TIDAK ADA DOA/ DZIKIR KHUSUS DI SETIAP GERAKAN WUDHU

TIDAK ADA DOA/ DZIKIR KHUSUS DI SETIAP GERAKAN WUDHU

Yang termasuk kekeliruan dalam wudhu adalah melafalkan doa-doa khusus di setiap gerakannya, misal; saat berniat, membasuh muka, membasuh tangan kanan, kiri dengan lafaz doa berbeda-beda di tiap rukunnya.

Sebagian orang menganggap ada doa/dzikir khusus yang dibaca pada setiap gerakan wudhu. Yang benar, doa-doa tersebut tidak pernah diajarkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, dan hanya berasal dari hadits-hadits yang palsu. Ibnul Qayyim dalam kitab Zaadul Ma'ad (1/188) mengatakan, "Semua hadits tentang dzikir-dzikir yang dibaca pada setiap gerakan wudhu adalah kedustaan yang dibuat-buat, tidak pernah dikatakan oleh Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam sedikit pun dan tidak pernah beliau ajarkan kepada umatnya".

Syariat Islam itu sederhana, modifikasi beragama (bid'ah: amalan tanpa dalil) lah yang membikin susah bin ruwet lagi sia-sia.

Ustaz Yulian Purnama hafizhahullah @indonesiabertauhidofficial

Yang termasuk kekeliruan dalam wudhu adalah melafalkan doa-doa khusus di setiap gerakannya, misal; saat berniat, membasuh muka, membasuh tangan kanan, kiri dengan lafaz doa berbeda-beda di tiap rukunnya.

Sebagian orang menganggap ada doa/dzikir khusus yang dibaca pada setiap gerakan wudhu. Yang benar, doa-doa tersebut tidak pernah diajarkan oleh Nabi shallallahu ’alaihi wasallam, dan hanya berasal dari hadits-hadits yang palsu. Ibnul Qayyim dalam kitab Zaadul Ma’ad (1/188) mengatakan,

وَكُلُّ حَدِيثٍ فِي أَذْكَارِ الْوُضُوءِ الَّذِي يُقَالُ عَلَيْهِ فَكَذِبٌ مُخْتَلَقٌ لَمْ يَقُلْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَيْئًا مِنْهُ، وَلَا عَلَّمَهُ لِأُمَّتِهِ.

“Semua hadits tentang dzikir-dzikir yang dibaca pada setiap gerakan wudhu adalah kedustaan yang dibuat-buat, tidak pernah dikatakan oleh Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam sedikit pun dan tidak pernah beliau ajarkan kepada umatnya”.

Syariat Islam itu sederhana, modifikasi beragama (bid'ah: amalan tanpa dalil) lah yang membikin susah bin ruwet lagi sia-sia.

Kalo wudhunya seperti ini pasti ga' selesei-selesei, belum lagi kalo ga' hafal doanya, udah gitu keburu sholat jamaahnya selesei duluan. 

Penjelasan dan Analisis

Ringkasan

Pesan utama dari pernyataan Ustaz Yulian Purnama adalah bahwa tidak ada doa-doa khusus yang diajarkan Nabi Muhammad SAW untuk dibaca pada setiap gerakan wudhu. Praktik membaca doa-doa yang berbeda-beda pada setiap rukun wudhu merupakan bid'ah atau inovasi dalam agama yang tidak memiliki dasar dalam Islam.

Pendalaman

• Dalil: Ustaz Yulian mengutip Ibnul Qayyim, seorang ulama besar, yang menegaskan bahwa hadits-hadits yang mengajarkan doa-doa khusus pada setiap gerakan wudhu adalah palsu.
• Alasan: Islam mengajarkan kesederhanaan dalam ibadah. Praktik membaca doa-doa yang berbeda-beda pada setiap gerakan wudhu justru menyulitkan ibadah dan tidak sesuai dengan ajaran Nabi SAW.
• Dampak: Membaca doa-doa yang tidak diajarkan Nabi SAW dapat dianggap sebagai bid'ah, yaitu amalan baru yang tidak memiliki dasar dalam Islam. Bid'ah dapat menyesatkan dan menjauhkan seseorang dari ajaran Islam yang benar.

Implikasi

• Fokus pada Rukun Wudhu: Yang terpenting dalam wudhu adalah menjalankan rukun-rukunnya dengan benar sesuai sunnah Nabi SAW.
• Hindari Bid'ah: Kita harus berhati-hati terhadap amalan-amalan yang tidak memiliki dasar dalam Al-Quran dan Sunnah.
• Kembali pada Sumber: Selalu rujuk pada Al-Quran dan Sunnah yang sahih dalam memahami dan menjalankan ajaran Islam.

Kesimpulan

Pernyataan Ustaz Yulian Purnama sangat relevan dan perlu diperhatikan oleh setiap muslim. Dalam menjalankan ibadah, kita harus kembali pada sumber ajaran Islam yang benar dan menghindari segala bentuk bid'ah. Dengan demikian, ibadah kita akan lebih khusyuk dan diterima oleh Allah SWT.

Pertanyaan untuk Diskusi

• Apa saja contoh bid'ah yang sering ditemui dalam ibadah sehari-hari?
• Bagaimana cara kita membedakan antara amalan sunnah dan bid'ah?
• Mengapa penting bagi kita untuk menjaga kesucian ibadah dari pengaruh bid'ah?

Disclaimer:

Informasi ini disajikan sebagai bahan diskusi dan tidak dimaksudkan untuk menghakimi atau menyinggung pihak manapun. Setiap individu memiliki pemahaman yang berbeda-beda terhadap agama, dan penting untuk selalu berdiskusi dengan ulama yang berkompeten untuk mendapatkan penjelasan yang lebih mendalam.