Tanda Kesempurnaan Iman
Dari sahabat mulia Anas Bin Malik radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
ูุงَ ُูุคْู ُِู ุฃَุญَุฏُُูู ْ، ุญَุชَّู ُูุญِุจَّ ِูุฃَุฎِِูู ู َุง ُูุญِุจُّ َِْูููุณِِู
“Tidaklah sempurna iman seseorang, sampai dia menyukai kebaikan untuk saudaranya (muslim yang lain), sebagaimana dia menyukai kebaikan tersebut untuk dirinya sendiri” (HR. Bukhari, no. 13 dan Muslim, no. 45).
Mencintai bisa jadi berkaitan dengan urusan agama, bisa jadi berkaitan dengan urusan dunia. Maka perlu melihat 2 hal ini;
1. Sangat suka jika dirinya mendapatkan kenikmatan dalam hal agama.
Maka wajib baginya mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya mendapatkan hal itu. Jika kecintaan seperti itu tidak ada, maka kesempurnaan imannya berarti dinafikan sebagaimana disebutkan dalam hadits.
Jika seseorang suka melakukan perkara wajib ataukah sunnah, maka ia suka saudaranya pun bisa melakukan semisal itu. Begitu pula dalam hal meninggalkan yang haram. Jika ia suka dirinya meninggalkan yang haram, maka ia suka pada saudaranya demikian. Jika ia tidak menyukai saudaranya seperti itu, maka ternafikan kesempurnaan iman yang wajib.
Termasuk dalam hal pertama ini adalah suka saudaranya mendapatkan hidayah, memahami akidah, dijauhkan dari kebid’ahan, seperti itu dihukumi wajib karena ia suka jika ia sendiri mendapatkannya.
2. Sangat suka jika dirinya memperoleh dunia, maka ia suka saudaranya mendapatkan hal itu pula.
Namun untuk kecintaan kedua ini dianjurkan saja (dihukumi sunnah). Misalnya, suka jika saudaranya diberi keluasan rezeki sebagaimana ia pun suka dirinya demikian, maka dihukumi sunnah.
Begitu juga suka saudaranya mendapatkan harta, kedudukan, dan kenikmatan dunia lainnya, hal seperti ini dihukumi sunnah.
0 Response to "Tanda Kesempurnaan Iman"
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar Dengan Bijak