْا عَلَيْهِمُ الْبَابَۚ فَاِذَا دَخَلْتُمُوْهُ فَاِنَّكُمْ غٰلِبُوْنَ ەۙ وَعَلَى اللّٰهِ فَتَوَكَّلُوْٓا اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ
Artinya: “Berkatalah dua orang diantara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang Allah telah memberi nikmat atas keduanya: "Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu, Maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman".(QS. Al- Māidah (5): 23)
3. Syirik dalam Perasaan Cinta
Cinta kepada Allah Subhanahu wa ta'ala berarti cinta yang mengharuskan adanya kesempurnaan rasa tunduk dan taat kepada-Nya. Inilah cinta yang ikhlas sepenuhnya kepada Allah Subhanahu wa ta'ala. Tidak dibenarkan untuk menyekutukan-Nya dalam hal cinta kepada siapapun.
Siapa saja yang mencintai sesuatu selain Allah Subhanahu wa ta'ala sebagaimana yang ia berikan kepada Allah Subhanahu wa ta'ala, maka ia telah mengambil tandingan bagi Allah Subhanahu wa ta'ala dalam cinta dan pengagungan, itu adalah bentuk kesyirikan.
Sebagaimana Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّتَّخِذُ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ اَنْدَادًا يُّحِبُّوْنَهُمْ كَحُبِّ اللّٰهِ ۗ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَشَدُّ حُبًّا لِّلّٰهِ ۙوَلَوْ يَرَى الَّذِيْنَ ظَلَمُوْٓا اِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَۙ اَنَّ الْقُوَّةَ لِلّٰهِ جَمِيْعًا ۙوَّاَنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعَذَابِ
Artinya: “Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman Amat sangat cintanya kepada Allah. dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah Amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).” (QS. AlBaqarah (2): 165)
4. Syirik dalam Ketaatan
Bentuk syirik dalam ketaatan meliputi taat kepada para ulama, penguasa, dan pemerintah dalam hal menghalalkan apa yang telah diharamkan Allah Subhanahu wa ta'ala, mengharamkan apa yang telah dihalalkan-Nya.
Siapa saja yang mentaati mereka dalam hal-hal tersebut berarti telah menjadikan bagi Allah Subhanahu wa ta'ala sekutu dalam penetapan hukum (tasyri’), penghalalan dan pengharaman. Hal ini merupakan syirik besar.
Sebagaimana Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:
اِتَّخَذُوْٓا اَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ اَرْبَابًا مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ وَالْمَسِيْحَ ابْنَ مَرْيَمَۚ وَمَآ اُمِرُوْٓا اِلَّا لِيَعْبُدُوْٓا اِلٰهًا وَّاحِدًاۚ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۗ سُبْحٰنَهٗ عَمَّا يُشْرِكُوْنَ
Artinya: “Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al masih putera Maryam, Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. At-Tubah (9): 31)
Adapun menurut Musthafa Murad syirik besar lainnya ialah sebagai berikut:
1. Syirik Tha’ah dan A’ba’ (ketaatan dan mengikuti), seperti syiriknya orang-orang Yahudi dan Nasrani
2. Syirik Istihlal Muharramat (penghalalan sesuatu yang diharamkan)
3. Syirik ‘Iradh (berpaling) dari agama Allah Subhanahu wa ta'ala
4. Syirik Istikbar (takabur/ sombong)
5. Syirik Istihza’ dan Tanaqqush terhadap agama AllahSubhanahu wa ta'ala (mengolokolok, mempermainkan, mencela, menganggap ada kekurangan dan aib pada agama Allah Subhanahu wa ta'ala)
6. Syirik Juhud (pengingkaran dan pembangkangan)
7. Syirik Mahabbah (cinta)
8. Syirik Nifaq.
Nifaq dibagi menjadi 2 yaitu:
- Nifaq besar, yaitu nifaq I’tiqad (seseorang yang menampakkan keislaman dan menyembunyikan kekafirannya, dan pelakunya akan kekal di neraka yang paling dalam).
- Nifaq kecil, yaitu nifaq dalam perbuatan dan semisalnya serta pelakunya tidak keluar dari agama Islam, akan tetapi mereka termasuk orang yang bermaksiat.
9. Syirik Ihtiyaz yaitu meyakini bahwa ada selain Allah Subhanahu wa ta'ala yang memiliki kekuasaan penuh yang independen (lepas dari campur tangan Allah Subhanahu wa ta'ala) atas sesuatu, bagaimana pun kadar kemampuan (kekuasaan) nya.
10. Syirik Syiya’ yaitu meyakini bahwa selain Allah Subhanahu wa ta'ala ada yang memiliki bagian persekutuan dengan Allah Subhanahu wa ta'ala, bagaimana pun dan berapa pun bagian dia tersebut, baik dalam hal tempat maupun kedudukan.
11. Syirik I’anah yaitu meyakini bahwa Allah Subhanahu wa ta'ala membutuhkan suatu penolong dan pembantu.
12. Syirik Syafa’ah yaitu meyakini adanya seseorang yang mampu menghadap Allah Subhanahu wa ta'ala dengan kehormatan dan kedudukannya untuk membebaskan seseorang dengan syafa’atnya.
Syirik besar dapat menghapus segala amal sedangkan syirik kecil akan menghapus amal yang berkenaan dengannya.
Orang yang melakukan amal perbuatan yang diperintahkan Allah Subhanahu wa ta'ala untuk mendapatkan pujian dari manusia.
Membaguskan shalat, bersedekah, berpuasa atau berdzikir kepada Allah Subhanahu wa ta'ala dengan tujuan supaya disaksikan, didengar atau dipuji manusia.
Riya yang jika bercampur dengan amal perbuatan baik akan menghapusnya. Amal perbuatan yang dilakukan bukan karena mengharap keridhaan Allah Subhanahu wa ta'ala, maka Allah Subhanahu wa ta'ala membatalkan pahalnya.
Adapun bentuk syirik kecil yang lain ialah bersumpah dengan selain Allah Subhanahu wa ta'ala. Syirik kecil dapat berubah menjadi syirik besar tergantung dengan apa yang ada di dalam hati pelaku.
Oleh karenanya, hendaklah seorang muslim waspada terhadap segala bentuk syirik, baik yang kecil maupun yang besar
Syirik adalah kedzaliman yang besar yang tidak akan mendapatkan pengampunan dari Allah Subhanahu wa ta'ala.
Syirik kepada Allah Swt merupakan perbuatan yang tidak diragukan lagi dapat merusak keimanan dan ketakwaan seseorang. Hal ini mengingat bahwa iman merupakan landasan atau azas takwa.
Menurut logikanya jika iman rusak otomatis ketakwaannyapun ikut rusak, karena derajat takwa lebih tinggi daripada derajat iman.
Sebagaimana Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:
وَمَا يُؤْمِنُ اَكْثَرُهُمْ بِاللّٰهِ اِلَّا وَهُمْ مُّشْرِكُوْنَ
Artinya:”Dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam Keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahansembahan lain).”(QS.Yūsuf (112) :106)
Kebanyakan mufassir berpendapat ayat diatas diturunkan kepada kaum yang mengakui Allah Subhanahu wa ta'ala sebagai pencipta semua makhluk, akan tetapi mereka menyembah berhala.
Secara global, ayat di atas menginformasikan bahwa pada dasarnya manusia itu percaya kepada Allah Subhanahu wa ta'ala, akan tetapi terkadang mereka berlaku syirik dengan menyembah Allah Subhanahu wa ta'ala beserta yang lainnya.
Maksudnya ialah pada satu sisi mereka mengakui akan eksistensi Allah Subhanahu wa ta'alat sebagai pencipta segala sesuatu, akan tetapi pada sisi lain mereka mengakui pula adanya dzat selain Allah Subhanahu wa ta'ala yang patut disembah.
Manusia yang telah jatuh ke dalam lembah kemusyrikan, telah menutupi keimanan dan ketakwaan kepada Allah Subhanahu wa ta'ala yang ada dalam hati mereka dengan kemusyrikan yang merupakan dosa yang paling besar dan paling jahat.
Imam Ibnul Qayyim yang dikutip oleh Musthafa Muarad membagi syirik menjadi 2 bagian, yaitu:
1. Syirik Ta’thil (peniadaan), jenis syirik ini merupakan jenis kesyirikan yang paling buruk, Seperti syiriknya Fir’aun. Syirik ini dibagi lagi dalam dua bagian:
- Mengingkari dan meniadakan al-Khaliq
- Pengingkaran dan peniadaan kesempurnaan Allah Swt yang Maha suci, yaitu dengan meniadakan nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, serta perbuatanperbuatan-Nya.
- Pengingkaran dan peniadaan hakikat tauhid yang diwajibkan kepada hamba dalam bermuamalah dengan Allah Subhanahu wa ta'ala.
2. Syiriknya orang yang meletakkan Ilah lain disisi Allah Swt. Kesemua jenis ini terjadi karena mengikuti hawa nafsu, syahwat, dan setan.
Imam al-Kafawi yang dikutip oleh Musthafa Murad, menyebutkan syirik terbagi menjadi 6 yaitu:
- Syirik Istiqlal Yaitu menetapkan 2 sekutu yang saling independen (memiliki kekuasaan masing-masing), sebagaimana syiriknya orang majusi.
- Syirik Tab’idh (membagi menjadi dua bagian) yaitu menyusun pembagian ilah di antara ilah-ilah selain Allah Subhanahu wa ta'ala, sebagaimana syiriknya orang-orang Nasrani (konsep Trinitas).
- Syirik Taqriblain (pendekatan), yaitu beribadah kepada selain Allah Subhanahu wa ta'ala dengan tujuan agar ilah selain Allah Subhanahu wa ta'ala itu dapat mendekatkan dirinya kepada Allah Subhanahu wa ta'ala dengan sedekat-dekatnya, sebagaimana syiriknya orangorang jahiliyah terdahulu.
- Syirik Taqlid (meniru-niru), yaitu beribadah kepada selain Allah Subhanahu wa ta'aladisebabkan meniru-niru orang lain, sebagaimana syiriknya orang-orang jahiliyah sekarang.
- Syirik Asbab (sebab-sebab), yaitu menyadarkan diri kepada pengaruh sebabsebab yang wajar (hanya bersifat biasa), sebagaimana syiriknya orang-orang ahli filsafat, Naturalis, serta pengikut-pengikut mereka.
- Syirik Aghradh (tujuan), yaitu menjalankan suatu amalan yang ditujukan untuk selain Allah Subhanahu wa ta'ala.
0 Response to "Pengertian Syirik"
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar Dengan Bijak