MENGAPA AKU FUTUR ?
Bismillรขhirrahmรขnirrahรฎm. Puji dan syukur kepada Allah subhรขnahu wata’รขla, Tuhan Yang Maha Mengetahui dan Menganugerahkan pengetahuan kepada makhlukNya.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah Sallallahu 'alaihi wa sallam yang tidak akan pernah habis teladan terpancar dari diri Beliau sampai akhir masa.
MENGAPA AKU FUTUR ?
Penulis: Asy-Syaikh Muhammad bin Ghalib al-’Umari hafizhahullah
Sebenarnya, ini sebuah pertanyaan yang memberatkan hati seorang yang terhormat, menyempitkan dada orang yang bersemangat lagi memiliki akal cemerlang (penuh keheranan).
Bagaimana tidak, padahal dia sudah menjumpai sekumpulan besar ulama yang shalih dan menyaksikan kesolidan para fuqaha al mujtahidin (memiliki kesungguhan yang tinggi), ia telah diberikan berbagai macam kemudahan di hadapannya, namun sayang, justru dia mengabaikannya.
Bagaimana tidak, sementara ia khawatir akan hilangnya suatu kelezatan dari hatinya dan kegembiraan dari dalam relung sanubarinya, ia masih merasakan kenikmatan tersebut tatkala ia ikut meramaikan majelis-majelis ilmu yang penuh faidah, dia pun sudah mewarnai catatan faidahnya dengan goresan tinta yang sangat halus dan sangat indah, tiada bandingnya. Keresahan dan kesedihannya pun tidak lagi berkepanjangan.
Hingga suatu ketika, kemurungan dan rasa sedih itu kembali muncul dan bersemi, luka sobekan pada hatinya pun semakin melebar, bersamaan itu, ia pun semakin sulit untuk menambalnya.
Oleh karenanya, perhatikanlah hal-hal berikut; semoga dengan ini menjadi penolong bagimu yang dapat memulihkan semangatmu, dan memudahkanmu untuk kembali hadir setelah kepergianmu.
Pertama: Perhatikanlah niatmu, kembalilah pada tekadmu yang semula. Jikalau engkau merasa lemah tidak bertenaga, maka kokohkanlah jiwamu dengan cara pandangmu yang bagus, melihat dan memperhatikan untaian hadis maupun atsar yang shahih tentang keutamaan menuntut ilmu serta mengajarkannya, sehingga hal itu dapat memotivasi jiwamu, dan membangkitkan semangatmu dari kelemahan tekadmu.
Kedua: Hadapkanlah dirimu kepada Rabbmu dengan senandung doamu, mulailah dengan pujian terhadap-Nya, berdoalah... semoga Allah membukakan hatimu agar engkau mau mempelajari ilmu, menjagamu, pikiran, dan hatimu. Sebab, doa adalah ibadah, dengannyalah seorang hamba menuai keberhasilan.
Sungguh bahagia... Rabb kita Mahadekat bagi yang berdoa kepada-Nya, dan bagi siapa saja yang mengetuk pintu kerajaan-Nya, sungguh Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan permintaan hamba-Nya.
Ketiga: Bacalah sejarah para salafus shalih, terlebih lagi sejarahnya para sahabat yang bertakwa, dan yang setelah mereka dari kalangan tabi’in yang mulia. Pada sejarah mereka terdapat kisah-kisah penuh keajaiban, tekad yang sangat tinggi lagi menakjubkan, membuat para tukang dongeng maupun para ahli sejarah dan para jurnalis sekalipun tercengang.
Yang benar dalam sejarah salaf ini terdapat banyak sekali kisah-kisah yang shahih dan nyata, sekaligus menghilangkan rasa jenuh dan bosan dan sebagai pemotivasi agar terus bersemangat dalam beramal.
Keempat: Perhatikanlah begitu tingginya kedudukan ahlul ilmi, pada firman Allah Ta’ala “Allah akan mengangkat kedudukan orang-orang yang beriman dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat...” Sebaik-baiknya balasan dan kecukupan yang disegerakan kepada mereka, sebesar-besar pemberian dan manfaat.
Maka jangan rida dengan sifat pengangguran, dan jangan terima arahan para pemalas dan orang-orang bodoh.
Kelima: Bersahabatlah dengan orang-orang yang baik, berkawanlah dengan orang-orang bijak yang memiliki tekad tinggi dalam menuntut ilmu, yang kecintaan dengan sahabatnya semakin bertambah karena kefaqihannya dalam membahas ilmu. Dialah teman sepanjang hidupmu, dialah sebaik-baik sahabat dan teman sejati.
Bergembiralah... engkau bersahabat dengan orang yang lebih unggul darimu, agar ilmunya bermanfaat bagimu, dan nasihatnya membahagiakanmu.
Kalau tidak, siapa lagi yang bisa dijadikan partner dan kawan belajarmu, dengannya saling tukar pikiran dan berbagi ilmu.
Keenam: Pilihlah kitab dengan benar, sebab ia merupakan sahabat yang paling tulus dalam berbincang bersamamu, dan sebab paling besar yang membimbingmu kepada jalan kebenaran.
Jangan tergesa-gesa menyelesaikannya sehingga luput atasmu berbagai fondasi ilmu, tungganganmu ikut jatuh tersungkur, akhirnya engkau pun tidak mencapai garis finish.
Ketujuh: Perbaikilah agamamu di dunia ini agar nantinya ia dapat menolongmu di akhirat. Berbekallah di negeri amal, kelak akan bermanfaat bagimu di negeri pembalasan dan hisab. Jangan terlalu ambisi di sini dengan sesuatu yang tentunya dapat menyibukkanmu dari ilmu dan amal.
Sungguh telah shahih hadis tentang dua golongan yang tidak akan pernah merasa puas, maka jadilah orang yang bersungguh-sungguh, tidak malas.
Kedelapan: Bersemangatlah dalam mencari ilmu dengan menghadiri majelis dan mendengarkan kajiannya, maka dengan itu sempurnalah manfaat ilmu yang kau raih, Hati-hatilah engkau dari sikap menunda-nunda pelajaran, sehingga terlewatkan atasmu berbagai pembahasan pada hari ini seperti pembahasan yang telah lalu, karena ini merupakan faktor pendorong rasa malas dan jenuh, kunci keputus asaan dan pesimis.
Maka harapkanlah pahala dari Allah saat engkau menghadiri majelis ilmu.
Menghadaplah engkau layaknya orang yang memang betul-betul menginginkan ilmu, jangan mencukupkan diri hanya dengan membaca kitab, sebab, hal tersebut lebih banyak menjatuhkan banyak orang -bahkan para cendekiawan sekalipun- ke dalam kesalah pahaman.
Kesembilan: Bersahabatlah dengan waktu, aturlah jadwal ibadah dan belajarmu dengan sebaik mungkin, waktu yang tidak beraturan bagaikan penyakit, sedangkan menertibkan waktu itu adalah sebuah obat baginya.
Lakukanlah kegiatanmu sesuai pada waktunya, niscaya kau akan meraih keberhasilan yang gemilang dalam akhlak maupun dalam segala sendi-sendi dan tata kehidupanmu.
Kesepuluh: Berhati-hatilah kamu dari pencuri waktu, dan yang mengacaukan ketertiban waktumu, berupa beragam macam program internet dan segala aktivitas di dunia maya ini, karena sangat besar sekali dampak buruk yang terdapat di dalamnya, mudaratnya sangatlah menyakitkan.
Ini merupakan penghalang terbesar dalam meraih ilmu, dan hal terbesar yang dapat memalingkan seseorang dari segala perkara yang lebih penting dan berharga baginya.
0 Response to "MENGAPA AKU FUTUR ?"
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar Dengan Bijak