Sebab Dinamakannya Kabah, Baitullah Al-Harom dan Baitul Atîq
Bismillahirrahmanirrahim. Tiada untaian kata yang pantas diucapkan seorang hamba dan syukur kehadirat Allah subhanahu wa ta'ala, semoga rahmat dan karunia-Nya selalu menyertai setiap langkah-langkah kita dalam penghambaan kepada-Nya.
Tak lupa pula, shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada manusia paling mulia, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya yang selalu istiqamah dalam menjalankan risalahnya hingga akhir zaman.
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Kabah dinamakan Kabah karena dia berada di tengah tengahnya dunia, dinamakan Baitullah Al Harom karena dia diharomkan bagi yang musyrik (kaum Musyrikin) untuk masuk ke dalamnya, dinamakan Baitul Atîq karena dia selamat dari tenggelam".
Dalam riwayat lain dinamakan Baitul Atîq karena dia bebas dari manusia (bebas dimiliki oleh manusia)
Diletakkannya Al-Bait (Kabah) di tengah bumi karena dilebarkannya bumi dari bawahnya dan dia jadi Fardu untuk yang di barat maupun yang di timur sama jaraknya.
Sesungguhnya diwajibkan untuk menghadap dan sambil mengangkat tangan (simbol penghormatan atau menciumnya) ketika melewati Hajar Aswad dia adalah sebagai ikrar janji pada Allah Subhanahu wa ta'ala sebagaimana ikrar janji mereka ketika mereka ada dalam kandungan (yang berikrar bahwa Allah adalah tuhan mereka).
Sebab Hajarul Aswad di letakkan pada sudut (rukun) yang ada sekarang dan tidak diletakkan pada tempat yang lain karena Allah Subhanahu wa ta'ala ketika mengikat janji (pada makhluk-Nya) dia meletakkan hajar pada tempatnya tersebut, karenanya disunnah kan untuk menghadap dan mengucapkan takbir ketika melewati rukun hajar tersebut.
Adapun sebab menghadap Hajarul aswad dari Shofa, karena Nabi Adam alaihi sallam melihat saat diletakkannya Hajar aswad di rukun, Adam alaihi sallam bertakbir, bertahmid dan bertahlil.
Sesungguhnya dijadikannya tempat mengucapkan ikrar perjanjian di hajar aswad karena Allah Azza Wajalla ketika mengikat perjanjian-Nya tentang ketuhanan, kenabian
Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dan kewashiyannya (keimamahannya) Ali alaihi sallam maka bergetar dan hormatlah para malaikat adapun yang pertama kali menjadi saksi kejadian tersebut adalah hajar aswad oleh karena itu Allah Subhanahu wa ta'ala memilih dan meletakkannya sebagai saksi untuk sebuah ikrar janji (pada Allah Subhanahu wa ta'ala).
Nanti hajar aswad akan datang di hari kiamat dengan memiliki lisan yang berbicara dan mata yang melihat untuk menjadi saksi terhadap siapapun yang berikrar (bertaubat atau memperbaharui kesaksian tentang Allah, Rosul dan keimamahan) di tempat tersebut serta akan menjaga kesaksian tersebut.
Adapun sebab dikeluarkannya hajar aswad dari surga untuk mengingatkan Nabi Adam alaihi sallam apa yang terlupakan dari kesaksiannya. Sehingga Al-Harom (Ka‟bah) menjadi standar tempat terhadap apa yang pernah terjadi pristiwa baik kecil maupun besar.
Karena Allah Subhanahu wa ta'ala ketika menurunkan Adam alaihi sallam menyertainya juga dengan batu Yaqut yang bercahaya dan diletakkan di Bait (Kabah) yang dengan nya Adam bertowaf sedang cahaya batu tersebut sinarnya meliputi semua alam. Maka diberitakan kepada alam tentang cahaya tersebut sehingga Allah Azza Wajalla menjadikan tempat tersebut sebagai Harom (tempat suci).
Sebelum hajar aswad menjadi saksi terhadap kesalahan bani Adam dia memiliki cahaya yang sangat putih, lebih putih dari susu, dia (hajar aswad) berubah menjadi hitam dikarenakan dosa bani Adam, seandainya dia tidak disentuh tangan-tangan jahiliyah dia akan tetap dalam keadaan semula”. (Manlâ yahdhuruhul faqîh, juz 2, hal. 192)
“Dinamakan Al-Hathim (batu dan dinding Ka‟bah) sebagai Hathim karena manusia mengerumuninya satu sama lainnya di tempat tersebut, hingga manusia menyalami hajar aswad dan rukun yamani dan tidak menyalami rukun yang lainnya, karena hajar aswad dan rukun yamani dia adalah sebelah kanannya Arsy sesungguhnya Allah Subhanahu wa ta'ala memerintahkan untuk menyalami Arsy-Nya yang kanan”.
Sedangkan Maqom Ibrahim berada di sebelah kiri hajar aswad, karena Ibrahim alaihi sallam kelak di hari kiamat memiliki maqom (kedudukan) Nabi Muhammad saw juga memiliki kedudukan.
Maqom (kedudukan) Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam di sebelah kanan Arsynya Allah Subhanahu wa ta'ala. Dan Maqom (kedudukan Ibrahim alaihi sallam) di sebelah kiri Arsynya Allah (Al-Faqih, 2:193)
Ka‟bah dinamakan Bakkah karena sebagian manusia yang menangisi dosanya di tempat tersebut, diriwayatkan sesungguhnya dinamakan bakkah karena menangisnya manusia di sekitarnya. (Al-Faqih, 2:194)
Multazam
Yaitu tempat antara Hajar Aswad dan pintu Kabah. Beberapa riwayat dari imam imam Ahlul bait alaihi sallam, mengatakan bahwa: “Tidak ada seorang yang selalu berada pada tempat itu dan bersandar kepadanya kecuali hajat-hajatnya akan dipenuhi, Nabi, para imam dan sahabat-sahabat mereka mengusapkan dada dan tangan ditempat ini oleh karenanya disebut Multazam”.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : “Bila seorang berdoa tentang sesuatu di multazam akan dikabulkan-Nya”. (Al-Firdaus, 3/94/6292).
Rasulullah saw bersabda : “Al-Multazam tempat dimana doa mustajab (dikabulkan) seorang hamba yang berdoa kepada Allah Subhanahu wa ta'ala maka doanya akan diijabah”. (Ittihâfus Sâdah : 4/354).
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : “Antara rukun (hajar aswad) dan Maqom Ibrahim adalah multazam yang mempunyai hajat berdoa di sini akan dikabulkan”. (Al-Mu‟jam Kabir , 11/254/11873).
Rasulullah saw bersabda : “Nabi Adam alaihi sallam saat di turunkan (dari surga) Thowaf di Kabah 7 kali kemudian sholat dua rakaat didepan pintu Ka‟bah kemudian mendatangi multazam dan berkata :
Allâhumma innaka ta‟lamu sarîrotî wa 'alâ niyyatî faqbal ma‟dzirotî. wa ta‟lamu mâ fî nafsî wa mâ indî fagh-firlî dzunûbî wa ta'lamu hâjatî fa a'thinî su'lî, Allahumma innî as aluka îmânan yubâsyiru qolbî wa yaqînan shôdiqon hatâ a‟lamu annahu lan yushîbanî illâ mâ katabta lî. war ridhô bimâ qodhoita 'alayya
Ya Allah Engkau Maha Mengetahui apa yang ada dalam hatiku dan niatku maka terimalah kekuranganku, Engkau juga mengetahui apa yang ada dalam nafsuku dan diriku maka ampunilah dosa-dosaku. Engkau juga mengetahui hajat-hajatku maka daku mohon agar Kau penuhi keinginanku. Ya Allah sesungguh nya daku memohon keimanan yang meliputi seluruh jiwaku dan keyakinan yang benar hingga apapun musibah yang menimpaku semua sudah tercatat bagiku serta keridhoan pada-Mu terhadap yang ditaqdirkan bagiku.
Kemudian Allah Subhanahu wa ta'ala mengilhamkan Nabi Adam alaihi sallam dengan firman-Nya : “Ya Adam, engkau telah berdoa dan memohon padaku maka Aku akan kabulkan pintamu, seandainya dari keturunanmu berdoa pada Ku maka Aku juga akan mengabulkannya dan menghilangkan kesusahan serta kerisauannya. Aku akan cegah darinya segala kejahatan atasnya. Aku akan hilangkan kefaqiran dari hatinya. Akan Aku jadikan dia kaya dipandangan-Ku. Aku akan karuniakan keberuntungan padanya. Aku akan berikan dunia sebagai kebanggaan walaupun dia tidak menginginkannya.”
Diriwayatkan Imam Shodiq alaihi sallam. : “Ketika Nabi Adam alaihi sallam thowaf di Kabah dan sampai di multazam berkata Jibril alaihi sallam; “Ya Adam akuilah kesalahanmu pada tuhanmu di tempat ini hingga Allah Subhanahu wa ta'ala mewahyukan pada Adam; “Ya Adam Aku telah mengampuni kesalahan-kesalahanmu”, kemudian Adam memohon : Ya Allah anak cucuku juga, mohon Kau maafkan kesalahannya? Allah berfirman kepada Adam: “Ya Adam bila dari keturunanmu datang ke tempat ini dan mengakui kesalahannya dan bertobat sama seperti engkau bertaubat kepada-Ku dan memohon ampun maka Aku akan mengampuninya.” (Al-Kâfî : 4/194/3).
Diriwayatkan Imam Ali alaihi sallam: “Akuilah (dosa-dosamu) di multazam baik dosa yang diingat atau yang lupa sembari mengatakan :
Wa mâ hafizhot-hu 'alainâ hafazhotuka wa nasînâhu faghfirhu lanâ
(Ya Allah) apa saja yang tersimpan dariku maka simpanlah pada-Mu dan apa saja yang lupa dariku maka maafkanlah kami. Sesungguhnya yang mengakui kesalahannya di tempat tersebut dan mengingatnya berulang-ulang serta memohon ampun pada Allah dan pasti Allah Subhanahu wa ta'ala akan mengampuninya”. (Al-Khishol , 617/10)
Diriwayatkan Imam Shodiq alaihi sallam: “Sesungguhnya Imam Ali bin Husein alaihi sallam ketika mendatangi multazam dia berkata :
Allâhumma inna 'indî afwâjan min dzunûbi, wa afwâjan min khothôyâ, wa 'indaka afwâjun min rohmatin, wa afwâjun min maghfirotin, Yâ manis-tajâba li-abghodhi kholqihi, idz-qôla anzhirnî ilâ yaumi yub'atsûn, istajiblî.
Ya Allah sungguh aku memiliki dosa-dosa yang banyak dan kesalahan yang tak terhitung. Sedangkan Engkau memiliki Rohmah (kasih sayang) yang banyak dan Maghfiroh yang tak terhitung. Wahai yang mengabulkan do'a makhluq yang paling Engkau murkai (Iblis). Tatkala ia berkata: Wahai tuhan tundalah aku sampai hari kiamat. Maka ya Allah kabulkanlah permohonanku”.
Batasan Multazam adalah seluas 1,30 m yang berada antara Hajar Aswad dan pintu Kabah. Sebagian Ulama meyakini bahwa Multzam itu tempatnya di depan Kabah. Sebagian Ulama meyakini bahwa Multazam itu tempatnya di belakang Kabah, tentunya berdasarkan riwayat yang ada.
0 Response to "Sebab Dinamakannya Kabah, Baitullah Al-Harom dan Baitul Atîq"
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar Dengan Bijak