Senang dan Susah
Bismillรขhirrahmรขnirrahรฎm. Puji dan syukur kepada Allah subhรขnahu wata’รขla, Tuhan Yang Maha Mengetahui dan Menganugerahkan pengetahuan kepada makhlukNya,
Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah yang tidak akan pernah habis teladan terpancar dari diri Beliau sampai akhir masa.
Senang dan Susah
Di atas bumi dan di kolong langit ini tidak ada barang yang pantas dicari, dihindari atau ditolak secara mati-matian.
Meskipun demikian manusia itu tentu berusaha mati-matian untuk mencari, menghindari atau menolaksesuatu, walaupun itu tidak sepantasnya dicari, ditolak atau dihindarinya.
Bukankah apa yang dicari atau ditolaknya itu tidak menyebabkan orang bahagia dan senang selamanya, atau celaka dan susah selamanya.
Tetapi pada waktu orang menginginkan sesuatu, pasti ia mengira atau berpendapat bahwa "jika keinginanku tercapai, tentulah aku bahagia dan senang selamanya; dan jika tidak tercapai tentulah aku celaka dan susah selamanya".
Pendapat di atas itu teranglah keliru. Bukankah sudah beribu-ribu keinginannya yang tercapai, namun ia tetap saja tidak bahagia, melainkan senang sebentar, kemudian susah lagi?
Juga sudah beribu-ribu keinginannya yang tidak tercapai, namun ia tetap saja tidak celaka, melainkan bersusah hati sebentar kemudian senang kembali.
Jadi pendapat bahwa tercapainya keinginan menyebabkan rasa bahagia atau tidak tercapainya keinginan menyebabkan rasa celaka, jelaslah keliru.
Tetapi setiap keinginan pasti disertai pendapat demikian. Sebagai contoh, ketika orang berkeinginan sesuatu, misalnya berhajat mengawinkan anaknya, dan karena ia tidak punya cukup uang, ia akan mencari pinjaman.
Di dalam mencari pinjaman itu ia merasa: "Jika usahaku untuk mencari pinjaman ini tidak berhasil, pastilah aku celaka dan merasa malu selamanya".
Andaikata ia gagal memperoleh pinjaman, ia tidak akan merasa celaka, melainkan hanya merasa malu sebentar.
Kemudian setelah merasa susah karena ia tidak dapat mengundang siapa pun, tidak dapat menanggap (mempertunjukan) wayang dan tidak dapat mengadakan janggrungan (tarian bersama antara penari-penari dan tetamu-tetamu dalam pesta perjamuan orang Jawa), ia pun akan merasa senang lagi, bahkan lega hatinya.
"Wah, untunglah usahaku mencari hutang tempo hari tidak berhasil. Andaikata aku berhasil, pasti sekarang ini aku akan kelabakan (gelisah) mencari uang untuk membayar hutang itu kembali."
Demikianlah, maka jelaslah bahwa tidak tercapainya keinginan tidak menyebabkan orang merasa celaka.
Demikian juga keinginan yang tercapai tidak menyebabkan orang merasa bahagia. Misalnya orang berhasrat keras untuk kawin.
Ia merasa: "Jika si Anu itu menjadi suami atau isteriku, berbahagialah aku." Dibayangkannya: "Jodohku itu akan kugandeng selama tiga tahun tanpa kulupakan."
Tetapi bila hasrat kawinnya itu benar-benar terlaksana, ia pun tidak akan sungguh-sungguh bahagia, melainkan hanya senang sebentar dan kemudian susah lagi. Bahkan sering terjadi dalam perkawinan bahwa sesudah seminggu saja sudah terjadi pertikaian.
Jadi teranglah bahwa jika keinginan itu tercapai maka hal itu tidak menyebabkan bahagia dan jika tidak tercapai, tidak pula menyebabkan celaka. Kenyataannya ialah bahwa senang dan susah itu tidak berlangsung terus menerus.
Sepanjang hidup manusia sejak masa kanak-kanak sampai tua, ia belum pernah mengalami senang selama tiga hari tanpa susah, atau mengalami susah selama tiga hari tanpa senang. Pengalaman semacam itu tidak akan terjadi dan tidak mungkin dapat dialami.
Hidup itu memang semuanya melelahkan, karena memang dunia ini tempat ujian bagi mukmin, apakah bersyukur ketika mendapat kenikmatan atau bersabar ketika mendapat kesulitan.
“Sangat mengagumkan keadaan seorang mukmin, karena segala keadaannya untuk ia sangat baik. Dan tidak mungkin terjadi demikian kecuali bagi seorang mukmin. Jika mendapat nikmat ia bersyukur, maka syukur itu lebih baik baginya. Dan bila menderita kesusahan dia sabar, maka kesabaran itu lebih baik baginya.” (HR. Muslim)
0 Response to "Senang dan Susah"
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar Dengan Bijak