Allah Tidak Menyalahi Janji
Allah Tidak Menyalahi Janji
Segala puji bagi Allah atas keagungan nikmat-Nya dan tambahan karunia dan kebaikan-Nya. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada seorang utusan Allah, Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam yang merupakan penutup para nabi dan rahmat bagi semesta alam. Dan semoga selalu tercurahkan juga kepada keluarga, para sahabat, dan semua orang yang mengikuti jalannya dan mendapatkan petunjuk dengan cahayanya.
Allah Maha Agung Mahakuasa. Dia memiliki sifat-sifat kesempurnaan, keagungan, dan kebesaran. Dia bersih dari segala kekurangan atau kelemahan atau ketidakberdayaan. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu, tidak ada yang dapat menolak perintah-Nya, tidak ada yang dapat menggantikan firman-firman-Nya, dan tidak ada yang dapat membatalkan keputusan-Nya.
Apa yang dikehendaki-Nya pasti terjadi dan apa yang tidak dikehendaki-Nya tidak akan terjadi. Tidak ada sesuatu pun yang membuat-Nya lemah di bumi dan di langit. Tidak ada satu kekuatan pun yang dapat menghalangi-Nya bagaimana pun besar dan dahsyatnya.
Apabila Dia menghendaki sesuatu, Dia melakukannya. Apabila Dia memerintahkan sesuatu, Dia melaksanakannya. Apabila Dia menjanjikan sesuatu, Dia memenuhinya. Dia Mahabijaksana dalam segala yang dikehendaki-Nya, difirmankan-Nya, dan dikerjakan-Nya. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu dan Maha Mengetahui terhadap segala sesuatu. Titah-Nya antara huruf kaf dan nun. Jika Dia menghendaki sesuatu, Dia hanya mengucapkan, “Jadi, maka jadilah ia.”
Ayat-ayat yang Menetapkan Hakikat ini
Ini merupakan hakikat iman yang benar dan pasti. Hakikat tersebut ditetapkan oleh beragam ayat Al-Quran dan ayat-ayat tersebut menyeru untuk memahami dan membenarkannya, mengimaninya dengan pasti, dan meyakininya dengan tegas mengenai terjadinya dan realisasinya.
Orang yang meragukan hal itu artinya ia tidak menghormati Allah dengan penghormatan semestinya, tidak beriman kepada Allah dengan iman yang sebenarnya, dan tidak mengenal Allah dengan pengenalan sejati. Karena itulah, orang tersebut akan putus asa dari rahmat Allah.
Sebagaimana diketahui bahwa tidak ada yang putus asa dari rahmat Allah kecuali orangorang kafir. Allah tidak menyalahi janji. Ini merupakan hakikat Al-Guran yang dikemukakan dalam banyak ayat yang mulia. Mari kita perhatikan dengan cepat mengenai ayat-ayat tersebut:
1. Dari Surat Ar-Raad Allah Subhanahu Wata'ala berfirman,
ََููุง َูุฒَุงُู ุงَّูุฐَِْูู ََููุฑُْูุง ุชُุตِْูุจُُูู ْ ุจِู َุง ุตََูุนُْูุง َูุงุฑِุนَุฉٌ ุงَْู ุชَุญُُّู َูุฑِْูุจًุง ู ِّْู ุฏَุงุฑِِูู ْ ุญَุชّٰู َูุฃْุชَِู َูุนْุฏُ ุงِّٰููู ุۗงَِّู ุงَّٰููู َูุง ُูุฎُِْูู ุงْูู ِْูุนَุงุฏَ ࣖ
“Dan orang-orang kafir senantiasa ditimpa bencana disebabkan perbuatan mereka sendiri atau bencana itu terjadi dekat tempat kediaman mereka, sampai datang janji Allah (penaklukan Makkah). Sungguh, Allah tidak menyalahi janji” (Ar-Ra'ad: 31).
Ayat ini diturunkan dalam konteks pendustaan orang-orang kafir terhadap Al-Our'an, peperangan mereka terhadap kebenaran dan pengikutnya, dan azab Allah kepada mereka setelah penangguhan dan istidraj.
Ayat tersebut mengabarkan tentang kontinuitas azab Allah kepada orang-orang kafir disebabkan kejahatan dan kesewenang-wenangan mereka. Berbagai malapetaka terus-menerus menimpa mereka dan beragam musibah melanda mereka.
Berbagai malapetaka dan musibah ini baik menimpa kepala-kepala mereka dan meluluh lantakkan rumah-rumah mereka, maupun menimpa daerah-daerah yang dekat dengan pemukiman mereka untuk menarik perhatian mereka dan membangunkan hatinya. Aneka ragam malapetaka dan musibah ini bisa dalam bentuk gempa bumi atau gunung api atau topan atau banjir atau peperangan atau penyakit atau hal lainnya.
Musibah-musibah ini akan tetap melanda mereka sesuai kebijaksanaan Allah bagaimana pun lamanya waktu dan luasnya tempatnya hingga datang janji Allah. Janji Allah bisa saja datang di dunia dengan terwujudnya apa yang telah dijanjikan Allah subhanahu wata'ala secara praktis dan perwujudannya di dunia nyata, maupun datang pada Hari Kiamat berupa ancaman Allah dengan neraka Jahanam bagi orang-orang kafir, dan mereka akan diazab dengan Jahanam setelah mendapatkan hisab di hari akhir.
Janji Allah kepada orang-orang kafir berupa berbagai bentuk siksaan dan azab pasti terjadi, datang, dan terwujud karena Allah tidak menyalahi janji. “Sungguh, Allah tidak menyalahi janji.” Makna “Tidak menyalahi janji,” ialah tidak menghentikan janji-Nya, tidak membatalkan janji-Nya, karena Dia mampu mewujudkannya dan tidak ada satu kekuatan pun yang bisa menjadi penghalang di hadapan-Nya sebab tidak ada sesuatu pun di bumi dan di langit yang mampu membuat-Nya tidak berdaya.
Hanya yang lemah yang ingkar janji. Sedangkan Allah tidak ada sesuatu pun yang membuat-Nya tidak berdaya. Hanya pendusta yang mengabaikan janji. Sedangkan Allah itu yang paling jujur perkataan-Nya. Sebagian orang terkadang tidak mengetahui batasan-batasan dayanya dan area kemampuannya sehingga ia memberikan janji-janji yang lebih besar dari daya dan kemampuannya.
Ketika waktu menunaikan janji tiba, dia tidak berdaya karena kelemahan kekuatannya, kerendahan kemampuannya, dan kekurangan hartanya. Dengan demikian, janji pun tidak bisa ditunaikan. Sebagaimana diketahui bahwa ingkar janji merupakan sifat buruk orang-orang munafik.
Adapun orang-orang beriman, jika seseorang dari mereka berjanji, ia menepatinya karena ia memberikan janji sesuai dengan kemampuannya. Dalam ayat di atas, kata janji disebutkan dua kali, “sampai datang janji Allah (penaklukan Makkah).” “Sungguh, Allah tidak menyalahi janji.”
Wadu merupakan bentuk mashdar al-fi'l ats-tsulatsi (bentuk ketiga kata kerja tiga huruf): engkau mengatakan, “Waada Ya'idu Wadan.” Miad merupakan bentuk mashdar lainnya dari al-fi'l ats-tsulatsi: engkau mengatakan, “Waada Miadan.” Sebagaimana engkau mengatakan, “Faala Mifalan.” Kata tersebut menyerupai kata Migat. Kata Miad mengandung makna penguatan, penegasan, dan tindakan berlebihan yang lebih banyak dari makna dalam bentuk wadun. Sebab, Miad mengandung tambahan dua huruf. Sedangkan penambahan bentuk menunjukkan penambahan makna. Penyebutan dua mashdar (Wadu dan Miad) secara berdampingan dalam dua kalimat yang berurutan di satu ayat merupakan salah satu indikasi mukjizat ilustratif (penjelasan) yang mengagumkan dalam Al-Ouran.
2. Dari Surat Al-Hajj
Allah subhanahu wata'ala berfirman,
ََููุณْุชَุนْุฌََُِูููู ุจِุงْูุนَุฐَุงุจِ ََْููู ُูุฎَِْูู ุงَُّููู َูุนْุฏَُู َูุฅَِّู َْููู ًุง ุนِْูุฏَ ุฑَุจَِّู َูุฃَِْูู ุณََูุฉٍ ู ِู َّุง ุชَุนُุฏَُّูู (47) ََููุฃَِّْูู ู ِْู َูุฑَْูุฉٍ ุฃَู َْْููุชُ ََููุง ََِููู ุธَุงِูู َุฉٌ ุซُู َّ ุฃَุฎَุฐْุชَُูุง َูุฅََِّูู ุงْูู َุตِูุฑُ (48)
“Dan mereka meminta kepadamu (Muhammad) agar azab itu disegerakan, padahal Allah tidak akan menyalahi janji-Nya. Dan sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu. Dan berapa banyak negeri yang Aku tangguhkan (penghancuran)nya, karena penduduknya berbuat zalim, kemudian Aku azab mereka, dan hanya kepada-Kulah tempat kembali (segala sesuatu)” (Al-Hajj: 47-48).
Dua ayat di atas dalam konteks konfrontasi antara kebenaran dan kebatilan. Ayat-ayat tersebut didahului oleh berbagai ayat yang membicarakan kematian orang-orang kafir terdahulu dan menyeru untuk mengambil pelajaran dari peristiwa yang menimpa mereka.
Dua ayat tersebut menuturkan bahwa orang-orang kafir Ouraisy meminta kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam agar azab disegerakan. Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengancam mereka dengan azab dan kebinasaan jika mereka terus-menerus dalam kekafiran, pendustaan, dan permusuhan. Ternyata mereka justru mendustakan (ancaman itu) dan menganggapnya jauh.
Mereka juga mencibir Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam dan mengolok-oloknya serta meminta agar azab dipercepat sebagai bentuk pendustaan, penghindaran, dan pengingkaran.
Mereka berkata kepada beliau, “Jika memang engkau benar terhadap apa yang engkau katakan, ayo datangkan kepada kami azab yang engkau janjikan? Allah menjawab permintaan kesegeraan mereka bahwa Dia tidak menyalahi janji-Nya, “Dan mereka meminta kepadamu (Muhammad) agar azab itu disegerakan, padahal Allah tidak akan menyalahi janji-Nya.”
Yakni, apabila Dia menjanjikan azab kepada mereka, Dia pasti melaksanakannya dan merealisasikannya. Jika Dia hendak mengazab mereka, Dia melakukannya karena Dia tidak menyalahi janji-Nya dan mampu untuk menerapkannya dan menimpakannya.
3. Dari Surat Ar-Rum
Allah subhanahu wata'ala berfirman,
ุจِุถْุนِ ุณَِِููู َِِّููู ุงูุฃู ْุฑُ ู ِْู َูุจُْู َูู ِْู ุจَุนْุฏُ ََْูููู َุฆِุฐٍ َْููุฑَุญُ ุงْูู ُุคْู َُِููู (4) ุจَِูุตْุฑِ ุงَِّููู َْููุตُุฑُ ู َْู َูุดَุงุกُ ََُููู ุงْูุนَุฒِูุฒُ ุงูุฑَّุญِูู ُ (5) َูุนْุฏَ ุงَِّููู َูุง ُูุฎُِْูู ุงَُّููู َูุนْุฏَُู َََِّูููู ุฃَْูุซَุฑَ ุงَّููุงุณِ َูุง َูุนَْูู َُูู (6)
“Dan pada hari (kemenangan bangsa Romawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman, karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang Dia kehendaki. Dia Mahaperkasa, Maha Penyayang. (Itulah) janji Allah. Allah tidak akan menyalahi janji-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Ar-Rum: 4-6).
Dalam Surat Ar-Rum, Allah memberikan janji dengan kemenangan bangsa Romawi Ahli Kitab terhadap bangsa Persia yang musyrik dalam beberapa tahun. Saat itulah kaum mukminin gembira dengan pertolongan Allah. Dengan pertolongan Allah kita akan membicarakan hal tersebut dalam pembahasan selanjutnya.
Allah mengabarkan bahwa ini merupakan janji pasti dan terlaksana dari Allah, tidak akan berhenti dan tidak akan terlambat karena Allah tidak menyalahi janji-Nya.
Allah mencela orang-orang kafir yang tidak membenarkannya dan Dia menggambarkan bahwa mereka itu orang-orang bodoh yang tidak mengetahui hakikat iman dan tidak meyakininya.
Artinya bahwa orang-orang mukmin adalah orang-orang yang mengetahui karena mereka membenarkan apa yang telah Allah janjikan dan meyakini pemenuhannya dan pengejawantahannya sebagai ganti kebodohan orang-orang kafir yang mengingkari hal tersebut.
4. Dari Surat Az-Zumar
Allah subhanahu wa Ta'ala berfirman,
ุฃََูู َْู ุญََّู ุนََِْููู َِููู َุฉُ ุงْูุนَุฐَุงุจِ ุฃََูุฃَْูุชَ ุชُِْููุฐُ ู َْู ِูู ุงَّููุงุฑِ (19) َِِููู ุงَّูุฐَِูู ุงุชََّْููุง ุฑَุจَُّูู ْ َُููู ْ ุบُุฑٌَู ู ِْู ََِْููููุง ุบُุฑٌَู ู َุจَِّْููุฉٌ ุชَุฌْุฑِู ู ِْู ุชَุญْุชَِูุง ุงูุฃَْููุงุฑُ َูุนْุฏَ ุงَِّููู َูุง ُูุฎُِْูู ุงَُّููู ุงْูู ِูุนَุงุฏَ (20)
“Maka, apakah (engkau hendak mengubah nasib) orang-orang yang telah dipastikan mendapat azab? Apakah engkau (Muhammad) akan menyelamatkan orang yang berada dalam api neraka? Tetapi orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya, mereka mendapat kamar-kamar (di surga), di atasnya terdapat pula kamar-kamar yang dibangun (bertingkat-tingkat), yang mengalir di bawahnya sungaisungai. (Itulah) janji Allah. Allah tidak akan memungkiri janji-Nya. (Az-Zumar: 19-20).
Kedua ayat di atas menyuguhkan beberapa ancaman Allah kepada orang-orang kafir berupa siksa neraka di akhirat dan beberapa hal yang dijanjikan kepada orang-orang mukmin yang bertakwa berupa kenikmatan surga.
Ayat tersebut menginformasikan bahwa ini merupakan janji dari Allah yang terjadi dan terlaksana karena Allah tidak menyalahi janji. Karena itulah orang mukmin meyakini perwujudannya dan pelaksanaannya.
5. Dari Surat Ali Imran
Allah Subhanahu wata'ala berfirman,
ุฑَุจََّูุงٓ ุงََِّูู ุฌَุงู ِุนُ ุงَّููุงุณِ َِْูููู ٍ َّูุง ุฑَْูุจَ ِِْููู ุۗงَِّู ุงَّٰููู َูุง ُูุฎُِْูู ุงْูู ِْูุนَุงุฏَ
“Ya Tuhan kami, Engkaulah yang mengumpulkan manusia pada hari yang tidak ada keraguan padanya.” Sungguh, Allah tidak menyalahi janji” (Ali Imran: 9).
Ayat di atas merekam doa orang-orang saleh yang kokoh dalam ilmu, yang mendeklarasikan keimanan mereka kepada hari akhir dan keyakinan mereka bahwa Allah akan menghimpun seluruh manusia pada Hari Kiamat untuk menghisab mereka, menimpakan azab kepada orang-orang berdosa, memberi pahala kepada orang-orang saleh, dan mereka mengakhiri hal itu
dengan menyebutkan hakikat iman bahwa Allah tidak memungkiri janji.
Mengingat Dia telah menjanjikan hal itu maka Dia akan menunaikan janji-Nya.
Allah Subhanahu wata'ala berfirman,
ุฑَุจََّูุง َูุงٰุชَِูุง ู َุง َูุนَุฏْุชََّูุง ุนَٰูู ุฑُุณَُِูู ََููุง ุชُุฎْุฒَِูุง َْููู َ ุงِْٰูููู َุฉِۗ ุงََِّูู َูุง ุชُุฎُِْูู ุงْูู ِْูุนَุงุฏَ
“Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami melalui rasul-rasul-Mu. Dan janganlah Engkau hinakan kami pada Hari Kiamat. Sungguh, Engkau tidak pernah mengingkari janji.”(Ali Imran: 194)
Ayat di atas mencatat doa ulul albab yang senantiasa mengingat Allah sambil berdiri, duduk, dan berbaring, orang-orang yang selalu memikirkan penciptaan langit dan bumi, orang-orang yang menerapkan syariat Allah, yang mengharapkan agar Allah memberikan kepada mereka janji-Nya melalui lisan para nabi-Nya.
Setiap rasul -sejak Adam sampai Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam memberikan kabargembira kepada orang-orang mukmin yang saleh dan menjanjikan mereka dengan pahala yang baik, dan kenikmatan surga di akhirat.
Itulah mereka ulul albab mengharapkan Allah melaksanakan janji-Nya agar memasukkan mereka ke surga, memberikan kenikmatan kepada mereka di dalamnya, dan mereka mengharapkan itu karena mereka meyakini bahwa Allah tidak memungkiri janji.
Kita menyeru untuk melirik kepada kelembutan dari berbagai kelembutan Surat Ali Imran:
Ayat kesembilan di pendahuluan surat mencatat doa orang-orang yang kokoh dalam ilmu yang meyakini janji Allah kepada semua manusia di Hari Kiamat karena Dia tidak menyalahi janji.
Sedangkan ayat keseratus sembilan puluh empat merekam doa ulul albab yang mengharapkan Allah menunaikan janji-Nya dan memasukkan mereka ke dalam surga karena Dia tidak menyalahi janji.
Surat pertama menetapkan bahwa Allah tidak menyalahi janji dan surat terakhir memutuskan bahwa Allah tidak memungkiri janji. Dengan demikian, permulaan dan penghujung surat bertemu dalam hakikat yang pasti ini.
Setiap orang mukmin meyakini hakikat ini dan tidak meragukannya sesaat pun dalam hidupnya.
0 Response to "Allah Tidak Menyalahi Janji"
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar Dengan Bijak