Manusia Ibarat Tamu
Bismillâhirrahmânirrahîm. Puji dan syukur kepada Allah subhânahu wata’âla, Tuhan Yang Maha Mengetahui dan Menganugerahkan pengetahuan kepada makhlukNya,
Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah Sallallahu 'alaihi wa sallam yang tidak akan pernah habis teladan terpancar dari diri Beliau sampai akhir masa.
Tamu dan Titipan
بسْـــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu mengatakan:
مَا أَحَدٌ أَصْبَحَ فِي الدّنْيَا إِلَّا وَهُوَ ضَيْفٌ، وَ مَالُهُ عَارِيَةٌ. فَالضَّيْفُ مُرْتَحِلٌ وَ الْعَارِيَةُ مَرْدُوْدَةٌ
“Semua orang di dunia ini adalah ‘tamu’, sedangkan harta seluruhnya adalah titipan. Semua tamu pasti pergi, sedangkan barang titipan itu harus dikembalikan kepada pemilik.” (Az-Zuhd karya Imam Ahmad no. 906)
Faedah:
1️⃣. Demikianlah hidup di dunia. Manusia yang hidup di dunia hakikatnya adalah tamu. Dan semestinya tamu itu memikirkan rumahnya yang sesungguhnya, yaitu akhirat.
2️⃣. Hakikat harta adalah titipan yang sewaktu-waktu bisa diminta oleh pemilik-Nya tanpa ada pemberitahuan dahulu. Dengan menyadari hal ini, kita akan mudah bersabar ketika menghadapi musibah berupa kehilangan harta.
3️⃣. Hendaknya orientasi seorang muslim di dunia adalah akhirat.
4️⃣. Semua kita akan ‘mudik’ ke akhirat. Pastikan kita tidak salah pulang kampung. Kampung asli kita adalah surga Allah.
5️⃣. Tentu saja manusia tidak boleh marah-marah ketika pemilik mengambil harta titipan. Demikian pula sikap yang seharusnya manusia miliki ketika Allah mengambil barang titipan-Nya dengan musibah yang menimpa hartanya.
Semoga bermanfaat Sallam bahagia Sukses Dunia Akhirat Aamiin.
0 Response to "Manusia Ibarat Tamu"
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar Dengan Bijak