Percampuran Tauhid dengan Syirik
Bismillahirrahmanirrahim. Tiada untaian kata yang pantas diucapkan seorang hamba dan syukur kehadirat Allah subhanahu wa ta'ala, semoga rahmat dan karunia-Nya selalu menyertai setiaplangkah-langkah kita dalam penghambaan kepada-Nya.
Tak lupa pula, shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada manusia paling mulia, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya yang selalu istiqamah dalam menjalankan risalahnya hingga akhir zaman.
Kitab suci Al-Qur’an menyinggung tentang hal ini, seperti yang dijelaskan dalam firman-Nya:
اَلَا لِلّٰهِ الدِّيْنُ الْخَالِصُ ۗوَالَّذِيْنَ اتَّخَذُوْا مِنْ دُوْنِهٖٓ اَوْلِيَاۤءَۘ مَا نَعْبُدُهُمْ اِلَّا لِيُقَرِّبُوْنَآ اِلَى اللّٰهِ زُلْفٰىۗ اِنَّ اللّٰهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِيْ مَا هُمْ فِيْهِ يَخْتَلِفُوْنَ ەۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يَهْدِيْ مَنْ هُوَ كٰذِبٌ كَفَّارٌ
Artinya: ”Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik), dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan Kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.” (QS.Az-Zumar (39) :3)
Sejak berada di dalam kandungan manusia sudah bersaksi dan mengakui keberadaan Allah Subhanahu wa ta'ala sebagai Tuhan.
Namun dalam keseharian manusia sering terjebak dengan sikap atau pun tindakan yang secara tidak sadar menjadi bentuk kemusyrikan.
Contohnya kita menganggap suatu benda memiliki dan mampu memberikan kekuatan, kemudian menggunakan untuk tujuan tertentu, yang dengannya kita mengharap keberuntungan.
Model kemusyrikan seperti ini sudah merambah dalam masyarakat, dan hampir menjadi tradisi yang turun-temurun. Tanpa disadari hal tersebut telah menduakan Tuhan, ketika harus memberikan sesembahan berupa sesaji dan peganganan-pegangan tertentu (isim, wafak, jimat).
Bahkan tidak jarang pula hamba yang sedang menghadap kepada sang pencipta, sujud dan ruku’ sementara disakunya terdapat benda-benda dan dijarinya terdapat cincin yang dianggap memiliki kekuatan.
Banyak masyarakat yang sering mencampuradukkan antara ketauhidan dan kesyirikan dengan dalih syari’at. Meminta doa dari orang ‘alim, wara’, mengamalkan wirid tertentu yang di ambil dari asmaul husna (nama-nama Allah Subhanahu wa ta'ala yang indah), atau mengamalkan ayat Al-Qur’an memang dibolehkan bahkan menjadi sunnah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Akan tetapi jika minta wafak, jimat, dan sebagainya sangat diharamkan. Hanyaa saja jangan samapai kita terjebak menjadikan tulisan-tulisan yang tertera di dalam Asmaul husna, ayat-ayat Al-Qur’an itu sebagai Tuhan penyerta disamping Allah Subhanahu wa ta'ala, yang jika kita menenteng atau memajangnya menganggap membawa keberuntungan, membawa kepada kondisi yang aman dan sebagainya.
Jika niatnya untuk hiasan dan agar senantiasa selalu ingat setiap kali memandangnya itu hal yang dibolehkan. Meskipun hiasan itu berupa ayat-ayat Al-Qur’an, ia tetap saja tidak dapat menyelamatkan kita kecuali jika kita mengamalkannya.
Tindakan berkonsultasi kepada pemuka agama (kyai), minta didoakan (karena kita tidak akan pernah tahu dari mulut siapa doa kita akan dikabulkan), adalah suatu hal yang di anjurkan jika dimaksudkan untuk bersilaturrahmi. dengan cara ini akan terbuka kesempatan untuk bermusyawarah dalam menyelesaikan berbagai masalah.
Orang yang memiliki tauhid dan iman yang benar, maka gerak-geriknya akan terasa dibawah pengawasan Allah Subhanahu wa ta'ala, dan memang setiap manusia bergerak dalam pengawasan Allah Subhanahu wa ta'ala.
Seseorang yang bertauhid dan beriman tidak akan mencari rezeki selain dari jalan–Nya. Sebab ia tahu hanya Allah Subhanahu wa ta'ala yang memberi rezeki.
Seseorang yang bertauhid dan beriman dengan benar akan terjaga dari hal-hal yang tidak disukai oleh Allah Subhanahu wa ta'ala.
Hendaknya kita menempatkan diri sebagai makhluk di hadapan sang khaliq, menggantungkan diri sepenuhnya kepada-Nya, mintalah bantuan hanya kepada-Nya, bukan kepada individu-individu apalagi kepada bendabenda.
0 Response to "Percampuran Tauhid dengan Syirik"
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar Dengan Bijak